WAJAHNYA sama sekali tak menunjukkan rasa penyesalan. Mehmet Ali
Agca, pemuda Turki yang dituduh menembak Paus Johannes Paulus
II, memang agak aneh. Begitu tertangkap ia langsung mengatakan,
"saya adalah sahabat bangsa Palestina." Dan di sakunya dijumpai
sebuah pamflet yang ditandatanganinya sendiri. Isinya: "Saya,
Agca, telah membunuh Paus agar dunia tahu ribuan orang telah
menjadi korban imperialisme."
Tak jelas apa maksudnya. Tapi ada dugaan ia mencoba menghindari
tuduhan bahwa ada komplotan di belakang aksi yang dilakukannya.
"Ia adalah teroris dengan 'T' besar," kata Alfredo Lazzarni,
Komandan Pasukan Anti Teroris Roma. "Sikapnya yang dingin,
cerdik serta terlatih baik dalam menembak membuat orang tak
percaya bahwa ia bertindak sendirian." Lazzarni selama 12 jam
secara terus-menerus memeriksa Ali Agca.
Dalam pemeriksaan itu ia menyatakan tak pernah mengalami
kesulitan uang. Dan waktu tertangkap ia masih mengantungi uang
Swiss dan Italia bernilai lebih dari US$ 400.
Ia mengaku telah melakukan perjalanan ke Prancis, Jerman Barat,
Bulgaria dan Spanyol, tahun lalu. Dan selama ini ia memakai
paspor dengan berbagai nama, seerti Farouk Osgun, Ali Hussein
dan Ali Mussein. Semua tu nama palsu.
Tak ada bukti yang menunjukkan ia pernah merampok atau mencuri.
Namun untuk mendapatkan uang, menurut pemeriksa, Ali Agca mesti
mendapat dukungan kelompok tertentu. "Ia adalah orang yang mampu
melaksanakan berbagai tugas, meskipun untuk itu ia harus
mengorbankan dirinya," demikian polisi Roma.
Mehmet Ali Agca, 23 tahun, tergolong orang yang tak beruntung
pada masa kanak-kanaknya. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 8
tahun. Sejak itu ia harus bekerja keras untuk bisa membantu
keluarganya. Menurut ibunya, Muzeyyen Agca, ia pernah berjualan
minuman di stasiun kereta api. Setelah ayahnya meninggal, Ali
Agca jadi berubah, menjadi lebih agresif dan sulit diawasi. Dr.
Atalay Yorukoglu, seorang psikiater Turki, mengatakan bahwa Agca
menderita trauma semasa kanak-kanaknya. Trauma ini disebabkan ia
harus berhadapan dengan ayahnya yang sadis dah ibunya yang lemah
dan sama sekali tak berpikir secara efisien. Kehidupan masa
kecilnya inilah yang kemudian melatarbelakangi aksi kekerasan
yang dilakukannya terhadap Paus.
Sebelum meninggalkan Turki, ia pemah dijatuhi hukuman mati
secara in absentia. Sebagai anggota Partai Gerakan Nasional
(NMP) yang ekstrim kanan, ia terlibat dalam pembunuhan editor
koran Milliyet, Abdi Ipekci Februari 1979. Tapi, November 1979,
ia berhasil melarikan diri dari penjara Kartal di Istambul
dengan memakai seragam tentara. Enam orang tentara dan '3 orang
sipil, yang diduga jadi anggota sayap pemuda NMP, membantu Agca
melarikan diri.
Pemimpin partai ini, Kolonel Alpaslan Turkes, sedang diadili
karena tuduhan mencoba menggulingkan kekuasaan yang sah dengan
kekerasan. Ia juga dituduh terlibat dalam pembunuhan Abdi
Ipekci. Maka banvak dugaan bawa aksi Agca tidak bisa dilepaskan
dari aksi teror yang dilancarkan NMP selama ini. Apalagi selama
berkelana di Eropa ia diduga mendapat bantuan keuangan dari
kelompok tertentu.
Tapi keinginan Agca membunuh Paus bukan hal baru. Beberapa hari
sebelum Paus berkunjung ke Turki, November 1979, Agca yang baru
saja melarikan diri dari penjara Kartal menulis surat kepada
koran Milliyet. "Imperialis Barat, yang khawatir melihat Turki
membuka hubungan baru di bidang politik ekonomi dan militer
dengan saudaranya negara Islam di Timur Tengah, telah mengirim
komandannya yang bertopeng pengkhotbah, yaitu Paus Johannes
Paulus ke Turki" tulisnya.
Tak hanya sampai di situ. Agcajuga juga mengancam: "Jika
kunjungan ini tidak dibatalkan, saya akan menembak Paus.
Satu-satunya alasan saya lari dari penjara adalah untuk ini."
Dan sejak ia melarikan diri pemerintah Turki sudah
memperingatkan negara Eropa. Bahkan Turki telah 3 kali meminta
Jerman Barat agar mengekstradisikan Agca. Konon waktu itu Agca
diduga berada di Bonn.
Peringatan yang sama juga sudah disampaikan Polisi Turki kepada
Italia, 15 hari sebelum Paus tertembak. Dalam hal ini Duta Besar
Turki di PBB, A. Coskun Krica, menyesalkan beberapa negara Eropa
Barat yang telah memberi tempat perlindungan bagi teroris Turki
yang melarikan diri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini