Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Merek-merek Barat Kesulitan di Tengah Boikot Negara-negara Muslim

Boikot telah mengakibatkan penurunan penjualan yang signifikan untuk beberapa bisnis seperti Coca-Cola di Pakistan dan Starbucks di Malaysia.

6 Agustus 2024 | 04.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemboikotan terhadap merek-merek makanan dan minuman Barat di negara-negara mayoritas Muslim, termasuk Coca-Cola, KFC, Starbucks, Mondelez, dan Pizza Hut, sangat mempengaruhi profitabilitas mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Boikot, yang dimotivasi oleh dukungan mereka terhadap Israel, telah meluas dan parah, sehingga memperparah dampak penurunan konsumen di seluruh dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa perusahaan multinasional telah berhati-hati dalam mencoba meminimalisir dampaknya, sementara yang lain, seperti Mondelez dan L'Oreal, telah mendokumentasikan konsekuensi yang sangat merugikan pada penjualan mereka di Timur Tengah.

Boikot ini didorong oleh media sosial dan kelompok BDS dan telah mengakibatkan penurunan penjualan yang signifikan untuk beberapa bisnis seperti Coca-Cola di Pakistan dan Starbucks di Malaysia.

Perusahaan-perusahaan tersebut berusaha menangani masalah ini dengan menurunkan profil mereka dan menghindari lebih banyak kontroversi.

Pemboikotan ini terjadi pada saat perusahaan-perusahaan Barat sudah bersaing dengan alternatif lokal dan selera konsumen yang bergeser ke produk lokal.

Amarpal Sandhu, kepala eksekutif Americana Restaurants, yang mengoperasikan merek-merek seperti KFC, Pizza Hut, dan Krispy Kreme di seluruh Timur Tengah dan Kazakhstan, menyebutkan bahwa peristiwa ini "belum pernah terjadi sebelumnya."

Luca Zaramella, chief financial officer produsen makanan Mondelez, mengatakan bahwa boikot "tetap menjadi penghalang," yang memperlambat pertumbuhan penjualan di Timur Tengah sebesar 2% pada kuartal kedua. L'Oreal juga mengatakan bahwa boikot menghambat pertumbuhan pada paruh pertama tahun ini sebesar 2 poin persentase.

Pada akhir Juli, Financial Times melaporkan bahwa McDonald's mengalami penurunan penjualan global pertama sejak 2020.

Baru-baru ini, mereka melaporkan penurunan penjualan di beberapa negara Timur Tengah, serta Indonesia dan Malaysia. Penjualan juga menurun di Cina dan Prancis.

Pada April, McDonald's mengumumkan rencana untuk mengakuisisi seluruh restoran yang diwaralabakan oleh grup Alonyal di Israel.

Gerai-gerai Americana, yang dikendalikan oleh sovereign wealth fund Saudi dan miliarder yang berbasis di Dubai, Mohamed Alabbar, mengatakan pada Selasa bahwa laba kuartal keduanya turun 40% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, meskipun telah membuka 81 gerai pada paruh pertama tahun ini.

Di Pakistan, pemerintah berkomitmen pada Juli untuk membentuk komite guna mengidentifikasi dan memboikot barang-barang dari perusahaan-perusahaan yang "secara langsung atau tidak langsung" mendukung Israel atau tentaranya.

Coca-Cola Içecek, pembotolan Coca-Cola di Pakistan, mengklaim bahwa volume penjualan di negara itu menurun sekitar seperempat dari tahun ke tahun dalam tiga bulan pertama tahun 2024, yang disalahkan pada "hambatan ekonomi makro" tanpa menyebutkan konsekuensi dari boikot.

Di Mesir, iklan televisi PepsiCo yang menggunakan selebriti seperti penyanyi Amr Diab dan pemain Liverpool asal Mesir, Mo Salah, menuai kecaman luas dari para pengguna media social.

AL MAYADEEN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus