Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Panen Teripang di Negeri Orang

Tiga kapal nelayan Indonesia dibakar karena mencuri teripang di perairan Australia. Tergiur harga teripang yang tinggi dan stok yang berlimpah di sana.

20 November 2021 | 00.00 WIB

Satu dari tiga kapal yang dihancurkan oleh Komando Perbatasan Maritim, di lepas pantai Australia Barat, September 2021. Australian Border Force/Facebook
Perbesar
Satu dari tiga kapal yang dihancurkan oleh Komando Perbatasan Maritim, di lepas pantai Australia Barat, September 2021. Australian Border Force/Facebook

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Australia membakar tiga kapal nelayan Indonesia yang mencuri teripang di perairannya.

  • Pembakaran ini dilakukan sebagai sikap tegas Australia terhadap praktik illegal fishing.

  • Kementerian Kelautan dan Perikanan memprotes pembakaran kapal tersebut.

PASUKAN Perbatasan Australia (ABF) mendapat peringatan bahwa ada pencurian ikan di Rowley Shoals, taman laut milik Negara Bagian Australia Barat, pada Oktober lalu. The Sydney Morning Herald melaporkan sebuah kapal wisata yang sedang berlayar di kawasan itu berserobok dengan nelayan Indonesia. Rekaman video dari sebuah drone menunjukkan para nelayan sedang berjalan di koral dan mengambil biota laut.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus