Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Membabat Umat Baha'ullah

Penganut agama Baha'i di Iran digolongkan sebagai musuh revolusi. 22 penganut baha'i dijatuhi hukuman mati, dituduh sebagai kaki tangan zionisme dan antek imperialisme. (ln)

4 Juni 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEMBARI menyikat Partai (Komunis) Tudeh, rezim Ayatullah Khomeini menyikut pula umat Baha'i. Penganut agama yang berjumlah sekitar 300.000 sampai 400.000 orang ini, menurut Pemerintah Iran, sudah tergolong "musuh revolusi". Dakwaan untuk mereka adalah kaki tangan zionisme, antek imperialis, biang kerok korupsi, dan seteru Tuhan. "Hukuman yang setimpal buat mereka adalah hukuman mati," ujar seorang pejabat kantor kepresidenan. Pemerintah Iran dikabarkan telah menjatuhkan vonis mati terhadap 22 penganut Baha'i. Keputusan rezim Khomeini atas kaum Baha'i ini tak kurang mengagetkan Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan. Sampai-sampai ia, dua pekan lalu, merasa perlu mengeluarkan pernyataan mengutuk Pemerintah Iran. "Dengan sangat saya mengajak para pemimpin dunia menyeru Ayatullah Khomeini dan pemimpin Iran lainnya untuk membatalkan hukuman terhadap insan tak berdosa ini," kata Reagan. Para pejabat Gedung Putih menambahkan bahwa pengejaran terhadap minoritas Baha'i di Iran merupakan "masalah penting dan sangat serius." Sejak 1979, tercatat 150 umat Baha'i, pria dan wanita, yang digantung atau ditembak mati oleh kaki tangan Khomeini. Dan ironinya, kali ini, pengadilan terhadap kaum Baha'i terjadi di Shiraz -- kota kelahiran tokoh Baha'i Sayid Mirza Ali Mohammad Syirazi. Adalah tokoh ini yang mengadakan persekutuan dengan mazhab Syaikhiah, sekte sangat masyhur dalam keluarga besar Syi'ah, untuk hidup saling menghormati. Syirazi, yang lahir 1819, mengumumkan dirinya sebagai Bab, jalan penampakan hakikat Illahi, pada 22 Mei 1844. Berkat kehebatannya berdakwah, ajarannya segera tersebar ke seluruh Persia, dan membangkitkan oposisi terhadap kaum mullah dan pemerintah. Menyadari bahwa Syirazi bisa membahayakan kelangsungan Tahta Merah, maka Syah Iran lalu mengeluarkan perintah penangkapan terhadap pemimpin Baha'i tersebut. Dan ia kemudian dijatuhi hukuman mati. Pada 1850, Syirazi dibawa ke Tabriz, ditambatkan di tembok kota, dan ditembaki ratusan serdadu. Peristiwa ini disusul oleh pembataian 20.000 pengikut Syirazi. Tersebutlah kemudian Mirza Husayn Ali murid kinasih almarhum Bab, yang kelak terkenal dengan julukan Baha'ullah. Setelah percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Syah Iran, Agustus 1852, Baha'ullah dijebloskan ke dalam penjara Teheran. Ia dibebaskan Januari 1853, dan dibuang ke Bagdad. Di sinilah, di sebuah taman agak di tepi kota, ia mengumumkan dirinya sebagai utusan Tuhan, April 1863. Bah'ullah disaingi oleh saudaranya seayah, Mirza Yahya Subhul Azal. Tokoh ini meninggal pada 1912, dan pengikutnya berangsur-angsur menyembunyikan diri ke Pulau Siprus. Baha'ullah sendiri harus menjalani berbagai pembuangan, baik oleh Pemerintah Persia maupun Turki. Dari Bagdad ia dihalau ke Konstantinopel, Adrianopel dan terakhir ke Akka di Palestina -- tempat ia wafat pada 1892. Namun ia sempat melihat ajarannya menyebar ke seluruh Persia dan Kerajaan Ottoman, ke Kaukasus, Turkistan, India, Burma, Mesir, dan Sudan. Baha'i kemudian berkembang menjadi "agama ketenteraman dan kemanusiaan universal, yang antiperang apapun." Tahun Hijarah mereka ganti dengan tahun Persia kuno yang berdasarkan perhitungan matahari. Setahun dibagi menjadi 19 bulan, tiap bulan 19 hari. Puasa (khusus bagi yang berumur 11-42 tahun) dimulai 19 hari sebelum saat equinox bulan Maret -- yakni tanggal 21. Angka 19 dianggap suci karena ia jumlah bilangan huruf yang terkandung dalam kalimat Wahid (Maha Satu). Dalam soal syariat ia membuat panafsiran yang bertolak belakang dengan formalisme yang lazim. Baha'i mencita-citakan satu bahasa universal. Sebelum itu, mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai pengganti bahasa Arab. Sembahyang -- kecuali salat jenazah tak boleh berjamaah. Dan kiblat mereka bukan ke Ka'bah, melainkan ke makam Baha'ullah. Kedudukan Baha'ullah kemudian digantikan putranya tertua, Abdul Baha' (1844-1921). Setelah itu tampil Shoggi Effendi Rabbani (1896-1957), cucu sulung Abdul Baha'. Ajaran Baha'i kemudian menyebar sampai ke Afrika, Eropa, Amerika, Timur Jauh, Australia, Asia Tenggara, Pasifik. Mempunyai pengikut di 173 negeri -- termasuk puak terbelakang Afrika dan Indian Amerika. Dari markas besarnya di Haifa, Palestina, agama ini mengatur umatnya melalui majelis rohani yang terletak di bawah Balai Keadilan Internasional. Kitab suci mereka adalah A1 Aqdas (Yang Kudus) yang berisi kumpulan nasihat Almarhum Syirazi. Pengikutnya konon lebih 12 juta -- 100.000 orang di antaranya di Amerika Serikat. Dengan sifatnya yang agak duniawi, mudah dimengerti mengapa para mullah dan penguasa Iran menaruh curiga terhadap para pengikut Baha'i. Apalagi sepanjang sejarah boleh dibilang umat Baha'i tak pernah tenteram di bumi Iran. Selama 100 tahun terakhir tidak kurang dari 20.000 Baha'i terbunuh di negeri itu. Kini nasib pengikut Baha'ullah itu cukup gawat. Dari 22 yang dijatuhi hukuman mati, "dua pria dan seorang wanita sudah menjalani eksekusi," kata Firuz Kazemzadeh, seorang Baha'i keturunan Iran yang mengetuai Komite Studi Timur Tengah Universitas Yale, AS. Dan anak-anak Baha'i dikeluarkan dari sekolah. Orang dewasa kehilangan pekerjaan. Tercatat sekitar 4.000 orang Baha'i hidup dalam persembunyian. Mengutip para pengurus Baha'i, Kazemzadeh menyebutkan "sekitar 15.000 sampai 20.000 Baha'i mengungsikan diri dari Iran selama beberapa tahun terakhir ini." Tuduhan yang dilemparkan para penguasa Iran terdengar agak aneh. "Kaum Baha'i itu tidak mau berpartisipasi di lapangan politik," ujar seorang hakim di Shiraz. Dengan bersikap abstain, mereka dinilai "berusaha mendirikan negara dalam negara." Lagi pula mereka menentang kekerasan, menganjurkan persamaan hak antara pria dan wanita, serta mendambakan perdamaian universal melalui pemerintahan dunia. "Semua itu pekerjaan setan," kata para penguasa Iran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus