Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mengusir "tangan kotor"

Duta besar kuba untuk suriname, oscar oswaldo cardenas diusir dari kuba, dituduh terlibat dalam kudeta pm maurice bishop di grenada. (ln)

5 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG kuat Suriname, Letnan Kolonel Daysi Bouterse, pekan lalu, unjuk otot kepada Kuba. Ia memerintahkan duta besar Kuba, Oscar Oswaldo Cardenas, meninggalkan negeri itu dalam tempo enam hari, dan menurunkan hubungan diplomatik kedua negara dari tingkat kedutaan ke kuasa usaha. Alasannya, Bouterse, yang yakin kup atas mendiang Perdana Menteri - Maurice Bishop di Grenada didalangi "tangan-tangan kotor" Kuba, khawatir Havana melakukan "pengkhianatan" serupa terhadap Suriname. Bouterse khawatir karena, antara lain, Cardenas tercatat sebagai anggota Komite Sentral Partai Komunis Kuba (PKK). Menurut sinyalemen diplomat Barat, PKK inilah yang bertanggung jawab untuk segala keresahan dan kegawatan di kawasan itu. Politik luar negeri Suriname, seperti diketahui, memang sangat gampang berubah sama halnya dengan cuaca di Laut Karibia. Sempat menyatakan diri netral di awal 1980 Suriname saat itu menjauhkan diri, baik dari Amerika Serikat maupun Kuba. Tapi, dengan kudeta Februari 1980, terungkap adanya dua perwira yang diam-diam menjalin hubungan dengan Kuba, Nikaragua, dan Jamaika. Kontan Bouterse menuduh Havana berniat menggulingkan rezimnya. Sejak itu, Suriname berubah haluan - mulai condong ke Washington. Dalam pertemuan puncak Karibia di Jamaika, September lalu, Suriname yang berniat menjadi anggota Masyarakat Karibia, organisasi pro-Kuba, menunda permohonannya. Kabarnya, karena tekanan Barbados dan Jamaika - sekutu AS di sana. Terombang-ambing antara poros Havana dan Washington, di dalam negeri, Suriname selalu dirongrong kaum oposisi. Pemerintahan Bouterse belum sepenuhnya berhasil melumpuhkan mereka. Protes yang dilancarkan kelompok anti-Bouterse terutama karena penindasan hak asasi dan pembatasan kegiatan pers serta radio. Banyak anggota Partai Pandawalima, yang umumnya keturunan Jawa, ditangkapi. (Penduduk Suriname yang berjumlah sekitar 400.000 terdiri dari: 36% India, 31% Kreol, 17% Jawa, 10% Negro, dan sisanya Indian Amerika, Cina. serta Eropa). Akibat penindasan hak-hak asasi manusia yang dilakukan Bouterse, Belanda menghentikan bantuannya yang selama ini berperan menstabilkan ekonomi Suriname. Kini yang masih membantu tinggal AS (yang tahun lalu menyediakan US$ 1,2 juta) dan Masyarakat Ekonomi Eropa (US$ 17,5 juta untuk periodc 1979 - 1984). Mengandalkan sepertiga penerimaannya dari ekspor bauksit dan aluminium, Suriname kini dengan penuh harap mwnantikan penemuan sumber minyak di kawasan hutan di selatan. Untuk mewujudkan rencana perbaikan ekonominya, Suriname memerlukan US$ 1,8 milyar. Sebagian dana itu semula diharapkan dari Belanda. Tapi, karena kup Desember 1982, Amsterdam jadi enggan mengulurkan angan bagi daerah jajahannya itu. Dilancarkan pihak militer sayap kanan, kup ini ditumpas habis-habisan oleh Bouterse. UU Darurat diberlakukan, lebih dari 30 orang dihukum mati, dan letnan kolonel itu mengancam akan menggunakan kekerasan terhadap oposisi dari mana pun datangnya, termasuk Kuba, yang beberapa hari lalu merasakannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus