ORANG yang pandai bohong juga pandai membuat iklan. Contoh tidak
perlu dicari jauh. Setiap surat kabar dan setiap majalah
mempertahankan hidupnya berdasar ongkos iklan, suatu bisnis
yang di dunia kita menelan beberapa milyar dolar setahun. Mobil
jelek diiklankan sebagai mobil yang paling baik, naik kapal
terbang dilukiskan sebagai nikmat besar, padahal setiap orang
tahu bahwa naik kapal terbang ialah siksaan yang besar.
Untungnya, sang pembaca yang budiman, yang melihat dan
mernikmati iklan, sering mengetahui dia ditipu. Lipstik
diklankan di bibir gadis yang paling cantik dan sang ibu yang
mukanya serupa adonan kue donat mengerti bahwa dia tidak serupa
dengan Christine Hakim tapi toh membeli lipstik itu karena,
siapa tahu, mungkin kosmetik itu ialah simsalabim yang mengubah
Xantippe menjadi Helena.
Lebih dahsyat ialah korupsi bahasa di bidang politik dan
ideologi. Pax Christiana istilah bagus, damai di seluruh dunia,
tapi suara merdu itu tidak lain daripada ideologi yang
memungkinkan orang dibakar ketika masih hidup. Blut und Boden
ialah bahasa yang membuat bersorak sorai berjuta muda-mudi dan
memberi kesempatan untuk pembunuhan 22 juta orang.
Haig A. Bosmajian pernah mengarang buku dengan judul The
Language of Oppression. Sang profesor konon telah membuktikan
bahwa tipuan di bidang bahasa membawa manusia ke arah
dehumanisasi dan kemunduran umat manusia.
Tipuan bahasa muncul dalam pelbagai bentuk. Sering penipuan itu
terjadi kalau orang yang berkuasa memberi definisi yang palsu.
Pembohong ilmiah ialah Joseph Goebbels, menteri penerangan di
bawah Adolf Hitler. Hukum didefinisikan sang penipu sebagai hal
yang berguna untuk rakyat: Recht ist was dem Volke Nuetszt. Dan
membunuh tujuh juta tahanan politik disebut yang cocok dengan
hukum.
Negara Marcos ialah neara demokratis dan bukan negara militer.
Kalau dikatakan bahwa hampir semua pejabat bekas militer dan
sidang kabinet dikunjungi para jenderal, jawaban yang diberikan
ialah bahwa justru hal itu disebut demokrasi. Kalau setiap hal
yang ditulis dalam surat kabar diawasi dan kalau hal itu disebut
pers yang bertanggung jawab, itu memang definisi palsu dan
contoh dari korupsi bahasa yang sangat dahsyat.
Contoh lain dari pembusukan omongan ialah yang disebut
doublespeak. Sang pendeta omong tentang zinah dan yang mendengar
tidak tahu apakah sang pendeta pro atau kontra gejala itu. Gajah
dilukiskan dan kita tidak tahu apalah menurut doublespeaker
gajah besar atau kecil, sehingga yang senang melihat gajah besar
percaya dia mendengar lukisan gajah besar sedang yang lain
melihat gajah yang sangat kecil.
Mengapa Bosmajian berpendapat bahwa umat manusia bisa hancur
berdasar korupsi bahasa? Itu mungkin karena dia mengerti bahwa
bahasa bukan bunyi, melainkan realitas. Ayah yang menindas
anaknya tidak menindas karena dia hanya disebut ayah tapi dia
menjadi ayah karena anaknya memakai nama itu.
Realitas manusia diciptakan dengan bahasa, dunia kita ialah
dunia sosial yang dibuat kita bersama-sama. Konstruksi dan
rekonstruksi bukan urusan politik dan ekonomi saja tapi terutama
urusan bahasa.
Pol Pot membunuh semua orang yang mempunyai kaca mata karena dia
takut bahasa mereka. Waktu Eropa diduduki orang Jerman, kita
hidup dalam dunia gelap dan bau busuk. Baru orang yang lari dan
tinggal di Inggris atau AS menghirup udara segar dan melihat
cahaya. Yang lama tinggal dalam kamar gelap akhirnya tidak tahu
lagi kamar itu gelap, yang sering dibohongi merasa dia hidup
dalam alam kebenaran.
Hitler menduduki dan merebut pelbagai daerah, tapi hal itu
disebut pembebasan. Dia melukiskan dirinya sebagai pahlawan
kemerdekaan yang membebaskan bangsa dari penjajah, padahal dia
algojo yang menindas. Syarat mutlak untuk korupsi bahasa ialah
teror. Tanpa ketakutan cukup banyak anak mengatakan bahwa raja
telanjang.
Dalam buku Pin Ya Thai dilukiskan seorang ibu melihat bagaimana
anaknya dibunuh Khmer Merah dan ibu harus mengucapkan terima
kasih karena pembunuhan ialah hal yang baik. Anak yang menjadi
pengkhianat dan melaporkan orangtua pada polisi dipuji sebagai
pahlawan kebenaran. Malaikat menjadi setan dan setan malaikat.
Akhir-akhir ini ada banyak omongan di tanah air tentang bahasa
Indonesia. Mungkin korupsi bahasa juga terdapat dalam masyarakat
kita. Kalau itu benar, baik kita inat kesimpulan Bosmajian
bahwa korupsi bahasa ialah hari akhirat dan pembunuhan umat
manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini