Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah mahasiswa di Thailand memboikot upacara wisuda yang dipimpin Raja Maha Vajiralongkorn di tengah desakan gelombang aksi unjuk rasa selama tiga bulan terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aksi unjuk rasa, yang dimotori mahasiswa dan pemuda ini, menuntut pengunduran diri PM Prayuth Chan-o-cha dan reformasi monarki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Upacara ini merupakan ritual kelulusan mahasiswa saat raja menyerahkan ijazah dan berakhir dengan acara foto bersama yang menjadi momen kebanggaan selama ini.
“Apapun yang perlu dilakukan agar ruang serba guna itu hanya dihadiri oleh sekelompok kecil orang saja,” kata Suppanat Kingkaew, 23 tahun, yang mengikuti aksi boikot upacara kelulusan di Universitas Thammmasat, Jumat, 30 Oktober 2020, seperti dilansir Reuters.
Kampus ini sering dipandang sebagai pusat radikalisme mahasiswa dan menjadi lokasi pembantaian demonstran pro-demokrasi oleh pasukan pro monarki pada 1976.
Suppanat menambahkan,”Ini sebagai pesan tidak langsung bahwa sebagian dari kami merasa tidak puas dengan monarki dan kami ingin perubahan.”
Pihak kampus dan kerajaan tidak memberikan komentar soal aksi boikot ini.
Demonstrasi di Thailand awalnya hanya mendesak agar Perdana Menteri Prayuth mundur dari jabatannya dan penyusunan konstitusi baru. Prayuth adalah pimpinan junta militer yang melakukan kudeta pada pertengahan 2014.
Namun, desakan ini kemudian meluas mendesak agar reformasi kerajaan terjadi agar kerajaan tidak mencampuri urusan politik dalam negeri.
Namun, tidak semua mahasiswa mengikuti aksi boikot ini. “Saya ingin fotonya. Itu kesempatan seumur hidup,” kata Papangkorn Asavapanichakul, 24 tahun.
Ada juga mahasiswa yang ikut acara upacara kelulusan itu namun karena desakan keluarga. “Ibu saya meminta saya datang. Sebenarnya, saya tidak ingin datang,” kata seorang mahasiswa yang mengaku bernama Japan.
Pemberian ijazah kelulusan mahasiswa ini merupakan tradisi yang dimulai pada 1932. Saat itu, istana berupaya mendekatkan diri kepada masyarakat kelas menengah di Thailand.
Sumber