EROPA, sejak pertengahan Oktober, telah menjadi pentas
demonstran anti nuklir. Aksi unjuk perasaan yang diikuti
ratusan ribu orang itu telah "mendaulat" berbagai kota, Bonn,
Hamburg, London, Paris, Brussel, Roma, Wina, Stockholm, Dublin,
Helsinki, dan Madrid. Dan puncaknya terjadi Ahad silam ketika
hampir satu juta orang bergandeng tangan dari markas besar NATO
(Pakta Pertahanan Atlantik Utara) di Stuttgart sampai ke basis
rudal Pershing-2 di Neu Ulm. Laksana rantai yang kukuh, barisan
manusia yang meliuk-liuk sepanjang 110 km itu tampak sangat
mengesankan.
Di luar kebulatan tekad para pemimpin mereka untuk memasang
rudal Pershing-2, Desember depan, penolakan demonstran tampak
tak bisa diabaikan. Di Jerman Barat, negeri pertama yang akan
ditanami nuklir, rakyat semakin digayuti rasa khawatir:
jangan-jangan Jerman akan segera jadi ajang tembakan rudal.
Bila ini terjadi, negeri itu bakal rata dengan tanah.
Karena tidak ada kesatuan pendapat antara pemerintah dan rakyat
cinta damai mengenai pemasangan rudal, maka segera saja timbul
sentimen anti-Amerika Serikat. Dalam pandangan mereka, AS -
sebagai superpower yang merencanakan pemasangan Pershing - kini
bukan lagi pelindung, tapi penipu. Kata mereka, AS sedang
menciptakan perang nuklir di ropa dan mengaturnya dengan aman
dari jauh.
Aktivis demonstrasi, Heinrich Boll, berusaha mengingatkan bahwa
kampanye antinuklir seharusnya tidak tergelincir menjadi
kampanye anti - Amerika. Boll, bapak gerakan damai di Jerman
Barat, rupanya ingin meluruskan perjuangan dan membetulkan arah
bidikan. Bisa berbahaya jika AS dimusuhi sebagian rakyat yang
militan di negeri sekutunya. Sebab, aksi-aksi ini jelas tidak
luput dari pengamatan Moskow.
Kuat dugaan bahwa Uni Soviet kini mengatur siasat agar gerakan
antinuklir itu tetap bergelora. Dengan pendapat umum yang
terpecah-pecah di seantero Eropa, bagi Moskow makin gampang
memojokkan AS. Bahkan para pengamat Barat melihat kemungkinan
rudal nuklir itu akan membuat pemerintah dan rakyat
bertentangan. Aktivis garis keras dikhawatirkan bisa menyerang
lokasi rudal. Hal lain yang bukan tidak mungkin: keretakan bisa
terjadi antara sesama negara Barat.
Dalam kemelut nuklir yang mengancam Eropa, Soviet yang semula
menolak melanjutkan perudingan perlucutan senjata di Jenewa -
melontarkan usul baru. Soviet berjanji akan mengurangi rudal
SS-20 sampai jumlah 140 - sebelumnya mereka bertahan pada angka
162 - dengan catatan Jika Barat membatalkan rencana pemasangan
Pershing-2 di Eropa. Tapi, sebelum ada jawaban, Presiden Yuri
Andropov sudah mengumumkan rencana lain: memasang rudal baru di
Jerman Timur dan Cekoslovakia.
Itu rupanya belum cukup. Moskow kabarnya juga akan menambah 13
rudal jarak sedang di sepanjang perbatasan dengan Cina. Ini
diungkapkan justru pada saat Cina dan Soviet menjajaki
perundingan normalisas hubungan kedua negara. Kalau rencana itu
benar, rudal Soviet di kawasan itu akan menjadi 126 buah. Sumber
inteligen AS dan Jepang melaporkan Soviet sedang membangun tiga
peluncur rudal di Asia Tengah, yang masing-masing berkapasitas
sembilan rudal SS-20 dengan 81 kepala nuklir.
Adapun pemasangan rudal di Jerman Timur dan Cekoslovakia
sebenarnya sudah direncanakan lama, jauh sebelum pemasangan di
Asia Tengah. Tapi, untuk mengumumkannya kepada Barat, Moskow
menunggu saat yang tepat. Rupanya, saat yang tepat itu sekarang,
ketika pemerintah negara-negara Eropa Barat digugat hebat oleh
rakyatnya, dan AS terlibat secara militer di Libanon dan
Grenada.
Tidakkah ada jalan lain mengatasi kemelut nuklir? Dialog Reagan
- Andropov bukan tidak terpikirkan. Namun, kedua pemimpin
superpower itu kurang bersemangat. Andropov dikabarkan setuju
asalkan persiapan cukup matang dan pasti menghasilkan sesuatu.
Reagan konon bersedia jika dialog itu menguntungkannya dalam
kampanye pemilu tahun depan. Menelaah kebuntuan ini, Vladimir
Solovyov, penulis buku Yuri Andropov: A Secret Passage into the
Kremlin bertanya: adakah pemimpin dan rakyat AS menyadari bahwa
perang lawan Rusia sudah di ambang pintu? Solovyov yakin, Reagan
tidak akan cukup tangguh menghadapi Andropov.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini