ADA gejolak kecil di Beijing. Kali ini, L pemerintah mencabut subsidi bahan, makanan hingga penduduk berdesakdesak di semua toko dan pasar. Mereka memburu daging dan sayur kualitas terbaik sebelum kenaikan harga setinggi 50% diberlakukan, Jumat pekan silam. Demi ketertiban dan supaya tidak ada yang menangguk diair keruh, pemerintah Beijing menerjunkan tidak kurang dari 11.000 inspektur ke seluruh bagian kota berpenduduk 9 juta jiwa itu. Dari 180 bahan pokok sebenarnya masih ada yang disubsidi, yakni gandum dan minyak. Sekalipun begitu, Beijing tetap kehilangan subsidi 400 juta yuan (US$ 140 juta) per tahun. Supaya bisa mempertahankan tingkat hidup, tiap warga kota diberi santunan 7,5 yuan per bulan. Namun, dikhawatirkan kaum veteran dan cendeklawan berpenghasilan rendah akan sangat terpukul. Tapi bagi pemerintah tampaknya tidak ada pilihan lain. Perubahan drastis yang cukup mengguncangkan itu sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi. Setelah mengkai praktek ekonomi terpimpin selama 30 tahun, para ahli ekonomi negeri itu sampai pada kesimpulan bahwa hasilnya cuma kegagalan besar. Kini dianggap cukup beralasan untuk mencoba ekonomi pasar dan membiarkan harga-harga terbentuk secara wajar. Pencabutan subsidi itu sendiri sudah dicetuskan PM Zhao Ziyang, tahun silam. Waktu itu, ia berjanji walaupun perubahan akan sangat drastis, pelaksanaannya bertahap dan hati-hati sekali. Tapi orang kuat Deng Xiaoping bicara lain. Kepada pemimpin Burma Ne Win--yang berkunjung ke Beijing--ia berkata perubahan dan pembaruan bagaimanapun menuntut keberanian. Dalam dialog dengan Ne Win pekan lalu diakuinya bahwa pada enam bulan pertama keguncangan memang tidak dapat dihindarkan, tapi pada tiga tahun berikutnya sudah bisa dilihat, perubahan itu sukses atau tidak. Yang pasti, Deng tidak mau kehilangan momentum. Sejak ia mencanangkan politik pintu terbuka tiga tahun berselang, iklim pembaruan terus-menerus dipompakan. Dua pekan berselang Sekjen Hu Yaobang bicara tentang regenerasi aparat pemerintah, partai, dan tentara, tapi kini mereka melancarkan "peremajaan" harga-harga. Diberitakan, harga daging babi naik 36-67%, daging sapi 120--130%. dalins kambing 70-100%. Satu tabung gas dinaikkan harganya dengan 35%, sedangkan tarif gas yang dialirkan ke rumah-rumah naik dua kali lipat. Sewa kamar mandi umum tanpa kecuali, naik 0,19 yuan sekali pakai. Mengingat beban selama ini sudah cukup berat, tak dapat tidak hidup bagi rakyat kecil kini akan terasa lebih sesak. Mereka pada umumnya tidak punya kamar mandi pribadi, hingga perlu disediakan dana lebih besar bagi sewa kamar mandi umum. Setelah semua diperhitungkan, minimal tiap wara Beijin kini menghabiskan 7,5 yuan tiap hari. Dengan demikian, santunan 7,5 yuan per bulan itu hanya bisa memenuhi keperluan hidup satu hari. Kalau sudah begini bagaimana bisa mempertahankan tingkat hidup? Tapi warga Beijing tampaknya siap mental. Mereka cepat menyesuaikan diri. Situasi di Kanton, misalnya, bisa diajukan sebagai contoh yang bagus. Ketika subsidi dicabut, harga ikan melonjak tinggi. Tidak lama kemudian, berkat kekuatan-kekuatan yang berperan dalam pasar, harga itu menjadi tiga kali lebih murah. Tentu saja hukum pasar tidak berlaku sama untuk barang yang berbeda. Tapi hal ini dan banyak lagi yang lain sudah diperhitungkan masak-masak oleh pendekar ekonomi seperti Huang Xiang. Dalam batas-batas tertentu, perombakan ekonomi Cina - sesudah tersendat-sendat - kini diarahkan secara lebih mantap. Investasi modal asing, wiraswasta kecil-kecilan, insentif untuk buruh berprestasi, manajemen yang rapi, semua itu dilancarkan untuk apa yang disebut sebagai desentralisasi ekonomi. Begitu pula pencabutan subsidi dan penghapusan waktu tidur siang yang belum lama ini dipopulerkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini