Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Libya
'Serigala Berbaju Domba' di Belgia
KOLONEL Muammar Qadhafi tampak keren. Presiden Libya itu tampil modis dengan topi dan pakaian serba ungu ketika memeriksa pasukan kehormatan di Istana Egmont, Belgia, Selasa pekan lalu. Inilah pertama kalinya "revolusioner dari Afrika" itu menginjak Eropa sejak 1989, ketika Libya mensponsori gerakan radikal di seantero dunia. Kunjungan ini juga menandakan berakhirnya isolasi Barat terhadap Libya, setelah sepekan sebelumnya Amerika Serikat menghapus embargo ekonomi atas negara itu.
Qadhafi bertemu dengan Presiden Komisi Eropa, Romano Prodi. Hasilnya membuat dirinya tersenyum lebar. "Uni Eropa menghendaki integrasi Libya ke dalam dialog Eropa dan negara Mediterania," kata Prodi. Sebagai balasan, Qadhafi mengakui perannya pada masa lalu. "Kami sangat berharap tak akan ada paksaan kembali ke masa lalu, ketika kami meledakkan mobil kami atau melilitkan bahan peledak pada kaum perempuan kami," katanya.
Tapi ada yang tak berubah. Selain menginap di tenda hitam Badui, ia disambut unjuk rasa pelarian politik Libya di Belgia dengan teriakan "Qadhafi teroris" dan spanduk "Qadhafi serigala berbaju domba."
Argentina
Memburu Si Gaek Menem
HAKIM Argentina memerintahkan penangkapan atas Carlos Menem, Selasa pekan kemarin. Sang mantan presiden kini menetap di Cile, setelah ia kalah dalam pemilihan presiden putaran kedua. Hakim Jorge Urso memerintahkan penahanan lelaki 73 tahun itu lewat Interpol karena ia tak menghadiri sidang pengadilan Maret silam. Selain menuduh Menem melakukan korupsi selama 10 tahun kekuasaannya pada 1990-an, penyidik lagi mengungkap tuduhan keterlibatan Menem dalam perdagangan senjata gelap.
Urso meminta Interpol menahan Menem sambil menunggu pengajuan ekstradisi secara resmi dari pemerintah Argentina kepada pemerintah Cile. Pejabat Cile tampaknya akan mengizinkannya. Menem, yang berang, menyatakan ekstradisi tersebut tak punya landasan hukum. "Hakim itu hanya ingin muncul di layar televisi. Saya kira dia melupakan pelajaran di sekolah hukum dulu," Menem mengejek. Ia kini hidup di flat mewah di ibu kota Cile, Santiago, bermobil Ferrari merah, dan beristri cantik, Cecilia Bolocco, 40 tahun, bekas ratu sejagat.
Thailand
Sarung Berdarah di Pattani
RATUSAN penyerbu kantor polisi di Provinsi Pattani, Thailand Selatan, diberondong senjata M-16, Rabu pekan lalu. Akibatnya, 112 penyerang tewas. Sebagian besar penyerang yang masih berusia remaja dan bersenjatakan pisau dan golok itu merencanakan perampasan senjata di kantor polisi. Perdana Menteri Thaksin Shinawatra menduga penyerang tersebut berasal dari kelompok militan Pattani yang ingin memisahkan diri dari pemerintah Bangkok. "Akan sulit bagi mereka untuk melakukan serangan lagi," katanya.
Bentrokan delapan jam itu diakhiri dengan serangan polisi ke masjid tua abad ke-16 yang kemudian membunuh 32 penyerang yang berlindung di sana. Tubuh mereka tercabik-cabik dengan bau gas air mata yang menyesakkan di dalam masjid. Sebagian penyerang mengenakan sarung. "Mereka telah menunjukkan keinginan untuk mati lewat serangan seadanya melawan pemerintah pusat. Ini sangat berbahaya," kata Sunai Phasuk, analis politik di Bangkok. Mayoritas penduduk muslim di Pattani, Yala, dan Narathiwat telah lama mengeluhkan diskriminasi lapangan pekerjaan dan pendidikan. Mereka juga marah karena kebudayaan dan bahasa mereka digerogoti pengaruh Buddha Thailand.
Hong Kong
Cina Cedera Janji
BEIJING, Senin pekan lalu, menolak desakan agar pemerintah Cina memberikan kebebasan penuh kepada rakyat Hong Kong untuk memilih kepala pemerintahan pada 2007 dan anggota parlemen pada 2008. Penolakan ini menuai protes di kalangan aktivis demokrasi di bekas koloni Inggris itu. "Rakyat Hong Kong tak akan menerima keputusan Cina. Ini pemerintahan tak bermoral," ujar Rose Wu, Ketua Front Hak Asasi Sipil, kelompok prodemokrasi Hong Kong yang mengatur demo 500 ribu orang pada Juli 2003.
Cina menunjuk kepala pemerintahan Hong Kong, Tung Chee-hwa, serta 30 anggota dewan dari 60 kursi di parlemen sejak Inggris mengembalikan Hong Kong kepada Beijing pada 1979. Saat itu Cina berjanji memberikan demokrasi penuh kepada Hong Kong. Janji inilah yang kini ditagih Inggris dan Amerika Serikat. "Beijing bertindak tidak konsisten dengan janjinya," kata Bill Rammell, pejabat di Kantor Menteri Luar Negeri Inggris. Tapi kecaman itu dibalas Menteri Luar Negeri Cina, Li Zhaoxing: "Anda kira Hong Kong demokratis di bawah pemerintahan Inggris?"
RFX (AP, AFP, Reuters, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo