Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengapa dia harus ditembak

Penembakan paus johannes paulus ii ketika ia akan menerima audensi umum di vatikan. penembaknya mehmet ali agca mengaku sebagai pengikut gerilya al fatah paus dari masa ke masa. (ln)

23 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR setiap hari Lapangan Santo Petrus di Vatikan ramai dengan pengunjung. Sebagai kota suci umat Katolik ia tak hanya menampung para penziarah tapi juga turis dari seantero dunia. Dan pada hari audiensi umum, setiap Rabu, saat Paus Johannes Paulus 11 keluar menemui penziarah, suasana di lapangan itu biasanya semakin meriah. Khalayak selalu berebut menyalami Paus. Tapi suasana meriah yang berlangsung pekan lalu tiba-tiba terganggu. Terdengar suara tembakan yang ternyata ditujukan ke arah Paus. "Bagaimana mereka bisa melakukan ini?" tanya Paus kepada seorang perawat di Rumah Sakit Policlinico Gamelli, ketika ia dibawa ke ruang operasi 20 menit setelah seorang pemuda Turki menembaknya: untung peluru tidak mengenai bagian vital dalam tubuhnya. Jiwa Paus bisa diselamatkan di ruang bedah. Operasi mengeluarkan 3 butir peluru yang bersarang di tubuhnya berlangsung selama 5 jam. Setelah 72 jam, buletin medis yang dikeluarkan rumah sakit itu masih menyatakan Prognosi riserveta, yang berarti keadaan Paus belum bisa ditentukan apakah akan selamat. Tapi buletin hari Mmggu mengumumkan keadaan Paus semakin membaik. Profesor Emilio Tresalti, kepala bagian medis rumah sakit itu, mengatakan bahwa tidak ada tanda infeksi gawat pada bekas lukanya. Paus Johannes Paulus II, yang tertembak 5 hari menjelang ulang tahunnya ke-61 itu, gemar berolah raga. Terutama berenang dan main ski. Kondisi fisiknya yang begitu kuat merupakan modal bagi penyembuhannya. Dan hari Minggu itu ia mulai melakukan latihan pernapasan, menggerakkan kaki dan lengannya. Bahkan bisa ia menyampaikan pesan lewat radio yang ditujukan pada umat Katolik dan penziarah yang sedang berkunjung ke Vatikan. "Dengan perasaan yang dalam, saya mengucapkan terima kasih atas doa kalian," kata Paus dalam pesannya. Sekitar 15 ribu orang yang berada di Lapangan Santo Petrus, bertepuk riuh mendengar Paus selama satu mcnit saja lewat pengeras suara. Inilah pertama kalinya Pausberbicara kepada khalayak sejak ia ditembak. Mendengar suara Paus yang agak lemah tapi tak tersendat-sendat itu, banyak pengunjung menitikkan air mata. Mereka rupanya teringat bahwa beberapa hari sebelumnya. di tempat yang sama, Paus tertembak ketika akan menerima audiensi umum. Acara sekali seming gu itu berbeda dengan acara rutin harian yang disebut Uibi et Orbi, yang artinya doa untuk kota (Vatikan) dan doa untuk dunia, saat Paus biasanya hanya berdiri di salah satu balkon, melambaikan tangan kepada para penziarah selama beberapa menit. Sebelum penembakan itu terjadi Paus sedang menuju Basilika Santo Petrus, tempat ia menerima audiensi tiap hari Rabu. Dengan menggunakan jeep Toyota terbuka, Paus menyempatkan diri menerima lambaian tangan para penziarah dan turis yang berdiri di sepanjang rute yang akan dilaluinya. Kadang-kadang kendaraannya terpaksa berhenti karena desakan pengunjung yang ingin bersalaman. Bahkan sempat ia mendukung bayi yang diacungkan ibunya. Begitu Toyota itu melewati tempat yang sesak, suara letusan terdengar. Tiba-tiba orang panik. Dan Paus yang berada di bagian belakang kendaraan itu langsung rubuh. Tembakan itu datang dari jarak hanya 4,5 meter dari tempat Paus berada. Banyak pengunjung Jadi kucar-kacir. Di mana-mana terdengar suara teriakan. Penembaknya adalah Mehmet Ali Agca, pemuda Turki yang berusia 23 tahun (lihat box). Seorang suster Franciscan, Lucia Gludici, yang waktu itu berada dekat si penembak, melihat dengan jelas pintol itu diacungkan ke arah Paus. Ia bercerita dalam suatu wawancara tv Italia akhir pekan lalu. "Tanpa sadar saya langsung menuju ke arahnya. Ia mencoba untuk lari, tapi dengan cepat saya sempat menarik jaketnya. Baru kemudian polisi datang," kata Gludici. Sumber polisi sebelumnya mengatakan bahwa Ali Agca ditangkap oleh Pasquale Novarra, seorang agen polisi, segera setelah penembakan itu. Tapi siapapun yang pertama kali mengetahui perbuatan Ali Agca, dia tak sempat lolos. Sementara itu jip yang ditumpangi Paus langsung dilarikan kencang ke arah kompleks Istana Vatikan. Dari situ Paus dipindahkan ke ambulan, dan kemudian dibawa ke RS Policlinico Gamelli, di bagian utara Roma. Selama di perjalanan Paus berdoa dalam bahasa Polandia. Dan setibanya di rumah sakit, ia segera dibawa ke ruang operasi. Menurut Dr. Renato Buzzoneto, dokter pribadinya, Paus diberi infus darah golongan A. Memang kehadiran Paus dalam kerumunan serupa itu sudah lama diduga akan membawa bahaya. Bagi Paus adalah sulit menghindari sambutan para penziarah -- sama halnya bila ia melakukan perjalanan ke luar Vatikan. Pejabat Vatikan secara pribadi sudah berulang kali mengatakan bahwa pertemuan Paus dengan massa mengandung risiko besar, terutama bila massa berebut menyalaminya. Pengawalan untuk keselamatan Paus begitu sederhana. Berdasarkan suatu pakta tahun 1929, keamanan di kota suci Vatikan sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah Italia. Dan khusus di Lapangan Santo Petrus yang sifatnya terbuka untuk umum penjagaan betul-betul longgar. Selama ini kepolisian Italia hanya mengirimkan 100 orang yang berpakaian preman untuk menjaga keamanan kota Vatikan. Ada juga pengawalan oleh Swiss Guard (Pengawal Swiss) yang berkekuatan 95 orang. Mereka secara tradisional mengawal Paus sejak abad ke-15. Dan anggotanya direkrut dari salah satu Canton Katolik di Swiss. Senjata mereka tak lebih dari kampak dan lembing, seperti yang digunakan pada masa abad ke-15 dan ke-16. Namun mereka cukup terlatih dan memiliki kemampuan yang tinggi sebagai pasukan keamanan. Menurut cerita, pakaian seragam Swiss Guard yang berwarna biru, kuning dan merah itu dirancang oleh pelukis terkenal, Michaelangelo. Tak heran kehadiran pasukan pengawal ini begitu menarik turis. Sifatnya seremonial. Tiap tahun pasukan ini melangsungkan upacara sumpah di depan Paus. Tepatnya setiap 6 Mei. Tanggal ini sangat penting buat mereka. Alkisah, pada hari itu, tahun 1527, 147 pengawal Paus Clementus VII tewas dalam mempertahankan orang suci itu dari serbuan tentara Charles V. Tapi Paus Clementus dapat diselamatkan. Seminggu sebelum Paus Johannes II tertembak, Pengawal Swiss juga mengadakan sumpah baktinya. Maka ada kesan seakan-akan Paus sudah menyadari akan terjadi peristiwa itu. Dalam acara misa khusus itu Paus sempat berdoa, "semoga kekerasan dan fanatisme dijauhkan Tuhan dari wilayah Vatikan." Dan ia juga mengingatkan para pengawal akan kemungkinan korban jiwa mereka demi menjaga keselamatan Paus. "Siapa saja yang menyerahkan jiwanya demi saya, dia akan mendapatkannya kembali. Tuhan sudah menjanjikannya," ujar Paus mengutip Santo Matheus. Selain itu Paus sendiri punya pengawal pribadi, yaitu Uskup Paul C. Marcinkus, 58 tahun, bekas pemain bola. Mahir dalam seni bela diri, Uskup asal Amerika ini biasanya ditugasi mengatur penjagaan keamanan Paus bila melawat ke luar negeri. Biasanya ia terlebih dahulu tiba di negara yang akan dikunjungi Paus. Dan dia pula yang mengatur keamanan Paus bersama petugas setempat. Di tengah kerumunan massa Marcinkus selalu mendampingi Paus. Dengan tangannya yang kuat ia akan lebih mudah membuka jalan bagi Paus. Pernah terjadi percobaan pembunuhan terhadap Paus Paulus VI di Lapangan Udara Manila, November 1970. Waktu itu Marcinkus yang mengawal Paulus VI berhasil meringkus Mendoza y Amor. Pelukis Bolivia ini mau membunuh Paus. Sejak itu pengawalan Paus di luar negeri diperketat. Dan itu terlihat ketika Paus Johannes Paulus II berkunjung ke Irlandia, September 1979. Di situ sedikitnya 10 ribu orang polisi dan 13 ribu tentara dikerahkan menjaga keamanan Paus. Paus Johannes Paulus II yang dilantik Oktober 1978 suka melakukan kunjungan muhibah. Tahun 1979 saja ia telah melakukan perjalanan ke Asia, Afrika, Amerika Serikat dan Eropa. Dan ketika ia berkunjung ke Pakistan, 16 Februari lalu, sebuah bom meledak beberapa menit sebelum ia tiba di stadion untuk memberikan misa. Dalam kunjungannya ke Filipina, pada bulan yang sama, suatu insiden terjadi di stadion Universitas Santo Thomas. Seorang anak muda yang memakai T-shirt bertuliskan I Love You sempat membuat heboh petugas keamanan. Tapi anak muda itu mendadak mendekati Paus hanya karena ingin mencium tangannya. Tak gampang mencegah massa mendekati Paus, pemimpin dari 750 juta umat Katolik di dunia. Ketika ia berkunjung ke Kinshasa, Zaire, Mei 1980, 7 wanita dan 2 anak-anak hampir mati terinjak karena berebutan memasuki tempat Misa Suci diselenggarakan. Keadaan serupa ini diduga akan dihadapi Paus lagi dalam perjalanannya ke luar negeri. Namun kejadian pekan lalu di Lapangan Santo Petrus, masih di Vatikan, sungguh mengagetkan. "Kita betul-betul heran, apakah dunia sudah menjadi begitu barbar hingga tak mampu lagi menghormati jiwa seorang utusan Tuhan bagi perdamaian," kata PM Kanada, Pierre Trudeau, setelah mendengar berita penembakan itu. Presiden Ferdinand Marcos yang belum lama ini menjadi tuan rumah ketika Paus berkunjung ke Filipina menyatakan ia terkejut. Penembakan itu disebutnya "tak berperasaan". Ia mendesak pemerintah di dunia untuk mengambil tindakan yang cepat dalam melawan 'para penjual darah' dan 'kekerasan yang sadis'. Kantor Penerangan Palestina di Washington turut bersimpati. Pernyataannya "Paus Johannes Paulus adalah tokoh perdamaian. Dia bicara tentang keadilan bagi rakyat Palestina. Kami berdoa bagi keselamatannya dan mengutuk usaha penembakan terhadapnya." Memang reaksi dunia tampaknya begitu keras terhadap tindakan kekerasan. Berbagai tajuk rencana koran -- seperti yang dikumpulkan New York Times -- berkesimpulan bahwa penembakan itu menunjukkan "tak seorang pun yang bisa selamat dari tindakan kekejaman atau kegilaan." Enam mingu sebelum Paus tertembak, Presiden Ronald Reagan juga mengalami hal yang sama. Dan presiden yang berumur 70 tahun itu juga selamat meskipun harus menjalani operasi. Bedanya hanya satu. John W. Hinckley yang menembak Reagan tampaknya tak punya motif politik. Sedang Mehmet Ali Agca yang menembak Paus diduga datang dari suatu jaringan teroris internasional (lihat Selingan). Ali Agca, konon mengaku sebagai pengikut George Habash, tokoh gerilyawan Al Fatah. Tapi belum jelas sejauh mana itu benar. Sementara itu koran Italia Corriere della Sera telah membeberkan surat Raja Hassan, dari Maroko. Ditujukan kepada Presiden Italia, Sandro Pertini, surat itu menuduh pemimpin Libya, Kolonel Moammar Khadafi, terlibat dalam usaha membunuh Paus. Tapi benarkah ini? Ali Agca telah ditangkap. Adakah dia akan bercerita siapa orang yang menyuruhnya, bila ada, itu masih jadi pertanyaan besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus