Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Melonggarkan Lockdown dengan Syarat

WHO meminta tetap waspada dan siap kembali menerapkan pembatasan apabila gelombang wabah virus corona terjadi lagi.

4 Mei 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Aktivitas warga di Trafalgar Square, London, Inggris, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TOKYO - Sejumlah negara mulai melonggarkan secara bertahap karantina wilayah atau lockdown dan pembatasan sosial bagi warganya. Beberapa kawasan, seperti pantai, museum, dan sekolah, mulai dibuka, namun tetap dengan persyaratan, misalnya menggunakan masker dan menjaga kebersihan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spanyol, misalnya, memberi kesempatan kepada warganya yang sehat untuk berolahraga dan berjalan-jalan. Sigrid Cervera, 44 tahun, sedang menuju pantai pada Ahad kemarin dengan membawa papan seluncur di Gavà, kota di luar Barcelona yang parlemennya telah mengizinkan akses ke pantai. "Yahoo!" ujar dia ketika mulai berselancar dengan senangnya. "Saya belum bisa berselancar lama, tapi saya sangat gembira pagi ini."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jordi Jornet, 45 tahun, musikus yang hengkang dari pekerjaannya sejak Spanyol menerapkan karantina wilayah pada awal Maret, terlihat tengah joging di sepanjang pantai di Gavà. "Tadi malam saya berlari di pegunungan di mana ada sedikit orang, tapi di sini ada lebih banyak orang di luar hari ini," katanya.

Meski lockdown mulai dilonggarkan, warga Spanyol tetap diharuskan mematuhi pedoman jarak sosial, setidaknya 2 meter. Spanyol tetap menjadi salah satu negara yang paling parah dilanda pandemi, dengan lebih dari 217 ribu kasus yang terkonfirmasi. Berdasarkan data yang dirilis kemarin, sebanyak 164 orang meninggal dalam 24 jam sebelumnya, kenaikan satu hari terendah sejak 18 Maret.

Menteri Lingkungan Hidup Teresa Ribera, yang mengepalai komite yang bertanggung jawab untuk membuka lockdown, mengatakan Spanyol harus bersiap-siap untuk hidup dengan virus untuk waktu yang lama. "Hingga setidaknya awal Oktober, kita harus sangat berhati-hati," katanya dalam sebuah wawancara dengan surat kabar El Pais.

Kepala Darurat Kesehatan Fernando Simon memperingatkan adanya kemungkinan besar wabah baru. Semuanya bergantung pada kepatuhan warga untuk menekan penyebaran virus. "Kami tidak memiliki jaminan apa pun," katanya.

Armenia, negara di kawasan Eropa-Asia, membuka kembali bar dan toko meskipun ada peningkatan kasus coronavirus. Wakil Perdana Menteri Tigran Avinyan mengatakan mencabut pembatasan sosial mulai Senin, meskipun baru-baru ini terjadi peningkatan infeksi yang terkonfirmasi. "Sekolah dan perguruan tinggi tetap ditutup. Transportasi umum masih ditangguhkan pengoperasiannya."

Di negara Kaukasus Selatan ini diketahui terdapat 2.386 kasus virus corona dan 35 kematian. Jumlah infeksi meningkat dari rata-rata 50 per hari pada pertengahan April menjadi lebih dari 100 dalam beberapa hari terakhir, termasuk 134 yang terdaftar pada Rabu lalu. Armenia, dengan populasi 3 juta, berusaha bangkit setelah ekonominya diperkirakan menyusut 2 persen pada 2020.

Dari kawasan Timur Tengah, Iran juga akan melonggarkan lockdown dan berencana membuka kembali masjid-masjid dan sekolah-sekolah di daerah-daerah yang secara konsisten terbebas dari virus corona. "Masjid akan dibuka kembali di 132 kota berisiko rendah atau ‘kota putih’ mulai Senin. Tapi semua langkah tetap mengacu ke protokol kesehatan," kata Presiden Iran Hassan Rouhani. "Sekolah-sekolah di daerah putih dan berisiko rendah akan dibuka kembali mulai 16 Mei. Namun kami akan terus meninjau situasinya." Jumlah kematian akibat virus corona di negara itu masih tinggi, dengan total kasus yang didiagnosis telah mencapai 97.424.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meminta semua negara tetap waspada dan siap kembali menerapkan pembatasan apabila gelombang penyebaran virus corona kembali terjadi. Direktur Eksekutif WHO untuk Program Darurat, Mike Ryan, mengingatkan bahwa masyarakat harus tetap patuh dan mengikuti aturan jika virus sudah mulai terkendali, antara lain dengan menjaga kebersihan dan menjaga jarak.

"Sangat penting bahwa ketika negara-negara melonggarkan karantina wilayah, mereka secara konstan mencari peningkatan infeksi," kata Ryan, Jumat lalu.

REUTERS | AL ARABIYA | SUKMA LOPPIES


Andai Vaksin Corona Tidak Ditemukan

KETIKA negara-negara menerapkan lockdown (karantina wilayah) dan pembatasan sosial, hal lain yang terus dilakukan para ahli adalah meneliti dan berupaya mendapatkan vaksin. Sejumlah ahli kesehatan terus berupaya mendapatkan vaksin guna menandai akhir dari pandemi virus corona atau Covid-19.

Tapi ada hal lain sebagai kemungkinan terburuk: tidak ada vaksin yang pernah dan berhasil dikembangkan. "Ada beberapa virus yang masih belum memiliki vaksin," kata David Nabarro, profesor kesehatan global di Imperial College London, yang juga utusan khusus untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Covid-19. "Kami tidak dapat membuat asumsi absolut bahwa vaksin akan muncul sama sekali, atau jika itu muncul, apakah itu akan lulus semua tes kemanjuran dan keamanan."

Menurut Nabarro, saat ini sangat penting bahwa semua masyarakat di mana pun berada dalam posisi mereka dapat bertahan melawan virus corona sebagai ancaman konstan. "Dan untuk dapat menjalani kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi dengan virus di tengah-tengah kita," kata Nabarro, kemarin.

Sebagian besar ahli tetap yakin bahwa vaksin Covid-19 pada akhirnya akan bisa dikembangkan. Mereka sebagian yakin karena, tidak seperti penyakit sebelumnya seperti HIV dan malaria, virus corona tidak bermutasi dengan cepat. Banyak orang, termasuk Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Amerika Anthony Fauci, menyarankan hal itu bisa terjadi dalam satu tahun hingga 18 bulan.

Namun Peter Hotez, dekan fakultas kedokteran di Baylor College of Medicine di Houston, menyatakan tidak pernah mempercepat vaksin dalam satu tahun hingga 18 bulan. "Tidak berarti hal itu tak mungkin, tapi itu akan menjadi pencapaian yang heroik. Perlu rencana A dan rencana B," katanya.

Alih-alih memusnahkan Covid-19, masyarakat mungkin malah belajar untuk hidup dengannya. Kota-kota di berbagai negara perlahan-lahan akan terbuka dan beberapa kebebasan akan dikembalikan, tapi tidak dalam waktu singkat, jika rekomendasi para ahli diikuti. Pengujian dan pembatasan fisik akan menjadi bagian dari kehidupan dalam jangka pendek, selain instruksi tiba-tiba untuk mengisolasi diri yang bisa datang kapan saja.

CNN | REUTERS | SUKMA LOPPIES

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus