Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Top 3 Dunia: Israel Sebut AS Setujui Truk Diserang hingga Mesin Perang Bawah Tanah Hamas

Top 3 dunia adalah AS yang disebut setuju truk bantuan diserang Israel, mesin perang bawah tanah Hamas hingga konflik TImur Tengah tak meluas.

8 Oktober 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin berisi berita seputar perang di Gaza. Berita pertama adalah Menlu AS yang dikabarkan menyetujui langkah Israel mengebom truk bantuan yang memasuki Gaza. Klaim itu diungkapkan oleh anggota kabinet Israel. 

Berita lainnya dari top 3 dunia adalah Hamas yang membangun mesin perang bawah tanah hingga konflik di Timur Tengah diprediksi tak akan meluas. Berikut selengkapnya: 

1. Israel Sebut Menlu AS Blinken Setujui Pengeboman Truk Bantuan di Gaza

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dilaporkan menyetujui kebijakan yang mengizinkan Israel untuk mengebom truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza, menurut pernyataan yang dibuat oleh anggota kabinet Israel, seperti dilansir oleh situs Drop Site News, pada Ahad.

Hal ini menambah dimensi baru pada blokade kemanusiaan yang terkenal di Gaza yang semakin meningkat sejak aksi militer Israel dimulai pada Oktober 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejak awal serangan Israel, Blinken mengambil pendekatan langsung terhadap kebijakan AS di wilayah tersebut. Setelah operasi perlawanan Hamas pada 7 Oktober 2023, ia menjadi pejabat senior AS pertama yang mengunjungi negara pendudukan tersebut dan tiba di Israel pada 11 Oktober.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbicara sebelum keberangkatannya, Blinken menyatakan, “Saya akan pergi dengan pesan yang sangat sederhana dan jelas… bahwa Amerika Serikat mendukung Israel.”

Setelah kunjungan pertamanya, Blinken kembali ke Israel pada 16 Oktober, dengan tujuan untuk mempengaruhi kebijakan Israel mengenai bantuan kemanusiaan. Menurut laporan, ia mendesak para pejabat Israel untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka untuk mengebom konvoi bantuan dan menerapkan “pengepungan total” di Gaza.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu diduga mengatakan kepada Blinken bahwa beberapa anggota kabinet menentang izin masuknya aspirin ke Gaza.



2. Setahun Perang Gaza: Hamas Bangun Mesin Perang Bawah Tanah demi Bertahan Hidup

The Washington Post melaporkan pada Sabtu, 5 Oktober 2024, bahwa pemimpin Hamas Yahya Sinwar telah mempersiapkan serangan berskala besar terhadap Israel selama berbulan-bulan sebelum operasi 7 Oktober, yang juga dikenal sebagai Operasi Banjir al Aqsa.

Menurut sumber yang bertemu dengan Sinwar pada awal 2023, ia mengisyaratkan rencana yang signifikan, meskipun tidak ada rincian spesifik yang diberikan pada saat itu.

Laporan The Washington Post mengungkapkan wawasan baru tentang bagaimana Hamas, di bawah kepemimpinan Sinwar, dengan cermat mengorganisir operasi tersebut, mengumpulkan senjata dan membangun jaringan terowongan bawah tanah yang rumit di Gaza.

Meskipun terisolasi selama bertahun-tahun di jalur padat penduduk itu, Hamas mengembangkan persenjataan canggih berupa roket buatan sendiri dan alat peledak yang diimprovisasi.

Namun, laporan tersebut menuduh bahwa Perlawanan mengandalkan dukungan keuangan eksternal dan pelatihan dari Iran, meskipun klaim ini belum sepenuhnya diverifikasi karena kurangnya bukti yang kuat.

Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa sebagian besar sumber daya Hamas dilaporkan disedot dari dana bantuan, sumbangan amal, dan pendapatan pajak lokal.

Sistem terowongan Hamas yang luas, yang sering disebut sebagai "metro Gaza", memungkinkan pergerakan senjata dan pejuang di luar pengawasan Israel.

Para pejabat pasukan pendudukan Israel (IOF) dilaporkan terkejut dengan skala jaringan terowongan tersebut, yang membentang ratusan mil dengan bunker dan lorong-lorong yang mencapai 120 kaki di bawah tanah.



3. Eskalasi Konflik Israel dengan Lebanon dan Iran Diprediksi Tak akan Meluas

Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar angkat bicara ihwal serangan Israel terhadap Lebanon yang terjadi pada beberapa waktu belakangan. Menurut dia, polemik antara Israel dengan Hizbullah, faksi Lebanon, tak berpengaruh banyak terhadap negara tetangga selama konflik tidak berkepanjangan. 

"Dalam sejarah konflik Israel-Hizbullah, termasuk perang besar pada 2006, perang bisa diisolasi hanya di Lebanon saja," kata Smith dalam pesan tertulisnya kepada Tempo melalui aplikasi WhatsApp, dikutip Senin, 7 Oktober 2024.

Penasihat The Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) itu memperkirakan korban warga sipil Lebanon akan cukup besar karena Israel cenderung tak membatasi konflik di Lebanon selatan, basis Hizbullah. Dia juga menyoroti tragedi kemanusiaan di Lebanon, termasuk mengungsinya satu juta warga ke Suriah untuk keluar kawasan konflik. 

"Jumlah pengungsi akan bertambah seiring dengan situasi perang yang terus bereskalasi," ujarnya. 

Lebih lanjut, Smith juga menyinggung soal serangan Iran terhadap Israel yang terjadi belakangan. Smith menduga Israel akan membalas, terlebih usai Amerika Serikat dan Inggris menyatakan akan membela Israel. 

Smith mengatakan serangan Iran terhadap Israel itu terkait dengan pembunuhan Ketua Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Pimpinan Hizbullah Hasan Nasrullah di Dahiyeh (Lebanon selatan), dan Komandan Garda Revolusi Iran Abbas Nilforoushan di Beirut.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus