KETEGANGAN di Manila setahap demi setahap meningkat ke puncaknya. Di bawah ancaman perang saudara, Manila habis-habisan mempersiapkan konperensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN, 14-15 Desember mendatang. Jadwal KTT yang dua kali berubah mencerminkan betapa kalutnya situasi di sana. Semula KTT akan berlangsung tiga hari, kemudian dipersingkat dua hari. Tapi berita terakhir memastikan bahwa KTT hanya akan berlangsung 7,5 jam, sedangkan Presiden Soeharto dari Indonesia akan datang sebagai tamu terakhir, Sabtu pekan depan. Di tengah ketegangan itu, bagaikan petir di siang bolong tersiar berita bahwa bekas menteri keuangan Filipina Jaime Ongpin meninggal di kantornya dengan luka tembak di kepala. Sekretarisnya menemukan Ongpin tertelungkup di meja kerjanya, Senin sore pekan ini. Mungkin Jaime tewas dibunuh, mungkin mati bunuh diri. "Belakangan Jimmy memang terlihat murung dan sangat kecewa," ujar ayahnya pada jumpa pers yang diselenggarakan Rafel Ongpin, anak Jaime. Jaime Ongpin mundur dari jabatan menteri September, sebelum Presiden Cory Aquino melakukan reshuffle kabinet. Ongpin disebut-sebut berselisih dengan pembantu Cory terdekat, Joker Arroyo. Namun, kedua tokoh ini akhirnya terpental dari kabinet. Sementara itu, situasi keamanan kian gawat saja. Senin awal pekan ini, kebakaran terpencar tiba-tiba terjadi tak jauh dari Balai Sidang PICC tempat KTT akan diselenggarakan. Tiga kompleks pertokoan terbakar, di daerah elite Makati. Juga sekitar 10 rumah yang letaknya sangat dekat dengan gedung PICC. Ini aksi pengacauan yang ketiga, setelah dua bom meledak dekat PICC beberapa waktu lalu. Toh persiapan KTT tak dihentikan. Lantai dua PICC, tempat para kepala negara akan mengadakan pembicaraan, dijaga sangat ketat oleh pasukan keamanan berpakaian sipil. Philippine Plaza Hotel, tempat rombongan menglnap tak iauh dari sana, dijaga pasukan dengan senjata terkokang. Delegasi Indonesia -- presiden, petugas keamanan, dan para menteri -- akan menempati lantai 1 dan 2 hotel bertingkat 11 itu. Delegasi negara-negara lain, termasuk rombongan perdana menteri Jepang yang ikut hadir pada KTT, mengambil lantai-lantai di atasnya. Delegasi tuan rumah, Filipina, menempati lantai 9. Sabtu pekan lalu angkatan bersenjata Filipina AFP menyelenggarakan Commanders' Call di Kementerian Pertahanan Kamp Aguinaldo menyusun strategi pengamanan KTT ASEAN. Hadir pada pertemuan itu Kastaf AFP Jenderal Fidel Ramos, Menteri Pertahanan Rafael Ileto, dan para perwira tinggi pada jajaran teras AFP. Wakil Menhan Fortunato Abat pada pertemuan itu ditunjuk menjadi kepala keamanan KTT, sementara Brigjen Alexander Aguirre dari Komando Ibu Kota Metro Manila ditunjuk sebagai komandan pasukan khusus "The Special Security Force" (TSSF) yang dibentuk khusus untuk pengamanan KTT. Pasukan khusus di bawah komando Aguirre ini berkekuatan 10.000 orang dan berasal dari pasukan-pasukan khusus angkatan darat, angkatan udara, kepolisian, dan marinir. Bergabung ke pasukan ini 700 anggota pasukan khusus Indonesia. Konon, pasukan kita ini dimasukkan ke dalam satuan pengamanan inti yang bertanggung jawab atas keamanan di lingkaran dalam. Pasukan inti ini akan dipecah ke semua sudut, dan didistribusikan mengawal rombongan-rombongan di Balai Sidang dalam unit berkekuatan empat orang. "Kami cukup puas dengan kerja sama keamanan yang ditunjukkan oleh negara-negara anggota ASEAN," kata Ileto. "Dalam 9 hari menjelang KTT seluruh persiapan sudah selesai." Ancaman keamanan diperkirakan akan datang dari kelompok komunis. Ekstrem kanan, tampaknya, mencoba menahan diri. Kolonel Gringo Honasan, pembangkang militer yang melakukan percobaan kudeta Agustus lalu dan kini masih buron, Senin pekan ini menyatakan tidak akan mengganggu KTT. "Saya tidak akan mempermalukan Filipina," katanya. Ancaman kelompok ekstrem kiri sementara itu sudah positif. Berdasar informasi intelijen diketahui, Tentara Merah Jepang memberikan bantuan dana kepada NPA (New People's Army), sayap militer CPP (Partai Komunis Filipina). Gerilyawan kota NPA berkekuatan 1.200 orang, yang dikenal dengan nama Sparrow Unit, konon sudah menyusup ke 18 distrik Manila. Dan hari Minggu awal pekan ini, pembunuhan gelap terjadi lagi di Manila. Seorang penembak gelap memberondongkan senjata M-16 di Gerbang Camp Aguinaldo, menewaskan seorang pejalan kaki dan melukai tiga lainnya. Dua teroris Tentara Merah Jepang sudah pula menerobos Filipina. Mereka, Sensui Hiroshi dan Sasaki Norio, tiga bulan lalu ketahuan gentayangan di pangkalan udara militer Vilamore, utara Manila. Sementara mereka belum tertangkap, pihak imigrasi Filipina menyatakan ada lima lagi Tentara Merah Jepang yang berhasil lolos ke Manila. Untuk mengatasi terorisme internasional ini, TSS menyiapkan strategi yan sama: penyusupan. Sejumlah pasukan inti satuan ini akan bergabung dengan massa dan melakukan pengamanan dari arah ini. Disiapkan pula mobilisasi umum, untuk menghadapi konsentrasi kekuatan. Senin pekan ini, latihan mengamankan beberapa check point dilakukan pasukan marinir Filipina dengan satuan helikopter UH-1 di Philippine Plaza. Di samping acara inti yang 7,5 Jam, ada acara tambahan: pertemuan dengan Perdana Menteri Jepang Takeshita. Dalam kesempatan ini, bantuan ekonomi Jepang untuk ASEAN dibahas beberapa jam sebelum para kepala meninggalkan Manila. Pengamanan untuk Presiden Soeharto sudah disiapkan sejak beberapa waktu lalu. Senin pekan ini beberapa petugas keamanan Indonesia terlihat berkeliling, memeriksa dengan teliti semua sudut PICC. Peralatan komunikasi untuk melengkapi sistem keamanan ini ditempatkan di Hotel Holiday Inn, tak jauh dari Philippine Plaza. Antena dan perangkat komunikasi Motorolla seberat 640 kilogram sudah terpancang di atap lantai hotel itu. Para petugas tak khawatir berita-berita radio mereka akan disadap para pengacau. "Kita menggunakan bahasa sandi untuk berhubungan dengan Jakarta," kata seorang petugas keamanan. Jim Supangkat (Jakarta), Didi Prambadi (Manila)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini