SKANDAL Iran-Contra yang amat memalukan dalam pemerintahan Ronald Reagan telah berakhir. Klimaksnya tercapai pada Senin pekan ini. Laksamana John Poindexter, sebagai terdakwa utama, dijatuhi hukuman enam bulan penjara. Poindexter, 53 tahun, adalah Penasihat Keamanan Nasional Presiden dalam Kabinet Reagan. Ia orang ketujuh yang terlibat dalam aib itu. Ancaman hukumannya: 25 tahun penjara dan denda sebesar US$ 1.25 juta. Dalam penyelidikan, yang berlangsung selama hampir tiga tahun, Jaksa Lawrence Walsh berhasil membuktikannya terlibat dalam kegiatan kriminal. Laksamana yang telah diturunkan pangkatnya itu telah mencoba menutupnutupi Skandal Iran Contra, dengan membohongi tim pengusut Kongres. Ia juga menghancurkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan itu. Pada 1986, dengan dalih demi membebaskan para sandera Amerika yang ditahan di Libanon Poindexter menyetujui penjualan senjata kepada Iran. Hasil transaksi tersebut kemudian disalurkan kepada para pemberontak Contra yang sedang sibuk berjuang menumbangkan pemerintah Sandinista di Nikaragua. Kasus itu dirahasiakan. Kongres te lah menetapkan pelarangan segala bentuk bantuan kepada para pemberontak anti-Pemerintah Nikaragua. Tapi, apa daya, dosa it kemudian dibocorkan oleh majalah berita Al Shiraa yang terbit di Libanon. Orang kedua yang tanggung jawabnya berat dalam kasus itu adalah Letnan Kolonel Pensiunan Oliver North. Pembantu Poindexter ini mengatakan di muka penyelidik Kongres dan pengadilan bahwa Poindexterlah yang bertanggung jawab. Sedangkan ia hanya bertindak sebagai operator. North lepas dari ancaman bui lantaran adanya deal dengan pengadilan. Pengacara utamanya, Richard Beckler, mengatakan ia akan naik banding. Kasus Iran-Contra telah menggetarkan Amerika. Banyak yang membandingkannya dengan kasus Watergate pada awal 1970-an, tatkala terbukti bahwa Presiden Richard Nixon terlibat dalam operasi penggangsiran ke kantor Partai Demokrat menjelang pemilu 1972. Watergate menumbangkan Nixon satu tahun kemudian. Tapi dalam kasus Contra, Reagan berhasil iolos dari sergapan hukum, berkat kesaksian baik North maupun Poindexter. Keduanya mengatakan, hanya sampai Poindexter, operasi rahasia itu dilaksanakan. Namun, umumnya, publik Amerika tak percaya bahwa Reagan tak terlibat. Bekas presiden itu telah memberikan kesaksian melalui video yang diputar di muka sidang pengadilan. Gunanya untuk mencegah malu karena seorang presiden telah memberi kesaksian dalam perkara kriminal. Dalam kesaksian itu, sering Reagan mengatakan tak tahu, lupa, atau tak diberi tahu mengenai hal-hal yang menjadi kunci perkara. Banyak yang mempertanyakan, mana mungkin seorang kepala eksekutif tak tahu operasi yang memerlukan persetujuan presiden, dan dikendalikan dari Gedung Putih. Ada yang mengatakan, dengan jatuhnya vonis kepada Poindexter, tak berarti bahwa perkara itu sudah tuntas. Walsh, misalnya, mengatakan, ia tak akan menghentikan penyelidikannya sampai Poindexter dapat dijebloskan ke dalam penjara. Ia akan melacak terus sampai tingkat mana pejabat-pejabat administrasi Reagan terlibat: Selama ini, bekas Presiden Reagan dikenal dengan "kepresidenan teflon"nya. Artinya, setiap kesalahan atau dosa yang diperbuat para bawahannya tak pernah melibatkan sang presiden. Kalau penyelidikan Walsh dapat membuktikan bahwa sebenarnya Reagan tahu akan sepak terjang Poindexter dan North, bahwa ia telah mendustai pengadilan, mungkinkah ia diseret ke pengadilan? ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini