Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengusut bekas sekjen

Tuduhan pernah terlibat tentara nazi terhadap kurt waldheim, bekas sekjen pbb, semakin gencar. pbb mengizinkan austria & israel membuka dokumen dirinya. popularitasnya sebagai calon presiden malah naik.

12 April 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BADAI yang berkecamuk seputar masa lalu Kurt Waldheim ternyata makin dahsyat. Senin pekan ini, pemerintah Austria secara resmi meminta izin PBB untuk bisa memeriksa dokumen rahasia PBB, yang diharapkan bisa menjernihkan persoalan: benarkah bekas Sekjen PBB (1972-1982) itu pernah terlibat Nazi dan masuk kategori penjahat perang? Permintaan itu merupakan yang kedua, karena Jumat pekan lalu pemerintah Israel juga mengajukan permohonan yang sama. Tanggapan PBB ternyata cepat. Seorang juru bicara organisasi dunia ini Senin lalu mengumumkan, perwakilan Israel dan Austria akan diizinkan memfotokopi dokumen mengenai Waldheim, dengan catatan, isi dokumen itu bersifat konfidensial. Menurut rencana, dokumen tersebut akan bisa diperiksa Rabu pekan ini. Catatan mengenai Waldheim itu merupakan bagian dari informasi mengenai 40 ribu orang yang diduga penjahat perang, tertuduh dan saksi yang dikumpulkan Komisi Kejahatan Perang PBB antara 1943 dan 1948, yang kemudian disimpan PBB di New York setelah komisi tersebut dibubarkan. Menurut ketentuan, hanya suatu pemerintah yang bisa mendapat izin memeriksa dokumen itu. Hanya tiga kali permintaan serupa pernah diajukan. Sekali oleh Israel untuk menyelidiki kejahatan perang Adolf Eichmann, dan dua kali oleh Amerika Serikat buat mengecek Klaus Barbie dan Josef Mengele. Meski diserang bertubi-tubi beberapa pekan terakhir ini, Kurt Waldheim tampak tenang dan percaya diri. Ia bahkan ikut menyetujui permintaan pemerintah Austria untuk membuka dosier tentang dirinya. Diplomat jangkung (190 cm) berhidung mancung dengan rambut pirang yang pernah dua kali menjabat Sekjen PBB itu bahkan sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda tertekan, tatkala berhadapan dengan wartawan hari Minggu pekan lalu di Linz, 170 km sebelah barat Wina, Austria. Hari itu Waldheim, 67, berbicara dalam pertemuan pers yang pertama diadakan sejak masa lalunya diungkap. "Semua tuduhan itu tidak benar. Tuduhan-tuduhan terhadap saya pasti akan runtuh bagai setumpuk kartu," katanya. Bantahan itu ternyata tak menghentikan dakwaan terhadap Waldheim. Masa lalu ternyata terus memburunya. Tokoh yang pernah menulis memoar In the Eye of the Storm ini memang betul-betul berada di tengah pusaran badai. Ia dituduh menggelapkan masa lalunya. Dalam riwayat hidupnya, ia menulis bahwa setelah pada Desember 1941 terluka dalam pertempuran di front Timur, ia dikeluarkan dari dinas militer Jerman, hingga bisa menyelesaikan studinya di bidang hukum. Kini muncul sejumlah dokumen yang mengungkapkan fakta yang berbeda. Profil, sebuah majalah independen Austria, pada 3 Maret lalu memuat fotokopi kartu pendaftaran militer Waldheim, yang menyebutkan ia anggota Sturmabteilung (SA), sebuah organisasi paramiliter yang sering disebut Baju Cokelat. Dokumen lain, yang dapat digali World Jewish Congress - sebuah organisasi Yahudi yang biasanya tertutup yang pernah mengecam resolusi berbagai PBB yang anti. Israel dalam masa jabatan Waldheim - lebih memojokkan. Dokumen bernomor 79-724 itu digali di Arsip Nasional Washington dan berupa catatan militer Waldheim setebal 40-an halaman. Selain mencatat bahwa Waldheim memang pernah tergabung dalam SA, dosier yang juga berisi foto-foto itu mengungkapkan bahwa setelah sembuh dari lukanya, Waldheim dikembalikan ke dinas aktif lagi. Antara 1942 dan 1944, ia ditempatkan di Yugoslavia dan Yunani, dan bekerja sebagai staf Jenderal Alexander Lohr. Lohr dihukum mati sebagai penjahat perang di Yugoslavia pada 1947 karena dianggap bertanggung jawab atas tewasnya ribuan orang Yugoslavia dan pernah mengirim 40 ribu Yahudi Yunani ke kamp kematian. Bantahan Waldheim kurang meyakinkan. Diakuinya, ia memang ikut serta dalam berbagai kegiatan sosial mahasiswa, agar ia bisa segera menyelesaikan studinya, "yang mungkin dianggap sebagai keanggotaan dalam serikat mahasiswa." Diakuinya juga, ia sering berkuda bersama para anggota Baju Cokelat, "dan secara kebetulan nama saya dimasukkan dalam daftar anggota SA." Bantahan Waldheim yang lemah malah membuat banyak pihak curiga. Munculnya berbagai dokumen baru makin menyudutkan Waldheim. WJC, yang menugasi 20 peneliti bekerja penuh menggali dosier tentang Waldheim, awal April ini mengungkap banyak fakta baru. Antara lain, laporan inteligen yang ditandatangani Letnan Waldheim mengenai "operasi pembersihan" terhadap perlawanan bawah tanah Yugoslavia. Terungkap juga, Waldheim sebagai perwira intel secara rutin memberikan briefing pada salah seorang kepala staf Jenderal Lohr. Waldheim tetap menolak semua tuduhan itu dan menganggapnya fitnah. "Tidak ada yang perlu saya sembunyikan. Semua yang saya lakukan di masa lalu benar. Semua ini merupakan kampanye untuk merusakkan nama baik saya," katanya pekan lalu. Sejumlah kenalan Waldheim di masa lalu kemudian muncul di depan pers guna memberikan kesaksian bahwa Waldheim bersih. Waldheim balik menuduh, fitnah itu didalangi lawan-lawan politiknya untuk mengganjal pencalonannya sebagai presiden. Waldheim, kini memang sedang mencalonkan diri sebagai presiden Austria dalam pemilihan yang akan dilakukan 4 Mei mendatang. Ini pencalonan kedua kalinya, karena pada 1971 Waldheim, yang memperoleh 47,5 persen suara, kalah. Kini ia kembali tampil sebagai calon Partai Rakyat (OEVP). Tampaknya ia terampil memanfaatkan suasana. Berbagai tuduhan terhadapnya diubahnya sebagai '"usaha campur tangan asing dalam urusan dalam negeri Austria". Katanya, dalam suatu rapat Minggu lalu, "Rakyat Amerika sendiri yang memilih bakal menjadi presiden AS. Siapa yang bakal menjadi presiden Austria juga ditentukan sendiri oleh mereka." Popularitasnya ternyata tidak surut. Dalam suatu pengumpulan pendapat umum, Waldheim meninggalkan saingannya Kurt Steyrer dari Partai Sosialis (SPOE) dengan beda 11 persen, dibanding 4 persen sebelum serangan terhadapnya dimulai. Namun, lawan politiknya tidak tinggal diam. Slogan kampanye Waldheim "Orang Austria yang Dipercaya Dunia" diganti menjadi "Orang Austria yang tidak Dipercaya Dunia". Banyak potret kampanye Waldheim yang dicoreti swastika - lambang Nazi -- atau dibubuhi kumis Hitler. Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus