Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Makam bekas diktator Suriah, Hafez Al Assad yang merupakan ayah Bashar Al Assad, dibakar pemberontak. Pembakaran berlangsung beberapa hari setelah anaknya Bashar Al Assad terguling dari jabatannya sebagai presiden.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dinasti Assad telah berkuasa di Suriah lebih dari lima dekade. Hafez Al Assad adalah presiden Suriah sebelum Bashar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tumbangnya rezim, sekaligus menyulut kemarahan rakyat Suriah. Patung Hafez Al Assad dan Bashar Al Assad, telah digulingkan di seluruh Suriah.
Gambar yang diambil dari Qardaha, desa leluhur keluarga al-Assad di provinsi barat Latakia, yang dilansir Euronews, tampak memperlihatkan bagian mausoleum dan peti mati terbakar. Istana presiden dijarah pada hari Minggu, sementara patung-patung keluarga Assad telah digulingkan di seluruh negeri.
Adegan dramatis itu terjadi tiga hari setelah pemberontak yang dipimpin kelompok Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) merebut ibu kota, Damaskus, menyusul penarikan tentara Suriah dan pelarian Bashar al-Assad ke pengasingan.
Hafez Al Assad memerintah negara itu dengan tangan besi selama tiga dekade setelah mengambil alih kekuasaan melalui kudeta pada 1970. Ia tetap berkuasa hingga meninggal karena serangan jantung pada tahun 2000. Selama pemerintahannya yang represif, pasukannya secara rutin mengejar lawan-lawan politiknya.
Setelah kematiannya, ia digantikan oleh putranya Bashar, yang sebelumnya bekerja sebagai dokter mata di London.
Setelah Bashar al-Assad menindak keras para pengunjuk rasa pada tahun 2011, Suriah terjerumus dalam perang saudara selama 13 tahun. Perang diperkirakan menewaskan 500.000 orang. Jutaan warga Suriah telah mengungsi.
Bashar Al Assad mendapat dukungan dan sokongan militer dari Rusia dan Iran. Kejatuhannya yang tiba-tiba mengejutkan banyak pihak.
Para pejuang oposisi pertama-tama merebut Aleppo, sebelum merebut Hama dan Homs dalam perjalanan mereka menuju Damaskus. Dengan lengsernya Bashar Al Assad, warga Suriah di dalam dan luar negeri merayakan berakhirnya rezim berdarahnya.
Namun kegembiraan mereka diselingi dengan kesedihan. Banyak saudara mereka yang menghilang selama pemerintahan Bashar Al Assad dan tidak muncul kembali sejak penjara rezimnya yang terkenal keras itu dibebaskan, mungkin tidak akan kembali.