Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich berbicara pada keluarga sandera yang ditahan Hamas bahwa dia tidak bisa berkomitmen untuk memulangkan semua sandera dalam keadaan hidup. Menurut laporan media Israel Hayom pada Rabu, 24 Januari 2024, Smotrich dikabarkan mengatakan itu saat bertemu dengan para keluarga sandera Senin, 22 Januari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diskusi di antara keluarga sandera dan Smotrich untuk membahas aktivitas operasional di Gaza dan dilema seputar pembebasan orang-orang yang mereka cintai. Dalam sebuah rekaman yang tersebar, Smotrich terdengar mengatakan kepada keluarga sandera, 'Saya tidak bisa berkomitmen untuk memulangkan semua sandera hidup-hidup.'
“Saya tidak bisa menjanjikan hal itu kepada Anda. Saya mengatakannya sebagaimana adanya – saya tidak dapat berkomitmen. Saya tidak memandang siapa pun dan mengatakan kepadanya ‘Saya akan memulangkan putra Anda hidup-hidup,’" katanya, seperti dikutip kantor berita Anadolu.
Smotrich mengatakan akan melakukan segalanya untuk membawa para sandera kembali dengan melakukan yang terbaik berdasarkan penilaian dan hati nurani dan dengan cara yang paling sesuai dengan kemungkinan memulangkan (sandera).
"Saya terutama akan melakukan yang terbaik untuk Israel dan orang-orang Yahudi, keamanan dan keberadaan kita di tahun-tahun mendatang,” ucap Smotrich.
Warga Israel selama beberapa pekan terakhir telah menekan pemerintah dan parlemen melalui unjuk rasa untuk menuntut percepatan negosiasi pembebasan sandera. Pada Senin awal pekan ini, keluarga sandera menyerbu sidang komite parlemen di Yerusalem untuk berunjuk rasa menuntut hal tersebut. Warga juga berkemah pada Minggu, 21 Januari 2024, di depan rumah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan hal yang sama.
Israel telah mengusulkan proposal gencatan senjata selama dua bulan sebagai ganti pembebasan 136 sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza. Pembebasan akan dilakukan dalam beberapa tahap dan telah diajukan kepada Hamas melalui Qatar dan Mesir sebagai mediator.
Proposal tersebut tidak termasuk penghentian perang secara permanen, tetapi ini merupakan periode gencatan senjata terlama yang ditawarkan Israel kepada Hamas sejak Oktober 2023. Sebelumnya, kedua pihak menyetujui gencatan senjata sementara pada 24 – 30 November 2023.
Dengan kesepakatan ini, maka Israel dan Hamas akan menyetujui terlebih dahulu berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai ganti pemulangan tiap sandera Israel dari semua kategori. Kemudian, akan dilakukan negosiasi terpisah untuk nama-nama tahanan Palestina yang akan dibebaskan.
Kabar adanya proposal tersebut telah sampai ke telinga Sekjen PBB Antonio Guterres, yang membahasnya dalam debat terbuka Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat pada 23 Januari 2024, tentang situasi di Timur Tengah termasuk isu Palestina.
“Kemarin juga dilaporkan Israel mengusulkan jeda permusuhan selama dua bulan dengan imbalan pembebasan bertahap semua sandera yang tersisa. Saya akan terus, dalam kapasitas saya yang terbatas, melakukan segala upaya untuk berkontribusi terhadap pembebasan mereka,” katanya.
Hamas belum mengeluarkan pernyataan resmi dalam merespons proposal Israel. Namun, muncul kabar dari beberapa media kalau Hamas tersebut menolak proposal itu. Kabar penolakan tersebut datang dari seorang pejabat senior Mesir yang berbicara kepada Associated Press tanpa menyebut nama pada Selasa, 23 Januari 2024.
Menurut laporan koresponden Anadolu, Walid Kilani pada Senin, 22 Januari 2024, juru bicara media Hamas di Lebanon mengatakan syarat utama Hamas adalah gencatan senjata penuh dan komprehensif, bukan gencatan senjata sementara. Jika syarat ini disetujui, maka bisa dilakukan pembicaraan pertukaran tahanan secara bertahap.
ANADOLU
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini