Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengadili teroris dari utara

Kedua tertuduh pelaku pemboman di mausoleum martir yang menewaskan 17 pejabat korea selatan mulai disidangkan. mereka anggota tim khusus yang menyusup ke burma ditugasi membunuh presiden kor-sel. (ln)

3 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HADIRIN terpaku ketika kedua terdakwa itu digiring memasuki ruangan Mahkamah Divisi Rangoon, 16 km dari ibu kota Birma, 22 November lalu. Kurus dan pucat, keduanya berpakaian bersih, dengan rambut terpangkas pendek. Kang Min-Chul, 28, muncul dengan lengan kiri buntung. Rekannya Zin Mo, malah lebih parah. Selain kehiiangan lengan kanan dan biji mata kanan, ia mendapat cedera di mata kirinya. Mereka masing-masing mengaku sebagai kapten dan mayor Angkatan Darat Korea Utara, anggota tim khusus yang menyusup ke Birma dengan tugas istimewa. Tuduhan pemerintah Korea Selatan, beberapa saat setelah bom meledak di Mausoleum Martir, Rangoon, 9 Oktober silam, ternyata bukan sekadar bual. Dalam insiden yang menewaskan 21 orang itu -17 di antaranya pejabat tinggi Korea Selatan, termasuk empat menteri senior- Seoul langsung menuduh Pyongyang. Tiga hari kemudian polisi Birma membekuk Kan dan Zin, berikut barang bukti yang memberatkan. Tersangka ketiga, (Kapten) Kim Chi-Ho, terbunuh ketika berusaha melarikan diri. Tak heran kalau ,sidang tertuduh pelaku pemboman 9 Oktober ini mendapat perhatian -dan pengamanan- luar biasa. Selain wartawan dalam dan luar negeri, pada hari kedua hadir sejumlah diplomat Italia, Inggris, Jepang, dan Korea Selatan. Kompleks mahkamah dikawal ketat oleh polisi dan tentara, serta enam pesawat tempur yang melayang-layang di udara. Pengakuan Kang Min-Chul dibacakan oleh Thein Aung, kepala polisi Birma, dan sekretaris tim penyelidikan yang dibentuk pemerintah. Menurut penakuan itusuatu tim Korea Utara berada di bawah perintah seorang jenderal bernama Kang Chang-Su dan ditugasi membunuh presiden Korea Selatan, Chun Doo-Hwan, yang memulai lewatan ke Birma, India, Sri Lanka Australia, Selandia Baru, dan Brunei. Ketiga anggota tim pembunuh ini berasal dari sebuah unit pengintai Korea Utara yang bermarkas di Kaesong, dekat perbatasan dengan Korea Selatan. Pada 9 September, mereka menaiki kapal Tonggonae Gukho di pelabuhan Ongjin, di pantai barat Korea Utara. Dan mendarat di Rangoon, pada 22 atau 23 September. Menurut pengakuan Kang, setiba di Rangoon mereka langsung dibawa ke rumah Chan Chang Hui, penasihat pada kedutaan besar Korea Utara. Dua hari kemudian mereka menerima bahan peledak. Pada 7 Oktober, mereka melancong ke Mausoleum Martir. Kang memanjat ke langit-langit bangunan yang tidak dikawal itu, dan memasang bom yang bisa diledakkan dari jarak jauh. Ketika rombongan tamu negara dari Korea Selatan mengunjungi mausoleum, dua hari kemudian, Kang dan komplotannya mengintai dari kejauhan. Setelah tamu terlihat ramai di ruang upacara, pemimpin tim teroris, Zin Mo, langsung menarik picu, dan ledakan yang terjadi meruntuhkan cungkup makam Aung San, pahlawan dan pendiri Birma merdeka. Tapi sebuah kesalahan besar terjadi. Presiden Chun Doo-Hwan, sasaran utama, selamat. Ia terlambat lima menit tiba di tempat. Dengan tuduhan terlibat pembunuhan dan pemilikan senjata api secara gelap, Kang dan Zin diancam hukuman sepuluh tahun penjara sampai hukuman mati di tiang gantungan. Ketua Mahkamah, Kolonel Maung Maung Aye, tak lupa mengumumkan keputusan pemerintah Birma menunjuk dua pembela yang akan mendampingi terdakwa. Juga seorang penerjemah karena Kang dan Zin -yang fasih berbahasa Cina dan Rusia, di samping bahasa Korea- tidak bisa berbahasa Inggris. Presiden-Birma, U San Yu, memang memperlihatkan itikad yang sungguh-sungguh menyingkap malapetaka yang membawa aib ini. Sebelum para terdakwa disidangkan, Birma secara resmi memutuskan hubungan diplomatik dengan Korea Utara. Kesebelas diplomat Korea Utara yang ditempatkan di Rangoon angkat kaki, 6 November siang. Kesungguhan Birma ini, agaknya, yang membuat Korea Utara tidak banyak bicara sejak kedua sabotirnya disidangkan. Pyongyang malah menyampaikan pesan yang agak aneh untuk Korea Selatan melalui sekretaris jenderal Partai Komunis Cina, Hu Yaobang, yang berkunjung ke Jepang pekan lalu. Pesan yang diterima PM Jepang, Yasuhiro Nakasone, itu berbunyi: Korea Utara tidak akan menyerbu Korea Selatan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus