Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JERMAN
Pelajar Tembak 17 Orang
SEORANG remaja mengamuk dan 17 orang tewas dibantainya. Ini terjadi di Johan Gutenberg Gymnasium, sekolah menengah pertama di bilangan Erfurt, Jerman, Jumat silam. Pagi itu, seorang mantan pelajar sekolah itu dengan mengenakan pakaian serba hitam secara membabi-buta menembakkan pistol dan senapan di tengah jam pelajaran.
Polisi menemukan sejumlah tubuh korban penembakan di sepanjang lorong, bahkan di kamar mandi sekolah. "Mengerikan sekali pemandangan di sana," ujar juru bicara polisi, Manfred Etzel, kepada wartawan televisi N-TV.
Di antara korban tewas, ada 14 guru, dua siswa, dan seorang polisi. Pelaku penembakan yang belum diungkap identitasnya itu lantas bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri. Beberapa siswa mengenali pelaku sebagai teman mereka yang beberapa pekan sebelumnya dikeluarkan dari sekolah.
PAKISTAN
Oposisi Boikot Referendum
BOIKOT referendum. Begitu seruan yang dilantangkan kalangan oposisi kepada warga Pakistan. Mereka menilai jajak pendapat secara nasional pada Selasa pekan ini hanya akan mengukuhkan kedudukan Jenderal Perves Musharraf, yang naik ke kursi kepresidenan lewat jalur kudeta militer tiga tahun silam.
"Sebaiknya warga tinggal di rumah dan jangan memberikan suara," ujar pemimpin aliansi 15 partai politik, Nawabzada Nasrullah Khan, yang menentang referendum usulan Musharraf. Strategi boikot dipilih oleh oposisi dengan harapan Musharraf akan kehilangan kredibilitasnya karena hanya sebagian dari 50 juta pemilih yang memberikan suara untuk mengantarkan Musharraf ke kursi kepresidenan untuk masa jabatan lima tahun ke depan.
Sikap kalangan oposisi mengundang kecaman dari kalangan pendukung Musharraf. Suara serupa mengalir dari kalangan pengusaha yang memilih berdiri di belakang Musharraf. Mereka melihat pelaksanaan referendum itu sebagai salah satu alternatif untuk mengakhiri kemelut politik yang selama ini menjadi kendala masuknya investor asing ke Pakistan. Presiden Federasi Kamar Dagang dan Industri Pakistan, Iftikhar Malik, mengeluhkan, "Tanpa kepastian politik, tidak akan ada pemodal asing atau lokal yang membuka usaha."
AMERIKA SERIKAT
Ledakan di Manhattan
TERORIS kembali menyerang Manhattan? Sejumlah warga New York bertanya-tanya dengan cemas ketika mendengar lantai sebuah gedung di bilangan Lower Manhattan roboh pada Kamis silam. Kekhawatiran makin mengental karena sebelum gedung berlantai delapan itu roboh, beberapa saksi mata di bilangan 19th Street dan penghuni Apex Technical School, yang bersebelahan dengan lokasi kecelakaan, mendengar suara ledakan dari dalam gedung. "Keras sekali bunyinya," ujar salah seorang pengelola sekolah itu, Stuart Markowitz, kepada polisi.
Namun, polisi buru-buru menepis pertanyaan itu. Tim penjinak bom dan pemadam kebakaran yang berada di lokasi kecelakaan tidak menemukan adanya bekas-bekas bom atau bahan peledak.
Polisi menduga ledakan itu berasal dari 55 galon aseton dalam drum di gedung. Hingga kini, belum terungkap penyebab meledaknya bahan kimia tersebut. Tak kurang dari 23 orang mengalami luka-luka dan menjalani perawatan di rumah sakit akibat tertimpa lantai bangunan yang roboh itu.
ARGENTINA
Menteri Ekonomi Mundur
MUSIM ganti menteri ekonomi di Argentina belum berlalu. Selasa pekan lalu, giliran Jorge Remes Lenicovmenteri ekonomi keempat dalam setahun terakhiryang mengundurkan diri dari jabatannya. Lenicov memilih mundur setelah kebijakannya untuk menghentikan sementara kegiatan perbankan, menukar deposito warga dengan obligasi pemerintah, dan membatasi jumlah penarikan uang tunai dari rekening nasabah malah melahirkan aksi protes di berbagai penjuru negeri.
Alasan lain di balik pengunduran ini adalah kegagalan Lenicov dalam menjala bantuan dari lembaga keuangan internasional untuk Argentina. Sebagai gantinya, Presiden Argentina, Eduardo Duhalde, menunjuk Roberto Lavagna. Pejabat berusia 60 tahun ini sebelumnya menjabat sebagai duta besar negerinya untuk Uni Eropa.
Sanggupkah Lavagna mengatasi krisis ekonomi yang sudah membelenggu negeri itu sejak dua tahun silam dan mempertahankan kursi menterinya? "Kita harus bekerja sama mengatasi krisis yang telah mencapai titik nadir," ujar Lavagna, yang mengaku belum berani memberikan target bagi penyembuhan ekonomi Argentina. Sejak krisis mendera, 18 persen dari total 37 juta warganya kehilangan pekerjaan. Separuh lebih penduduk Argentina kini hidup di bawah garis kemiskinan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo