DI sektor Poonc, kawasan Jangli, sekitar perbatasan kedua negara, Kamis pekan lalu meledak pertempuran. Tentara India dan Pakistan terlibat aksi tembak-menembak, singkat tapi seru. Menurut sumber resmi India, paling tidak delapan tentara Pakistan dan satu tentara India tewas. Tapi berita itu segera dibantah oleh Pakistan. Ada tuduhan bahwa tentara Indialah yang pertama-tama melepaskan serentetan tembakan ke arah sekelompok anggota militer Pakistan yang sedang membangun perlindungan. Kontak senjata itu tak berlangsung lama karena komandan lokal kedua pihak mengadakan pertemuan dan kemudian menarik pasukan dari tempat insiden itu terjadi. Itulah insiden bersenjata pertama yang melibatkan kedua tentara resmi selama ketegangan antara kedua negara dalam konflik kedaulatan atas wilayah Kashmir belakangan ini. Memanasnya ketegangan dimulai ketika India menuduh bahwa Pakistan berada di balik kekisruhan di wilayah itu. Tak kurang dari Perdana Menteri Vishnawat Pratap Singh yang menuduh bahwa Pakistan telah memberikan senjata, uang, dan obat-obatan kepada golongan Islam separatis Kashmir dalam usaha untuk menentang pemerintah sah di New Delhi. Tuduhan itu dibantah Pakistan. Nampaknya, ketegangan akan bertambah menghebat lantaran Singh memperkeras pendiriannya. Ketika kembali dari suatu kunjungan ke kota suci agama Sikh Amritsar, Singh mengulangi tuduhannya bahwa Pakistan sangat terlibat dalam kerusuhan di Kashmir. Ia pun -- paling tidak untuk sementara -- mengesampingkan kemungkinan kompromi. "Dialog macam apa yang akan diperoleh andai kata pihak sana memasok para teroris dengan senjata, uang, dan obat-obatan?" katanya. Seterusnya Singh mengatakan, walaupun keadaan perbatasan nampaknya sudah normal kembali, tentara Pakistan telah bergerak ke perbatasan. Mereka pun, kata Singh lagi, telah memasang radar dan menggerakkan satuan-satuan tank. Sekali lagi ia mengancam Pakistan harus "menanggung konsekuensi yang berat" apabila ia terus mendukung "kaum teroris" dan memaksakan perang. Di muka parlemen India, Singh mengucapkan pidato yang paling keras. "Apabila kita terpaksa berperang, India takkan berhenti sebelum tujuan terakhirnya tercapai," katanya. Tapi ia tak merinci apa yang disebutnya sebagai tujuan akhir tersebut. Sebenarnya, ucapan-ucapan Singh itu merupakan reaksi atas pernyataan Perdana Menteri Pakistan Benazir Bhutto. Sebelumnya Bhutto melansir kata-kata yang nadanya setengah menantang. Yakni, negerinya akan terus bertempur selama "seribu tahun sekalipun" untuk merebut kedaulatan atas Kashmir. Sejak kedua negara itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris 43 tahun yang silam, Pakistan dan India telah terlibat peperangan dalam sengketa Kashmir sebanyak dua kali, masing-masing pada 1948 dan 1965. Campur tangan PBB menghasilkan perdamaian 1 Januari 1949, yang membagai Kashmir jadi dua wilayah: sepertiga dikuasai Pakistan, sisanya India. Insiden kedua didamaikan oleh sebuah komisi internasional pada 19 Februari 1968. Sementara itu, hari-hari ini keadaan di Kashmir sendiri makin genting. Barisan mahasiswa dari kaum separatis yang menamakan dirinya Front Pembebasan Jammu-Kashmir telah membunuh tiga orang terkemuka Kashmir, antara lain L.M. Khera, seorang industrialis Hindu. Ketiga orang itu ditembak sebagai sandera lantaran tuntutan organisasi rahasia itu, agar Pemerintah India melepaskan para nasionalis Kashmir yang ditahan, tak dilayani. Mereka mengancam akan membunuh lebih banyak orang. Sebegitu jauh, sejak Januari, ketika India melakukan tindakan drastis di Kashmir, tak kurang dari 259 orang telah tewas. Di India sendiri, Tentara Pembebasan Jammu Kashmir, organisasi militan Hindu yang dibentuk sebagai reaksi pembentukan Front Pembebasan Jammu-Kashmir, mengadakan demonstrasi di muka kedutaan Pakistan di New Delhi, dan bertekad menghancurkan Pakistan. Untunglah, polisi India cepat membubarkan demonstran. Apa pun yang akan terjadi di Kashmir, yang akan menjadi korban adalah ratusan ribu orang yang tak berdosa. Merekalah rakyat yang terjebak dalam pertentangan antara kedua negara yang selalu bermusuhan itu. Memang, konflik Kashmir yang menyangkut pertikaian antara Pakistan, India, militan Islam, dan militan Hindu barangkali belum dapat dinamakan perang. Tapi dampaknya atas kehidupan rakyat sangat besar. Sampai saat ini sekitar 85 ribu pandit atau sekitar 50% penduduk Hindu telah keluar mengungsi dari Kashmir. Walaupun kaum militar muslim menjamin keamanan jiwa mereka, mereke lebih senang meninggalkan Kashmir dan mengungsi di dekat perbatasan dengar Negara Bagian Jammu, di tenda-tenda yang disediakan Pemerintah India. Dan tak kurang dari lima ribu muslim juga mengambi langkah yang sama. Yang menarik, konflik India-Pakistan yang terakhir ini sangat terkait dengan politik domestik kedua pihak. Baik pemerintahan Bhutta maupun Singh masing-masing menguasai mayoritas yang sangat tipis dalam badan-badan perwakilan kedua negara. Pidato-pidato Singh yang berapi-api dan penuh ancaman terhadap Pakistan dapat ditafsirkan sebagai usaha untuk kelihatan tegas dan keras di mata oposisi. Padahal, ia tak menginginkan timbulnya perang, yang hanya akan mengganggu program-program pembangunan ekonomi India. Demikian juga dengan nasib pemerintahan Benazir. Apabila ia salah langkah dalam mengimbangi manuver-manuver India, kata para pengamat Asia Selatan, nasib pemerintahnya hanya akan seumur jagung. Selain itu, ada faktor lain dalam ketegangan India-Pakistan. Yakni soal militer. Dulu, ada anggapan bahwa India, dengan wilayah yang luas dan penduduk yang banyak, menganggap Pakistan tak berbahaya. Belakangan, sehubungan dengan perang di Afghanistan, Pakistan memodernisasikan militernya. Memang, dalam jumlah, personel serta senjata, Pakistan tetap kalah. Tapi, konon, kualitas persenjataan modernnya bisa menandingi India. Misalnya saja, untuk pesawat tempur MiG-29 India, Pakistan kini memiliki F-16 yang tak kurang ampuhnya. Dengan kekuatan militer masing-masing, bila terjadi perang terbuka, tampaknya kerugian, penderitaan, dan korban akan begitu besar. Jumlah tentara Pakistan seluruhnya memang cuma separuh tentara India (520 ribu banding lebih dari 1,2 juta). Tapi perang modern adalah perang persenjataan, dan kedua belah pihak sama-sama memiliki senjata mengerikan. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini