Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
YASSER Arafat kawin lagi. Istri baru pemimpin PLO berusia 62 tahun itu bernama Suhaa Daud El Taawil, 28 tahun, wanita Palestina yang lama bermukim di Prancis. Adapun istri pertamanya, itulah yang bernama revolusi Palestina. Selama ini, bila ditanya, Arafat selalu menjawab, "Saya sudah kawin dengan revolusi Palestina. Dan cuma butuh satu istri." Sampai-sampai Oriana Falaci, wartawan Italia yang agresif itu, menuduh Arafat homoseksual. Konon, pernikahan Arafat dengan Suhaa Daud dilangsungkan di Tunis akhir November silam, tapi baru bocor Selasa pekan lalu, lewat konperensi pers di Paris oleh ibu mertuanya. Kata Nyonya Reymonda ElTaawil, ibu mertua itu, pada wartawan, "Saya bangga anak saya kawin dengan pemimpin Palestina itu. Abu Ammar (julukan Arafat) akhirnya memilih cinta." Nyonya Reymonda tak asing dengan dunia pers, karena ia sendiri adalah pengarang dan wartawan yang sekaligus aktivis Palestina. Namun, ketika pekan lalu Arafat berkunjung ke Amman, Yordania, dan wartawan menanyakan soal pernikahannya, ia menjawab dengan setengah bercanda, "Ya, Syeikh (panggilan akrab pada lawan bicara dalam masyarakat Arab), masuk akalkah saya kawin kalau Anda berada pada daftar hadir paling depan?" Sedangkan para pemimpin Al Fatah di Tunisia tampaknya membenarkan berita perkawinan Arafat. "Sekarang sudah tiba saatnya Abu Ammar mulai mengurus kehidupan pribadinya, dan itu hak dia," kata seorang pemimpin Al Fatah di Tunis. Memang, kabar perkawinan itu dirahasiakan atas permintaan Arafat. Konon, alasannya karena "masih banyak masalah besar yang dihadapi PLO." Tapi ada yang menduga karena alasan lain: Yasser Arafat takut terjadi kegelisahan di kalangan PLO yang menyangkut masalah keuangan. Selama ini, keuangan PLO di negara Arab dan di mana saja sebagian besar disimpan dalam bank atas nama rekening Arafat pribadi. Bisa jadi dugaan itu benar. Sudah terdengar kecemasan dari beberapa pemimpin PLO di Tunisia. Kata mereka, "Sebelum Arafat kawin, uang itu amanaman saja. Kini, ia harus memberi nafkah istrinya." Arafat mengenal Suhaa ketika berkunjung ke Paris tahun 1989. Wanita muda yang fasih berbahasa Inggris, Prancis, dan Arab itu ditunjuk sebagai protokol yang mengatur acara Arafat selama di ibu kota Prancis itu. Arafat merasa puas dengan kemampuan Suhaa, terutama dalam mengatur acara jumpa pers. Tentu saja Suhaa akrab dengan dunia pers. Ibunya, seperti sudah disebutkan, dan bapaknya memimpin kantor berita Palestina El Quds di Paris. Kakak ipar Suhaa adalah penyair Palestina ternama yang bekerja di koran terkemuka Prancis, Le Monde. Karena terkesan, Arafat mengajak Suhaa ke kantor pusat PLO di Tunis dan mempekerjakannya sebagai salah seorang sekretarisnya. Kata yang melihat, perhatian Arafat pada Suhaa sangat istimewa. Tidak lama kemudian Suhaa, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Sorbonne, Paris, dijadikan salah satu penasihat ekonomi Arafat. Kemudian Suhaa, penganut Kristen Yunani Ortodoks, masuk Islam. Tentang perkawinan, suatu saat Arafat pernah menjawab, "Saya ingin punya istri dan anak-anak. Tapi saya anggap tak adil seorang wanita diajak mengalami bahaya dan tantangan yang saya hadapi dalam perjuangan panjang bangsa Palestina." Itulah jawabannya pada Alan Hart, penulis buku Arafat: Terrorist or Peacemaker? Bila berita ini benar, tampaknya dalam suasana Konperensi Damai Timur Tengah kini Arafat menganggap bahaya dan tantangan bagi Palestina sudah tak begitu berat. Djafar Bushiri (Kairo) dan FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo