Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kiamat versi abc

As diguncang sebuah film televisi tentang perang nuklir "the day after", produksi jaringan televisi abc. gedung putih mengeluarkan penerbitan buku. kalangan pendidikan cemas. (ln)

3 Desember 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERATUS juta penduduk AS terpana di depan pesawat televisi mereka, Minggu malam pekan lalu. Selama 135 menit mereka menyaksikan kiamat nuklir melalui film The Day After (TDA), produksi jaringan televisi ABC (American Broadcasting Corporation). Film yang kemudian membangkitkan perdebatan politik, kecemasan psikologis, dan meniupkan angin segar bagi gerakan antinuklir. Gedung Putih guncang. Beberapa saat setelah pemutaran film selesai, Menteri Luar Negeri George P. Shultz muncul di layar televisi jaringan yang sama untuk menenangkan rakyat. Malam berikutnya menyusul Kenneth L. Adelman, kepala Biro Pengendalian dan Perlucutan Senjata, dan Richard N. Perle, pejabat tinggi bidang kebijaksanaan keamanan internasional. Langkah ini ditambah dengan penerbitan buku kecil berjudul "Presiden Reagan tentang Perdamaian, Pencegahan dan Penyusutan Senjata". Buku ini dikirimkan cuma-cuma untuk siapa saja yang menyangsikan politik nuklir Reagan, setelah menonton TDA. Wakil Presiden George Bush dan Menteri Pertahanan Caspar W. Weinberger juga diperkirakan akan tampil "menenangkan" penduduk AS. TDA menggambarkan neraka beradius 50 km yang muncul di Lawrence, akibat bom nuklir Soviet menghajar Kota Kansas. Bom itu sendiri dikirim sebagai balasan serangan nuklir AS beberapa saat sebelumnya, setelah diketahui bahwa Tentara Merah menyeberangi perbatasan Jerman Timur dan masuk ke Jerman Barat. Awan merah tiba-tiba menudungi angkasa di atas Lawrence, diiringi terbitnya 13 "matahari". Bumi gelap. Listrik dan mesin padam, bahkan di mobil yang sedan meluncur. Komunikasi putus. Kota berubah menjadi padang radiasi. Manusia berjalan bagai kerangka, kempis dan kering dipanggang terik. Hanya kecoak yang bertahan. Bom nuklir ternyata tidak hanya membantai manusia, melainkan juga menamatkan peradaban. Edward Hume, penulis skenario TDA, melukiskan betapa, setelah peledakan itu, manusia saling membunuh untuk memperebutkan setetes air, sebiji apel, atau selembar atap untuk berteduh. Jauh lebih dahsyat daripada film AS pertama tentang perang nuklir, On the Beach, produksi United Artist, 1959. Di situ, Gregory Peck dan Ava Gardner masih sempat bermain cinta. "Secara sinematografis, film ini tidak istimewa, kata Salim Said, koresponden TEMPO di Colombus, Ohio, AS. Yang luar biasa adalah dampak politis dan psikologisnya. Kantor pusat ABC di New York tak mampu menghitung panggilan telepon dari penonton yang menanggapi TDA. Para penentang kebijaksanaan Presiden Reagan menggunakannya sebagai senJata ampuh menari simpati. Sebuah koalisi kelompok antinuklir merencanakan proyek 800 NUCLEAR, untuk menggerakkan oposisi berdasarkan hasil pemutaran TDA. Bahkan para anggota Kongres AS terlibat perbantahan. Kalangan pendidik pun tak tinggal diam. Sebuah petunjuk dikeluarkan bersama oleh Asosiasi Nasional Sekolah-sekolah Swasta, Dewan Orangtua Washington, dan Asosiasi Pendidikan Nasional AS. Petunjuk itu mengimbau agar film ini tidak ditonton anak di bawah usia 12 tahun. Di luar AS, izin peredaran film arahan Sutradara Nicholas Meyer (Star Trek II) ini sudah dibeli Jerman Barat seharga Rp 384 juta. Pemutarannya di 75 kota dimulai pekan ini. Bahkan di Moskow, atas permintaan wakil- ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Uni Soviet, Vladimir Velikhov, kepada kepala perwakilan ABC, TDA sudah diputar untuk kalangan terbatas. Padahal, menurut Carl E. Sagan, astronom terkemuka AS yang menghadiri seminar TDA di Kansas, film yang dibuat dengan biaya Rp 8 milyar itu "masih terlalu indah bila dibandingkan dengan akibat perang nuklir yang sesungguhnya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus