SEJAK tentara Uni Soviet di Afghanistan berangsur ditarik mundur, pertengahan Mei lalu, setelah sembilan tahun ditempatkan di sana, hampir tiap hari Ibu Kota Kabul dibakar api mesiu. Di pinggiran kota, pada malam hari, pasukan pemerintah bahkan sering terlibat pertempuran jarak dekat dengan pejuang-pejuang Mujahidin. "Korban terbesar adalah penduduk yang tak berdosa," kata seorang warga Kota Kabul. Tak heran bila akhir-akhir ini ketakutan menghantui rakyat. Jika ada anggota sebuah keluarga belum sampai di rumah selepas magrib, mereka menganggap itu sebagai pertanda duka. Kemungkinan paling buruk: anggota keluarga tersebut terbunuh disambar peluru nyasar. Perang, kata pimpinan Mujahidin, tak akan pecah di Afghanistan, kalau saja Soviet tak menyokong pembentukan pemerintahan komunis di sana. Mereka yang bicara itu adalah tokoh-tokoh Mujahidin, seperti Mojadidi (Front Nasional Untuk Penyelamatan Afghanistan), Gailani (Jamiat-i-Islami), Waqad (Daiya Islami), dan Perdana Menteri Pemerintahan Sementara Afghanistan, Ahmad Shah. Mereka ditemui TEMPO di markas mereka di Kota Peshawar, Pakistan. Betulkah? Minggu, 2 Oktober lalu, Presiden Afghanistan Najibullah menerima wartawan TEMPO, Praginanto, untuk sebuah wawancara di ruang. kerjanya di Kabul. Petikannya: Betulkah Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan (PDRA) berkiblat pada Partai Komunis Uni Soviet (PKUS)? Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan bukan partai komunis sekalipun kami mendasarkan diri pada ajaran Marxisme-Leninisme. Revolusi April yang kami lancarkan sepuluh tahun lalu bukan semata-mata bersifat proletariat atau sosialis. Revolusi April merupakan pengembangan institusi demokrasi untuk memperoleh kemajuan nasional. Banyak pengamat melihat rujuk nasional, yang diumumkan Januari tahun lalu, merupakan usaha pemerintah untuk memperlemah penaruh oposisi, dan membuka jalan lebih luas bagi penerapan komunisme. Komentar Anda? Kebijaksanaan rujuk nasional merupakan pantulan langsung keinginan rakyat Afghanistan. Kebijaksanaan itu buat memencilkan kekuatan-kekuatan yang ambisi untuk berkuasa. Apa yang sudah dihasilkan kebijaksanaan itu? Sudah 165.000 pengungsi kembali ke tempat asal mereka. Selain itu, ada pengakuan pada plurarisme politik, penghidupan kembali Loya Jirgah (Majelis Agung), pemberian kebebasan kepada partaipartai politik, pelaksanaan pemilihan umum lokal, upaya pembentukan pemerintahan koalisi, serta penandatanganan Perjanjian Jenewa. Apakah Anda bersedia berunding dengan pimpinan Persekutuan Islam Mujahidin Afghanistan? Kami terus berupaya membuka dialog dengan mereka dan organisasi-organisasi oposisi lainnya. Sejak tahun lalu pemerintah menawarkan berbagai kompromi dan konsesi kepada mereka. Rujuk adalah bagian dari tradisi rakyat Afghanistan menyelesaikan pertentangan. Anda serius mau membentuk pemerintah koalisi? Pos apa saja yang akan diberihan kepada oposisi? Pemerintah mengusulkan 28 kursi dalam kabinet bagi mereka yang mau ikut dalam pemerintahan koalisi, termasuk kursi wakil presiden. Perdana Menteri Hassan Sharq, September lalu, menandatangani perjanjian kerja sama jangka panjang dengan Soviet, yang mencakup bidang ekonomi, teknologi, dan perdagangan. Bukankah itu berarti sebagian pasukan Soviet akan tetap tinggal di Afghanistan agar bantuan tersebut tak sia-sia? Tak ada yang baru dalam perjanjian itu. Hubungan akrab Soviet-Afghanistan yang sudah berjalan 67 tahun telah membuktikan kerja sama semacam itu selalu disertai semangat saling menghormati kedaulatan masing-masing. Kami, sebenarnya, juga menginginkan ivestasi dari negara lain. Mengingat Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan masih terbelah oleh dua faksi utama, Parcham dan Khalq, tanpa dukungan Soviet agaknya sulit bagi pemerintah sekarang untuk bertahan. Sejak awal perjalanannya di tahun 1965, Partai Demokrasi Rakyat Afghanistan sudah penuh tantangan. Kami pernah menjadi partai bawah tanah. Tapi kini terbukti kami mampu merebut kekuasan politik. Tentang Parcham dan Khalq, dalam setiap partai selalu ada perselisihan antarindividu yang bisa merusakkan keutuhan organisasi. Tahun lalu, dalam kongres partai, soal persaingan faksi masuk dalam agenda. Penyebab tumbuh suburnya faksi bukan sekadar lantaran perbedaan paham, tapi juga oleh semangat nepotisme.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini