Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar terbunuh dalam sebuah baku tembak di Gaza selatan pada Rabu, 16 Oktober 2024, oleh pasukan Israel yang pada awalnya tidak menyadari bahwa mereka telah menangkap musuh nomor satu negaranya, kata para pejabat Israel, seperti dilansir Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan intelijen telah mencari Sinwar selama berbulan-bulan dan secara bertahap membatasi area di mana ia dapat beroperasi, kata militer pada Kamis, setelah catatan gigi, sidik jari, dan tes DNA memberikan konfirmasi akhir tentang kematian Sinwar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hamas belum memberikan komentar, namun sumber-sumber dalam kelompok itu mengatakan bahwa indikasi yang mereka lihat menunjukkan bahwa Sinwar memang dibunuh oleh pasukan Israel.
"Puluhan operasi yang dilakukan oleh IDF dan ISA selama setahun terakhir, dan dalam beberapa minggu terakhir di daerah di mana dia dibunuh, membatasi pergerakan operasional Yahya Sinwar saat dia dikejar oleh pasukan dan menyebabkan dia dibunuh," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
Namun tidak seperti para pemimpin militan lainnya yang dilacak dan dibunuh oleh Israel, termasuk komandan militer Hamas Mohammed Deif, yang terbunuh dalam serangan udara Israel pada 13 Juli lalu, operasi yang akhirnya menewaskan Sinwar bukanlah sebuah serangan yang direncanakan dan ditargetkan.
Sebaliknya, para pejabat mengatakan bahwa dia ditemukan oleh tentara infanteri yang sedang menyisir sebuah daerah di daerah Tal El Sultan, Gaza selatan, pada Rabu, di mana mereka yakin anggota senior Hamas berada.
Pasukan tersebut melihat tiga orang yang dicurigai sebagai militan bergerak di antara gedung-gedung dan melepaskan tembakan, yang menyebabkan baku tembak dan Sinwar melarikan diri ke sebuah bangunan yang hancur.
Menurut laporan media Israel, peluru tank dan sebuah rudal juga ditembakkan ke arah gedung tersebut.
Tidak ada perisai manusia
Pada Kamis, militer merilis rekaman dari sebuah drone mini yang menunjukkan Sinwar, yang terluka parah di bagian tangan, sedang duduk di sebuah kursi, wajahnya tertutup kafiyeh. Rekaman itu menunjukkan Sinwar dengan mata yang menatap tajam berusaha melemparkan tongkat ke arah drone, dalam upaya sia-sia untuk menjatuhkannya.
"Dia mencoba melarikan diri dan pasukan kami berhasil melumpuhkannya," katanya kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers yang disiarkan di televisi, dikutip Reuters.
Pada bulan-bulan terakhir hidupnya, Sinwar, arsitek utama serangan 7 Oktober 2023 ke Israel yang memicu perang di Gaza, tampaknya telah berhenti menggunakan telepon dan peralatan komunikasi lainnya yang memungkinkan badan intelijen Israel yang kuat untuk melacaknya.
Para pejabat Israel mengatakan bahwa mereka yakin dia bersembunyi di salah satu jaringan terowongan besar yang digali Hamas di bawah Gaza selama dua dekade terakhir, tetapi karena semakin banyak terowongan yang ditemukan oleh pasukan Israel, bahkan terowongan-terowongan itu tidak menjamin untuk lolos dari penangkapan.
Kepala militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengatakan bahwa pengejaran Israel terhadap Sinwar selama setahun terakhir telah membuatnya "bertindak seperti seorang buronan, yang membuatnya berpindah-pindah tempat tinggal beberapa kali".
Para pejabat Israel, yang mengenal Sinwar sebagai musuh yang kejam dan berkomitmen, telah lama khawatir ia melindungi dirinya dengan beberapa dari 101 sandera Israel dan asing yang masih ditahan di Gaza sebagai perisai manusia dari serangan Israel.
Tidak ada sandera yang ditemukan di dekatnya ketika ia akhirnya terperangkap pada Rabu, meskipun Hagari mengatakan bahwa sampel DNA-nya ditemukan di sebuah terowongan yang berjarak beberapa ratus meter dari tempat enam sandera Israel dieksekusi oleh Hamas pada akhir Agustus lalu.
Temuan ini membuktikan Yahya Sinwar tidak pernah menggunakan sandera Israel sebagai perisai manusia, seperti yang selalu dituduhkan pemerintahan Netanyahu.