RADIO transistor, bahan peledak, detonator, dan pengatur waktu ternyata bisa menggoda dan membunuh. Di tangan kaum teroris, keempat benda itu berubah menjadi suatu kombinasi yang dari luar tampak ramah tapi haus darah. Hanya dalam tempo tiga hari, sejak Jumat pekan lalu, agen maut itu sudah merenggutkan nyawa 86 penduduk India berikut 225 orang luka-luka. "Kita menyaksikan sebuah teror gaya baru," kata Mendagri S.B. Chavan. "Teror itu tersamar dalam bentuk radio transistor, tapi bisa meledakkan stasiun, taman-taman kota, dan kereta api." Chavan tidak mendongeng. Telah terjadi lebih dari 100 ledakan bom, yang kemudian lebih dikenal sebagai "teror transistor". Tak ubahnya gelombang yang amat keji - seperti dikatakan koran Ne?e Delhi Times - teror mulai Jumat pagi lalu, saat Balbir Singh ditembak enam teroris Sikh di ladangnya di Negara Bagian Punjab. Hanya 12 jam kemudian. sebuah ranat meledak di stasiun bis di Haryana, dan minta korban tiga tewas, 16 luka-luka. Dengan cepat teror lalu menjalar ke New Delhi. Di bagian kota lama, sebuah bom meledak, juga di stasiun bis, menewaskan enam orang dan melukai delapan lainnya. Berturut-turut delapan ledakan terjadi lagi, bahkan dua gerbong kereta api ekspres hancur berkeping-keping. Teror transistor gaya India itu dikerjakan rapi dan terencana sekali. Alat peledak sama sekali tidak mencurigakan, sedangkan jadwal peledakan ditentukan bersamaan di banyak tempat: New Delhi, Negara Bagian Uttar Pradesh, Haryana, Punjab, dan Rajashtan. Untung, polisi bertindak cepat: 30 transistor sempat dijinakkan polisi di New Delhi, dan sekitar 1.500 orang yang dicurigai ditahan. Pemerintah minta supaya rakyat waspada terhadap benda-benda tak dikenal. Dan, larangan berkumpul pun diberlakukan. Siapa pelaku dan otak teror? Perdana Menteri Rajiv Gandhi belum bersedia mengungkapkan. Kepada Parlemen, dia hanya mengatakan bahwa ada "tangan-tangan asing ikut terlibat". Pemerintahnya untuk sementara ini merencanakan UU baru atau menyusun satu amendemen agar petugas keamanan mendapat wewenang lebih besar dalam menghadapi kaum ekstremis. Sejak tragedi pembunuhan Indira Gandhi (November 1984), Rajiv belum berbuat banyak untuk menyelesaikan kisruh antara pemerintah pusat dan masyarakat Sikh di Punjab. Tampaknya, Rajiv mencoba menyalurkan berbagai tuntutan orang Sikh secara hati-hati. Dalam kaitan dengan rencana itu ia membina hubungan dengan pemimpin Sikh moderat, Harchand Singh Longowal, yang tiba-tiba saja mengundurkan diri sebagai ketua Akali Dal, partai politik orang Sikh. Keputusan ini diambilnya sehari sesudah teror transistor melanda New Delhi dan negara bagian di sekitarnya. Longowal boleh jadi sangat tidak setuju aksi kekerasan dan separatis Sikh, tapi untuk terang-terangan menentang arus la tak sanggup. Pengunduran dirinya tentulah akan sangat tidak menguntungkan usaha pendekatan Rajiv. Setidaknya, ia harus mencoba cara lain lagi untuk mengatasi krisis Punjab. Sumber inteligen dalam pada itu menduga, ada jenjang komando yang mengatur sepak terjang ekstremis Sikh. Dikhawatirkan teror transistor itu hanyalah sebuah permulaan dari aksi besar yang akan dilancarkan mereka menjelang genap satu tahun didudukinya Kuil Emas di Amritsar, Juni mendatang. Atau mungkin juga gelombang ledakan itu erat hubungannya dengan proses perkara Satwant Singh, pembunuh Indira Gandhi, yang menurut rencana mulai diadili Senin ini. Sidang pertama batal karena hakim dan penuntut umum tidak datang tepat pada waktunya. Sebabnya tidak jelas, tapi sidang sudah ditunda sampai Jumat pekan ini. Kini, suasana di Kota New Delhi tampaknya belum pulih kembali. Kantor pemerintah sekolah, dan sejumlah toko sudah sibuk seperti biasa, tapi pusat perbelanjaan di pusat kota yang rusak berat sampai kini baru 50% buka. Menurut polisi, cara kerja transistor maut itu sederhana. Bahan peledak ditempatkan di bagian dalam transistor, yang sewaktu-wakku bisa meledak karena detonatornya dihubungkan dengan pengatur waktu yang digerakkan baterai. Atau bisa juga dengan tombol transistor. Bila tombol diputar, bom kontan meledak. Walaupun masih serba gelap, ada sedikit petunjuk yang mungkin bisa dimanfaatkan guna melacak komplotan teroris. Ved Marwan, dari kepolisian New Delhi, menyatakan bahwa seorang tak dikenal telah gagal meledakkan sumber air minum. Bom yang dibawanya meledak lebih awal, dan ia ditemukan mati berikut sejumlah barang yang bisa dijadikan petunjuk, satu di antaranya buku berisi daftar alamat. Sumber lain adalah Babbar Khalsa, sebuah organisasi militan Sikh yang, Ahad lalu, sengaja mengeluarkan daftar sasaran ledakan baru. Organisasi ini juga mengancam orang yang coba-coba melawan masyarakat Sikh. Sehingga polisi terpaksa menggerebek beberapa kuil Sikh dalam usaha menemukan para teroris. Sementara itu, pemerintah berusaha keras agar masyarakat Hindu, yang sebagian besar jatuh sebagai korban ledakan, tidak membalas dendam pada orang Sikh. Ada berita selentingan bahwa serombongan infiltran menyelusup dari Pakistan untuk mengacau keadaan, suatu hal yang segera dibantah oleh - Islamabad. Isma Sawitri Laporan kantor berita (New Delhi)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini