AKHIR-akhir ini suhu politik kian menanjak di Manila. Mingu
lalu pihak oposisi kembali meneriakkan, "Marcos mundur, Marcos
mundur!" Istana Malacanang dijaga ketat, tapi justru ke sanalah
100.000 demonstran bergerak. Inilah puncak kegiatan unjuk rasa
sepanjang pekan, yang dimulai 20 November. Golonan oposisi
memang merencanakan aksi protes itu berakhir 28 November -persis
hari ulang tahun Mendiang Senator Benigno "Ninoy" Aquino.
Kegiatan anti-Marcos di Filipina dewasa ini memang sudah tidak
bisa lagi dilepaskan dari tragedi Ninoy yang terbunuh 21 Agustus
silam. Warna kuning, simbol perjuangan Mendiang, menjadi warna
lambang oposisi. Kini pemandangan serba kunin terlihat di
mana-mana, mulai dari kaus oblong, ikat kepala, topi, pita,
guntingan kertas, sampai ke balon yang dilepas ke udara. Apakah
kaum oposisi sudah menemukan momentum baru bagi aksi mereka?
Tampaknya demikian.
Bukan hanya momentum, melainkan juga pendukung. Sekarang pihak
oposisi resmi diperkuat kaum pengusaha yang secara amat
mengesankan turun ke jalan, Kamis pekan silam. Barisan orang
berduit ini berarak sepanjang 4 km, lengkap dengan poster dan
spanduk yang membakar semangat. Dua di antara poster itu
bertuliskan, "Tak Ada Hari Esok buat Marcos" dan "Mati adalah
Istirahat, tapi Mundur akan Membawa Berkah".
Presiden Marcos sendiri, sampai kini, belum menunjukkan
tanda-tanda akan mundur. Isu suksesi dicoba diredam Marcos
dengan suatu keputusan baru. Jika dulu Komite Eksekutif
dinyatakan berwenang menjadi penggantinya, ia sekarang
terang-terangan menunjuk perdana menteri. Terlepas dari sikap
pro dan kontra, kecondongan Marcos pada PM Cesar Virata -seorang
teknokratitu bisa dinilai sebagai suatu langkah mundur.
Tapi, sebelum sampai pada keputusan yang ditentang partainya
sendiri ini, Marcos lebih dulu unjuk kekuatan. Dalam suatu
kesempatan di Malacanang, ia mengundang semua pucuk pimpinan
angkatan bersenjata Filipina, memuji-muji jasa mereka, dan
memaklumkan kesetiaan militer yang mutlak kepadanya. Langkah ini
disusul pengumuman tentang terbentuknya brigade khusus
antiteroris, yang kabarnya terlatih menangkis huru-hara dan
mematahkan operasi gerilya kota. Berapa persis kekuatan brigade
itu tidak jelas, tapi dikabarkan ada dua batalyon tentara
pilihan ditarik ke Manila dari Pulau Samar dan Mindanao. Mereka
bergabung dengan tiga batalyon yang sudah dipersiapkan untuk
keadaan darurat.
Kekuatan gabungan itu, Ahad lalu, sudah membuktikan kebolehannya
"menjinakkan" demonstrasi raksasa tanpa menembakkan sebutir
peluru pun. Mereka berhasil meringkus seorang perusuh
bersenjatakan pisau dapur, mengamankan pentolan oposisi, dan
membubarkan mahasiswa.
Akan ke manakah Filipina? Arah perkembangan di negeri ini masih
sulit diramalkan. Belakangan ada Derveseran Dandanan antara
Marcos dan partainya sendiri, KBL (Gerakan Masyarakat Baru).
Jika presiden menunjuk PM sebagai penggantinya, KBL justru
menyarankan supaya lembaga wakil presiden dihidupkan kembali.
Sementara itu Imelda Marcos tiba-tiba mengundurkan diri dari
keanggotaan Komite Eksekutif. Ia juga bermaksud melepaskan kursi
gubernur Manila dan menteri lingkungan hidup. Namun, kejutan itu
tidak menjamin bakal terjadi suatu perubahan mendasar di
Filipina. Apalagi di saat defisit mencatat hampir US$ 2 milyar
dan nilai tukar peso terhadap dolar merosot 53%. Marcos masih
saja mencari kambing hitam baru. Kali ini ia melemparkan semua
kesalahan pada kelompok pengusaha.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini