ORANG kuat Suriname, Letnan Kolonel Daysi Bouterse, pekan lalu,
unjuk otot kepada Kuba. Ia memerintahkan duta besar Kuba, Oscar
Oswaldo Cardenas, meninggalkan negeri itu dalam tempo enam hari,
dan menurunkan hubungan diplomatik kedua negara dari tingkat
kedutaan ke kuasa usaha. Alasannya, Bouterse, yang yakin kup
atas mendiang Perdana Menteri - Maurice Bishop di Grenada
didalangi "tangan-tangan kotor" Kuba, khawatir Havana melakukan
"pengkhianatan" serupa terhadap Suriname.
Bouterse khawatir karena, antara lain, Cardenas tercatat sebagai
anggota Komite Sentral Partai Komunis Kuba (PKK). Menurut
sinyalemen diplomat Barat, PKK inilah yang bertanggung jawab
untuk segala keresahan dan kegawatan di kawasan itu.
Politik luar negeri Suriname, seperti diketahui, memang sangat
gampang berubah sama halnya dengan cuaca di Laut Karibia. Sempat
menyatakan diri netral di awal 1980 Suriname saat itu menjauhkan
diri, baik dari Amerika Serikat maupun Kuba. Tapi, dengan kudeta
Februari 1980, terungkap adanya dua perwira yang diam-diam
menjalin hubungan dengan Kuba, Nikaragua, dan Jamaika. Kontan
Bouterse menuduh Havana berniat menggulingkan rezimnya. Sejak
itu, Suriname berubah haluan - mulai condong ke Washington.
Dalam pertemuan puncak Karibia di Jamaika, September lalu,
Suriname yang berniat menjadi anggota Masyarakat Karibia,
organisasi pro-Kuba, menunda permohonannya. Kabarnya, karena
tekanan Barbados dan Jamaika - sekutu AS di sana.
Terombang-ambing antara poros Havana dan Washington, di dalam
negeri, Suriname selalu dirongrong kaum oposisi. Pemerintahan
Bouterse belum sepenuhnya berhasil melumpuhkan mereka. Protes
yang dilancarkan kelompok anti-Bouterse terutama karena
penindasan hak asasi dan pembatasan kegiatan pers serta radio.
Banyak anggota Partai Pandawalima, yang umumnya keturunan Jawa,
ditangkapi. (Penduduk Suriname yang berjumlah sekitar 400.000
terdiri dari: 36% India, 31% Kreol, 17% Jawa, 10% Negro, dan
sisanya Indian Amerika, Cina. serta Eropa).
Akibat penindasan hak-hak asasi manusia yang dilakukan Bouterse,
Belanda menghentikan bantuannya yang selama ini berperan
menstabilkan ekonomi Suriname. Kini yang masih membantu tinggal
AS (yang tahun lalu menyediakan US$ 1,2 juta) dan Masyarakat
Ekonomi Eropa (US$ 17,5 juta untuk periodc 1979 - 1984).
Mengandalkan sepertiga penerimaannya dari ekspor bauksit dan
aluminium, Suriname kini dengan penuh harap mwnantikan penemuan
sumber minyak di kawasan hutan di selatan.
Untuk mewujudkan rencana perbaikan ekonominya, Suriname
memerlukan US$ 1,8 milyar. Sebagian dana itu semula diharapkan
dari Belanda. Tapi, karena kup Desember 1982, Amsterdam jadi
enggan mengulurkan angan bagi daerah jajahannya itu.
Dilancarkan pihak militer sayap kanan, kup ini ditumpas
habis-habisan oleh Bouterse. UU Darurat diberlakukan, lebih dari
30 orang dihukum mati, dan letnan kolonel itu mengancam akan
menggunakan kekerasan terhadap oposisi dari mana pun datangnya,
termasuk Kuba, yang beberapa hari lalu merasakannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini