MARCOS dan wartawan tampaknya tidak bisa berpisah lama. Kebiasaan mengadakan konperensi pers - dulu merupakan acara tetap di Malacanang - kini dilanjutkannya di Honolulu. Dari beberapa wawancara, yang paling menarik adalah penampilannya lewat jaringan tv ABC, Sabtu berselang. Di situ bekas presiden Filipina itu menyerang Amerika dengan tuduhan "membantu pemberontak menggulingkan pemerintahannya." Kecurigaan Marcos pada "pengkhianatan AS" sudah diketahui oleh teman-teman dekatnya sejak ia melarikan diri dari Malacanang akhir Februari lalu. "Saya semula tidak percaya Amerika akan mengerahkan marinir terhadap pihak kami," ujar Marcos kepada pewawancara Ted Kopel. "Saya baru tahu kemudian bahwa helikopter yang menembak Istana Malacanang ternyata dipersenjatai di pangkalan Clark," katanya pula. Ia juga bicara tentang adanya pesan resmi yang disampaikan lewat seorang pegawai Kedutaan AS di Manila, berbunyi, "Jika terjadi kekerasan, marinir AS terpaksa diterjunkan untuk mencegah pertumpahan darah." Di Washington, seorang juru bicara Departemen Luar Negeri menilai tuduhan Marcos ini absurd karena hanya pergolakan serta tindakan rakyat Filipina saja yang memungkinkan kejatuhannya. Tuduhan Marcos terhadap AS ini sudah pula tersiar empat hari sebelumnya, lewat sepucuk surat dan pita rekaman yang ditujukan pada rakyat Filipina. Ditulis tangan, surat bertanggal 21 Maret 1986 itu menggunakan kertas dengan kepala surat Istana Malacanang. Hal lain yang disinggung di situ yang juga muncul dalam wawancara tv ABC ialah penolakan keras Marcos terhadap tuduhan melarikan harta benda ke luar negeri. Ketika pembicaraan sampai pada 3.000 pasang sepatu istrinya Imelda, Marcos cepat menukas, "Itu 'kan koleksi selama 20 tahun." Katanya, koleksi sebanyak itu diperlukan bagi acara rutin seorang ibu negara. "Paling tidak Imelda harus ganti sepatu dua kali sehari," ujar bekas presiden yang tampak berusaha membela sang istri. Satu hal yang berbeda antara isi surat dan wawancara tv adalah sikap Marcos terhadap pemerintahan Corazon Aquino. Dalam surat, Madame Aquino dituduhnya berkuasa tanpa batas. Tapi di layar - tv, ia mengharapkan pemerintah baru itu tidak sampai diperdaya golongan komunis. Yang lebih menarik adalah perubahan sikap 180 yang ditujukan Marcos terhadap Aquino lewat wawancara telepon dengan sebuah radio swasta di Manila pekan silam. Dalam kesempatan itu bekas presiden ini mendesak angkatan bersenjata Filipina agar membantu pemerintah yang berkuasa sekarang. "Saya tidak lagi punya minat untuk berkuasa," katanya mengejutkan. "Satu-satunya keinginan saya adalah membantu Madame Aquino mengamankan negeri ini dari pemberontak kiri." Marcos tidak lupa menyinggung soal "hartanya yang terpendam". Katanya, "Saya mungkin saja berbuat dosa, tapi tuduhan bahwa saya merampas harta rakyat sama sekali tidak berdasar. Hidup keluarga Marcos di pengasingan tampaknya makin runyam. Senin pekan ini Dinas Rahasia AS menarik kembali pengawalannya terhadap bekas presiden itu. Alasannya: perintah Presiden AS buat pengawalan itu berakhir Minggu tengah malam lalu. Kini Marcos menyewa pengawal dari sebuah perusahaan swasta. Siapa yang membayar, belum jelas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini