Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mereka yang menghadang rudal

Demonstrasi anti nuklir (pemasangan pershing-2) di eropa barat. sementara us jalan terus dengan pemasangan rudalnya di jerman timur dan cekoslowakia. (ln)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

EROPA, sejak pertengahan Oktober, telah menjadi pentas demonstran anti nuklir. Aksi unjuk perasaan yang diikuti ratusan ribu orang itu telah "mendaulat" berbagai kota, Bonn, Hamburg, London, Paris, Brussel, Roma, Wina, Stockholm, Dublin, Helsinki, dan Madrid. Dan puncaknya terjadi Ahad silam ketika hampir satu juta orang bergandeng tangan dari markas besar NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) di Stuttgart sampai ke basis rudal Pershing-2 di Neu Ulm. Laksana rantai yang kukuh, barisan manusia yang meliuk-liuk sepanjang 110 km itu tampak sangat mengesankan. Di luar kebulatan tekad para pemimpin mereka untuk memasang rudal Pershing-2, Desember depan, penolakan demonstran tampak tak bisa diabaikan. Di Jerman Barat, negeri pertama yang akan ditanami nuklir, rakyat semakin digayuti rasa khawatir: jangan-jangan Jerman akan segera jadi ajang tembakan rudal. Bila ini terjadi, negeri itu bakal rata dengan tanah. Karena tidak ada kesatuan pendapat antara pemerintah dan rakyat cinta damai mengenai pemasangan rudal, maka segera saja timbul sentimen anti-Amerika Serikat. Dalam pandangan mereka, AS - sebagai superpower yang merencanakan pemasangan Pershing - kini bukan lagi pelindung, tapi penipu. Kata mereka, AS sedang menciptakan perang nuklir di ropa dan mengaturnya dengan aman dari jauh. Aktivis demonstrasi, Heinrich Boll, berusaha mengingatkan bahwa kampanye antinuklir seharusnya tidak tergelincir menjadi kampanye anti - Amerika. Boll, bapak gerakan damai di Jerman Barat, rupanya ingin meluruskan perjuangan dan membetulkan arah bidikan. Bisa berbahaya jika AS dimusuhi sebagian rakyat yang militan di negeri sekutunya. Sebab, aksi-aksi ini jelas tidak luput dari pengamatan Moskow. Kuat dugaan bahwa Uni Soviet kini mengatur siasat agar gerakan antinuklir itu tetap bergelora. Dengan pendapat umum yang terpecah-pecah di seantero Eropa, bagi Moskow makin gampang memojokkan AS. Bahkan para pengamat Barat melihat kemungkinan rudal nuklir itu akan membuat pemerintah dan rakyat bertentangan. Aktivis garis keras dikhawatirkan bisa menyerang lokasi rudal. Hal lain yang bukan tidak mungkin: keretakan bisa terjadi antara sesama negara Barat. Dalam kemelut nuklir yang mengancam Eropa, Soviet yang semula menolak melanjutkan perudingan perlucutan senjata di Jenewa - melontarkan usul baru. Soviet berjanji akan mengurangi rudal SS-20 sampai jumlah 140 - sebelumnya mereka bertahan pada angka 162 - dengan catatan Jika Barat membatalkan rencana pemasangan Pershing-2 di Eropa. Tapi, sebelum ada jawaban, Presiden Yuri Andropov sudah mengumumkan rencana lain: memasang rudal baru di Jerman Timur dan Cekoslovakia. Itu rupanya belum cukup. Moskow kabarnya juga akan menambah 13 rudal jarak sedang di sepanjang perbatasan dengan Cina. Ini diungkapkan justru pada saat Cina dan Soviet menjajaki perundingan normalisas hubungan kedua negara. Kalau rencana itu benar, rudal Soviet di kawasan itu akan menjadi 126 buah. Sumber inteligen AS dan Jepang melaporkan Soviet sedang membangun tiga peluncur rudal di Asia Tengah, yang masing-masing berkapasitas sembilan rudal SS-20 dengan 81 kepala nuklir. Adapun pemasangan rudal di Jerman Timur dan Cekoslovakia sebenarnya sudah direncanakan lama, jauh sebelum pemasangan di Asia Tengah. Tapi, untuk mengumumkannya kepada Barat, Moskow menunggu saat yang tepat. Rupanya, saat yang tepat itu sekarang, ketika pemerintah negara-negara Eropa Barat digugat hebat oleh rakyatnya, dan AS terlibat secara militer di Libanon dan Grenada. Tidakkah ada jalan lain mengatasi kemelut nuklir? Dialog Reagan - Andropov bukan tidak terpikirkan. Namun, kedua pemimpin superpower itu kurang bersemangat. Andropov dikabarkan setuju asalkan persiapan cukup matang dan pasti menghasilkan sesuatu. Reagan konon bersedia jika dialog itu menguntungkannya dalam kampanye pemilu tahun depan. Menelaah kebuntuan ini, Vladimir Solovyov, penulis buku Yuri Andropov: A Secret Passage into the Kremlin bertanya: adakah pemimpin dan rakyat AS menyadari bahwa perang lawan Rusia sudah di ambang pintu? Solovyov yakin, Reagan tidak akan cukup tangguh menghadapi Andropov.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus