LONCENG kematian sudah berdentang bagi karier militer Jenderal Arthit Kamlang-ek. Masa jabatan Pangab Muangthai ini tidak akan diperpanjang lagi sesuai dengan surat keputusan PM Prem Tinsulanonda, dua pekan silam. Dengan demikian, Arthit harus pensiun 1 September yang akan datang, hanya satu hari sesudah ia merayakan ulang tahun yang ke-60. Keputusan Prem agak mengguncang Bangkok, tapi Arthit sendiri tenang-tenang saJa. Reaksinya spontan. "Pernyataan PM jelas, saya patuh pada komandan." Sejak itu banyak parpol mengundang Arthit untuk terjun ke politik dan bergabung dengan mereka. Tapi Arthit tidak mau tergesa-gesa dan seperti yang dilaporkan Yuli Ismartono, koresponden TEMPO di Bangkok. Jenderal itu sampai kini belum menjatuhkan pilihan. Kabarnya, ia bersedia menjadi wakil rakyat dari Provinsi Losi, di bilangan utara Muangthai. Arthit sebenarnya kelahiran Bangkok, tapi mengaku sebagai warga Losi sejak ia diangkat sebagai warga kehormatan provinsi ini. Itu hanya satu bukti kepopuleran Arthit, perwira yang melejit namanya sejak ia berhasil menggagalkan kudeta militer yang digerakkan kelompok perwira muda pada 1981. Ia dikenal berambisi tapi juga bersikap loyal pada PM Prem Tinsulanonda. Namun, hubungan keduanya retak sejak Arthit secara terbuka melancarkan kritik terhadap rencana devaluasi mata uang baht, November 1984. Prem dan Arthit kemudian seperti berlomba merebut simpati Istana, padahal Raja Bhumibol sejak mula lebih condong pada Prem, sementara Arthit memperoleh dukungan kuat di kalangan militer. Dalam menyatakan dedikasinya, para pendukung Arthit ternyata bertindak kurang cermat. Di bawah pimpinan Kasad Jenderal Chuthai Sawaengthaveep, mereka khususnya perwira lulusan Akademi Militer Chulalongkorn kelas VII dan VIII - melancarkan kampanye, memperlihatkan kekuatan posisi Arthit di kalangan militer. Dengan pameran otot ini, Jenderal Chuthai rupanya bermaksud mendesak PM Prem agar bertindak "positif". Namun, cara seperti itu ternyata memukul balik dan mendorong Prem lebih cepat menjatuhkan "vonis" terhadap Arthit. Dalam sebuah konperensi pers, Chuthai sempat mengancam seraya menyatakan, "keputusan yang tidak memihak Arthit berarti melawan Angkatan Bersenjata." Tidak punya pilihan lain, Prem segera menetapkan berakhirnya masa jabatan Arthit, padahal ia sebenarnya baru "mempelajari" daftar nama perwira yang akan pensiun. Tindakan Prem ini memancing banyak komentar. Ada yang berpendapat, PM merangkap Menteri Pertahanan itu sangat berani, tapi ada pula yang menilai caranya menjatuhkan lawan benar-benar cerdik. Yang pasti, keputusan Prem bukan tanpa risiko, hingga ada isu mengenai kemungkinan kudeta. Namun, pihak Istana bertindak cepat. Beberapa jam setelah pengumuman itu putra mahkota Pangeran Vajiralongkorn berkunjung ke rumah Prem di Sisao Theves. Tindakan ini langsung ditafsirkan sebagai dukungan Raja bagi PM, yang kemudian diikuti parpol dan banyak anggota Parlemen. "Prem seorang realistis. Sudah bukan waktunya militer memaksakan kemauan mereka. Dalam masyarakat kita ada kekuatan-kekuatan baru, misalnya kelas menengah yang kuat dan makin berpengaruh, didukung pers yang lumayan bebas," kata Dr. Suchit Bunbongkan, dosen Universitas Chulalongkorn. Tapi dalam pandangan Dr. Chaichana dari Universitas Thammasat, keputusan Prem bisa dianggap penghinaan bagi massa Arthit yang fanatik. Keputusan itu dinilainya tidak akan mengakibatkan kudeta, tapi dapat menumbuhkan dendam yang salah-salah bisa dilampiaskan langsung pada Prem. Mungkin karena itu penJagaan terhadap Prem diperketat, begitu pula terhadap Jenderal Chaovalit Yongchaiyudh yang diduga akan menggantikan Arthit. Masa pensiun Arthit diributkan karena di Muangthai, selama ini, jabatan Pangab merupakan batu loncatan untuk kursi PM. Ini terjadi otomatis - kecuali dalam kasus Kukrit Pramoj dan Seni Pramoj yang merupakan tokoh sipil. Sebelum menjabat PM Prem Tinsulanonda, yang jenderal ini, juga dulunya Pangab. Tapi peluang serupa ternyata tidak diberikan Prem pada Arthit. Menurut Suchit, seorang politikus seharusnya memang ditempa lewat pemilu dan tidak boleh lagi menggunakan cara-cara keras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini