Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Mayor Desertir Latih Warga Sipil Myanmar untuk Bertempur Lawan Junta Militer

Mayor Hein Thaw Oo yang telah berdinas di militer Myanmar selama 20 tahun merekrut dan melatih warga sipil di pedalaman untuk melawan junta militer.

11 Mei 2021 | 15.00 WIB

Mayor Hein Thaw Oo melatih rekrutan di wilayah perbatasan yang dikendalikan pemberontak Myanmar.[Supplied/Myanmar Now]
Perbesar
Mayor Hein Thaw Oo melatih rekrutan di wilayah perbatasan yang dikendalikan pemberontak Myanmar.[Supplied/Myanmar Now]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang perwira berpangkat tinggi yang membelot dari militer Myanmar mulai merekrut dan melatih warga sipil untuk melawan junta militer.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Dia adalah Mayor Hein Thaw Oo yang membelot dari Light Infantry Division 99 di pusat kota Meiktila pada akhir Maret setelah bertugas di militer selama 20 tahun, surat kabar Myanmar Now melaporkan, 11 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peserta pelatihan rata-rata berusia antara 20 dan 35 tahun. Mereka adalah kelompok yang baru-baru ini melarikan diri dari kota-kota di seluruh negeri untuk menghindari kekerasan Tatmadaw.

Jumlah peserta pelatihan dan lokasi tepatnya tidak diungkapkan untuk alasan keamanan, tetapi Myanmar Now melaporkan pelatihan hari Sabtu kemarin dilakukan di wilayah yang dikuasai kelompok etnis bersenjata Myanmar.

Selain melatih para rekrutan untuk bertempur, pelatihan dasar akan mencakup pertolongan pertama di medan perang, pelajaran bahasa Inggris, dan kursus komputer dan kejuruan.

"Kami tidak akan menerima pembunuhan warga sipil tak berdosa yang terang-terangan dan tidak perlu ini," kata Mayor Hein Thaw Oo kepada para kader saat pelatihan dimulai. "Rakyat juga tidak akan menerimanya. Mereka yang berada dalam pasukan jahat ini akan mati saat waktunya tiba."

Pertempuran dengan pasukan rezim militer dapat dimulai kapan saja, kata mayor.

Tentara Myanmar berjalan di sepanjang jalan selama protes terhadap kudeta militer di Yangon, Myanmar, 28 Februari 2021. [REUTERS / Stringer]

Salah satu rekrutan yang ikut dalam pelatihan hari Sabtu adalah seorang pemuda yang melarikan diri dari Bago setelah selamat dari pembantaian di sana bulan lalu di mana 82 orang tewas.

Setelah tentara mengambil alih kota Ponnasu, Hmor Kan dan permukiman Sosialis pada 9 April, mereka mulai menculik dan menyiksa kaum muda tanpa pandang bulu.

Beberapa warga memutuskan untuk meninggalkan kota untuk bergabung dengan perlawanan bersenjata.

"Mereka yang menggertak dan menyiksa orang dan berani membunuh orang...Saya harap mereka juga siap untuk mati," kata Hein Thaw Oo.

Mayor itu mengatakan dia bersedia untuk bergabung dengan organisasi mana pun yang bersedia mengembalikan negara tanpa kediktatoran, dan bahwa aliansi dengan beberapa organisasi telah dibentuk.

Pemerintah Persatuan Nasional Myanmar (NUG) pada 5 Mei membentuk pasukan pertahanan rakyat untuk melindungi warga sipil dan pendukungnya dari serangan junta militer.

NUG mengatakan pasukan baru itu adalah pelopor dari Tentara Persatuan Federal, yang akan menggantikan Tatmadaw, Reuters melaporkan.

Tentara Myanmar yang dilengkapi dengan baik, yang dikenal sebagai Tatmadaw, adalah salah satu pasukan yang paling tangguh di pertempuran di Asia Tenggara.

Meskipun demikian, lawan-lawannya di beberapa tempat telah menggunakan segala bentuk senjata untuk melawan junta militer Myanmar, sementara yang lain telah mencari pelatihan dengan kelompok etnis bersenjata Myanmar yang telah berperang dengan militer sejak kemerdekaan pada tahun 1948 dari daerah perbatasan yang terpencil.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus