Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
USIA 74 tahun bagi kebanyakan orang berarti menikmati masa tua dengan anak dan cucu di rumah. Tapi tidak demikian halnya dengan Jean-Marie Le Pen, bekas anggota Legiun Asing Prancis yang pernah bertempur di Indocina, Terusan Suez, dan Aljazair. Le Pen kini mesti kerap begadang untuk mendiskusikan siasat mengalahkan Jacques Chirac dalam pemilu babak kedua awal Mei nanti.
Duduk hingga larut malam bicara politik dan siasat bagi Le Pen bukan dunia baru. Sejak usia 27 tahun ia telah terpilih sebagai anggota parlemen mewakili partai sayap kanan, yang didukung kalangan pengusaha. Karir politiknya sempat tersandung ketika kehilangan kursi di parlemen pada Pemilu 1962.
Sepuluh tahun kemudian, Le Pen muncul kembali ke parlemen dengan mengusung panji-panji anti-imigran melalui Partai Front Nasional. Dalam waktu dua tahun, Le Pen memberanikan diri mencalonkan diri sebagai Presiden Prancis. Basis pendukungnya terletak di selatan dan timur Prancis, tempat angka pengangguran cukup tinggi dan kehadiran imigran kerap menimbulkan persoalan dengan penduduk asli.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo