SUATU hari, pada pertengahan 1964, Sergei Khrushchev membisiki ayahnya, Nikita Khrushchev, yang saat itu menjadi orang nomor satu di Kremlin. "Ada satu komplotan yang akan melakukan kup," katanya. Pemimpin Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) itu tersenyum mendengar bisikan tersebut. Ia tak percaya ada komplotan yang akan menggulingkannya. Untuk memperkuat keyakinannya, Nikita Khrushchev memanggil anggota Presidium PKUS, Nikolai Podgorny, salah satu nama yang disebut anaknya. Jawaban Podgorny tentu saja, "Nyet." Tidak. Khrushchev baru menyadari peringatan anaknya itu beberapa hari kemudian, ketika pasukan pengawal pribadinya diganti tanpa diketahuinya. Tapi semua itu sudah terlambat. Dari mana Sergei Khrushchev mengetahui adanya komplotan itu? Ia mengaku dibisiki oleh salah seorang pengawal Nikolai Ignatov, pemimpin Negara Bagian Rusia. Tak jelas bagaimana pengawal itu sampai mengetahui rencana rahasia tersebut. Cuplikan cerita mengenai kejatuhanKhrushchev dimuat mingguan Ogonyok Jumat dua pekan lalu, dan menjadi topik pembicaraan hangat di kalangan rakyat Uni Soviet. Soalnya, Sergei Khrushchev, yang menulis memoir itu, selain mengungkapkan hari-hari terakhir pemerintahan ayahnya, juga membeberkan nama-nama mereka yang terlibat dalam penggulingan. Sejak Mikhail Gorbachev tampil sebagai orang kuat baru di Kremlin, angin keterbukaan memang bertiup di Negeri Beruang Merah tersebut. Pemerintahan Leonid Brezhnev dikecam habis-habisan, dan nama Khrushchev dibersihkan. Banyak yang menyamakan keberanian Khrushchev dengan Gorbachev dalam menjalankan perubahan di Soviet. Perbedaan keduanya: Khrushchev gagal melawan kelompok konservatif, sedangkan Gorbachev berhasil. Salah satu yang menggegerkan dari cerita mengenai Khrushchev, yang ditulis putranya tersebut, adalah ditudingnya dinas rahasia Soviet, KGB, yang waktu itu dipimpin Vladimir Semishastny, sebagai dalang kudeta. Nama lain yang terlibat adalah Podgorny, Dimitri Ustinov (yang kemudian menjadi menteri pertahanan), Ignatov, Yuri Andropov (yang kemudian menjadi orang kuat Kremlin sepeninggal Brezhnev), dan Brezhnev. Nama lain yang disebut Todor Zhivkov. Orang kuat Bulgaria yang sampai kini masih memerintah itu ditulis sebagai simpatisan kelompok penyingkir. Diduga, pencantuman nama Zhivkov dibiarkan guna memberi angin kepada kelompok pembaru di Bulgaria untuk menggulingkannya. Peran Semishastny dalam penyingkiran Khrushchev sebelumnya pernah dimuat sepintas dalam surat kabar Literary Gazette terbitan September silam. Penulisnya adalah Fyodor Burlatzky, bekas penulis pidato Khrushchev yang kini menjadi salah seorang penasihat tak resmi Gorbachev. Burlatzky menyinggung soal Semishastny dalam kritiknya terhadap pemerintahan Brezhnev. Jatuhnya Khrushchev, menurut Burlatzky, karena kelompok konservatif tidak puas dengan sejumlah kebijaksanaan politik dalam dan luar negeri yang dijalankannya. Langkah-langkah progresif Khrushchev membuat kelompok garis keras itu sakit hati. Kekecewaan mereka, antara lain, langkah penyelesaian yang diambil Khrushchev dalam kasus Teluk Babi -- insiden nuklir antara Kuba dan Amerika. Ketidakpuasan lain yang disebut-sebut juga kasus Alexei Adzhubei. Menantu Khrushchev ini telah membuat marah para pemimpin Jerman Timur dan tokoh-tokoh konservatif Soviet, karena kerap mengemukakan soal penyatuan Jerman. Bagaimana reaksi Khrushchev setelah tahu dirinya akan disingkirkan? Khrushchev, yang menjadi sekjen partai pada 1953, begitu cerita Burlatzky, baru sadar adanya kudeta pada jam-jam terakhir. Di tengah perjalanan, dalam penerbangan ke Moskow guna menghadiri sidang khusus Politbiro, ia mencoba memerintahkan pilot untuk membelokkan pesawat ke Kiev. Perintah itu ditolak oleh sang pilot. Yang menarik, kata Burlatzky, nama Brezhnev muncul dalam komplotan baru pada saat-saat terakhir. Kabarnya, Brezhnev diajak serta, karena dianggap sebagai tokoh yang agak "bego". Maka, ia kemudian dipilih menggantikan Khrushchev dengan perhitungan akan disingkirkan setelah melewati masa peralihan. "Jika seseorang pada waktu itu dapat meramal bahwa Brezhnev akan berkuasa selama 18 tahun, pasti bakal jadi bulan-bulanan tertawaan," tulis Burlatzky. Begitu kerasnya kecaman terhadap Brezhnev, yang dahulu disanjung-sanjung, sampai-sampai seorang cucunya, Andrei Brezhnev, menulis surat pembaca di mingguan Moscow News, September lalu. Andrei mengeluh bahwa nama Brezhnev yang disandangnya kini mengakibatkan sejumlah "ketidakenakan". Banyak orang sekarang memandang sinis kepadanya. Sejarah terkadang dapat berubah dengan cepat, memang. FS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini