"AKU bertanya pada diriku sendiri: Apa yang berubah di negeri Anda, di negeri kita, dan di sebagian Eropa umumnya?" kata Vaclav Havel, Presiden (sementara) Republik Federasi Ceko-Slovakia di depan Parlemen Polandia beberapa waktu lalu. Itulah, "bahwa demokrasi dan kebebasan, keadilan dan otonomi nasional kini menang, dan proses ke arah itu tak terelakkan." Ia benar. Di negeri yang semula bernama Cekoslovakia itu, pada awal pekan ini, penghitungan hasil pemilihan umum bebas pertama dalam kurun 44 tahun terakhir sehari sebelumnya menunjukkan Partai Komunis kalah besar. Kekuatan atau partai yang mendasarkan hidupnya pada demokrasi dan keadilan menang. Koalisi Forum Sipil Kelompok Anti-Kekerasan, pimpinan Havel, merebut 46% suara. Saingan terdekatnya, koalisi tiga partai Kristen Demokrat (CDU) dan Partai Komunis, hanya mengumpulkan sekitar 13%. Para peninjau internasional cukup puas dengan jalannya pemilu. "Demokrasi telah ditegakkan kembali, dan kami tak me- nemukan kecurangan," kata Louis Jung, yang memimpin delegasi Eropa dalam tim pemantau 12 negara. Revolusi damai di Cekoslovakia di awal tahun ini telah merontokkan kekuatan komunis. Dengan robohnya rezim Milos Jakes, Partai Komunis yang telah berkuasa 44 tahun tak lagi punya gigi. Yang unik, ada kegiatan yang secara tak langsung sangat menguntungkan lawan Partai Komunis. Yakni sebuah pameran politik yang mengungkapkan kebobrokan pemerintahan dan pemalsuan sejarah. Di Praha, sejak pagi ribuan orang antre dengan sabar di muka museum negara untuk menyaksikan pameran yang dibuka dari pukul 10 pagi sampai 10 malam itu. Pameran yang diberi judul "Di Mana Rumahku" itu -- baris pertama lagu kebangsaan -- bermaksud mengajak rakyat melihat sejarah negeri itu dalam setengah abad terakhir ini. Dan yang menjadi fokus utama adalah masa 40 tahun pemerintahan komunis. Antara lain diperlihatkan bahwa pada 1948 kaum komunis, yang sebenarnya minoritas, berani melakukan perebutan kekuasaan karena disponsori oleh Stalin. Orang-orang nonkomunis dipenjarakan dengan alasan demi menghancurkan "golongan penindas", "atas nama revolusi", "mata-mata Barat", dan "pengikut Zionisme". Obyek yang dipamerkan sebagian besar berupa buku, koran, majalah, telegram, faksimile, dan foto-foto. Pameran tersebut diselenggarakan oleh Forum Sipil, Kementerian Kebudayaan, dan Klub Kebudayaan Eropa. Diperlihatkan pula sejumlah doku- men tertulis tentang pemujaan kepada Stalin dan Klement Gottwald, bonekanya di Cekoslovakia. Lalu angin perubahan di Eropa Timur bertiup pula ke negeri kaum Ceko dan Slovakia ini. Demonstrasi meledak di akhir tahun lalu, dan di awal tahun ini terjadilah perubahan kekuasaan. Sejumlah tokoh orde lama ditahan, beberapa tokoh komunis dikenai tahanan rumah. Tindakan ini atas nama tuntutan massa, yang digerakkan oleh Forum Sjpil, organisasi yang menghendaki demokrasi ditegakkan di Cekoslovakia. Massa menuntut agar yang terlibat dalam "mengundang" pasukan Soviet, penumpasan gerakan "Musim Semi Praha", pemecatan ratusan ribu orang partai, dan penjeblosan puluhan ribu manusia ke dalam penjara pada 1968, ditindak secara hukum. Bahwa Partai Komunis masih mampu merebut sejumlah suara, hal itu hanya membuktikan janji Vaclav Havel dipenuhi: pemilu yang bersih. Sulit dibayangkan pendukung fanatik komunisme berubah sikap dalam beberapa bulan. Kini, adakah Havel masih merasa terpaksa menerima jabatan presiden seperti ketika ia terpilih Januari lalu? Mungkin tidak. Lawatannya ke berbagai negara sebagai presiden sementara mendapat sambutan baik. Selain itu, sebagaimana diucapkannya di depan Parlemen Polandia, ia menyadari tugas pentingnya. "Musuh paling berbahaya kini bukan lagi kekuatan buruk totaliter . . . tapi kualitas buruk kita sendiri." A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini