SERBUAN itu total di luar dugaan - maka sangat mengejutkan. Fregat Amerika, USS Stark, diserang mendadak oleh dua pesawat Mirage Irak, 30 kilometer dari pantai Bahrain Minggu 17 Mei lalu. Korban berjatuhan: sebagian awak kapal hilang, 200 luka parah, dan 37 tewas, setelah bertarung memadamkan kebakaran yang terjadi di sekujur tubuh kapal selama 36 jam. Satu dari dua rudal yang ditembakkan Mirage Irak itu membuat lubang sedalam 3-5 meter, hingga menghancurkan ruang kontrol elektronik. Tapi fregat tidak sampai tenggelam, dan - masih dalam keadaan terbakar - ditarik ke arah Bahrain. Pesan radio yang tiba di Washington menyatakan adanya "ledakan besar" mengakibatkan kebakaran sepanjang malam. Amarah pun melanda Amerika Serikat. Gedung Putih mengeluarkan pernyataan-pernyataan kcras, Kongres menyelenggarakan sidang-sidang khusus, dan penyesalan muncul bertubi-tubi. Tapi sampai saat terakhir, tidak terjadi keretakan dalam hubungan Irak--AS. USS Stark, satu dari enam penjelajah AS yang ditempatkan di Teluk Persia, khusus bertugas menjaga jalur minyak di Selat Hormuz. Sejak perang Iran-Irak pecah, enam tahun lalu, semua kapal tanker di jalur itu terancam serangan pesawat buru sergap Iran. Paling terancam adalah tanker negara-negara Arab, yang dalam perang Iran-Irak berpihak pada Irak. Sejak perang Teluk berkobar, sekitar 200 tanker sudah dihantam di seantero Teluk, 30 di antaranya ditembak pada penggalan tahun ini. USS Stark tidak sendirian ringsek di Teluk Persia. Dalam jangka waktu 48 jam, empat kapal lainnya - semua tanker - juga kena hajar. Tanker Norwegia dilabrak serangan udara Iran - seorang awak kapal tewas. Sebuah tanker berbendera Siprus cedera dihajar pemburu-pemburu Irak. Senin paginya tanker Liberia dihunjam roket Iran. Senin siang, tanker ni Soviet yang berlayar di bawah kawalan sebuah penjelajahnya, bolong kena ranjau yang entah dipasang oleh siapa. Irak mengaku salah. Menlu Irak, Tareq Aziz, atas nama Presiden Saddam Husein minta maaf dan menyesalkan insiden itu. "Tak ada kesengajaan pada peristiwa itu, dan kami berharap hubungan Irak dan Amerika Serikat tidak terganggu," begitu bunyi pernyataan Saddam Husein yang ditujukan kepada Ronald Reagan. Tareq Aziz jgua menyatakan kesediaan Irak untuk memberi santunan pada keluarga korban. Dijelaskan olehnya hanya satu pesawat yang melepaskan tembakan. "Dan penerbangnya sungguh-sungguh tidak tahu telah menghantam kapal Amerika ia merasa menembak sebuah tanker Iran." Dari penyelidikan yang dilakukan berbagai pihak terungkap, penyerbuan itu sudah diketahui sebclumnya. Gerak dua pesawat buru sergap Irak Mirage F-1 untuk pertempuran jarak jauh sudah dilacak pesawat patroli Arab Saudi Boeing 707 yang membawa radar AWACS yang sangat peka. Adalah janggal, Jika pesawat patroli itu tak mengirim berita ke USS Stark, padahal sebagian besar operator AWACS berkebangsaan Amerika. Mereka dikontrak Arab Saudi untuk mengoperasikan radar canggih itu. Sekalipun begitu, pesawat patroli Arab Saudi itu sempat mengirim berita ke Bahrain, dan dua pesawat buru sergap F- 15 Tiger Arab Saudi segera mengudara. Garis komando satuan tempur Arab Saudi memang lamban karena birokrasi. Begitu USS Stark diserang, Pentagon dengan resmi meminta kedua F-15 menyergap Mirage Irak dan memaksanya mendarat di wilayah Arab Saudi. Tapi apa yang terjadi? Kedua F-15 Tiger itu malah kembali ke sarang. Dari pangkalan terdengar jawaban bahwa komandonya tak berwenang melakukan serangan. Sikap Arab Saudi ini menambah tegang suasana. Ada kemungkinan, Kongres AS akan menghambat rencana penjualan F-15 seharga US$ 500 juta yang sebenarnya akan dilakukan dalam waktu dekat ini. "Kita sudah menyuplai Arab Saudi dengan senjata yang bernilai US$ 5 milyar selama 10 tahun untuk mengamankan Teluk Persia, tapi sekarang apa yang kita dapat?" ujar Senator Dennis De Concini. Namun, di sisi lain, kritik keras juga ditujukan pada armada tempur AS. "Armada penjaga di Teluk Persia tak ubahnya sasaran empuk" ujar Gene Laraque, analis pertahanan Amerika. "Bukan cuma enam fregat yang harus menjaga Selat Hormuz, tapi paling tidak 30." Bagaimana reaksi Iran? "Kekuatan sperpower ternyata cuma segini," demikian sesumbar kantor berita Iran, Irna . Laraque juga mempertanyakan mengapa sampai tak ada perlawanan sama sekali. USS Stark sebenarnya diperkuat meriam antiserangan udara Phalanx 20 mm yang seharusnya sudah siap tembak ketika sandi peringatan dikirimkan. "Kami memang seharusnya bisa menembak dengan mudah dua Mirage itu," ujar Glenn Brindel, kapten USS Stark, "tapi mengapa itu tidak dilakukan, sulit dijelaskan. " Sebegitu jauh tak ada yang berani mendesak sang kapten. Sudah cukup kegetiran yang harus dialami awak kapal. Sementara 200 dari mereka dirawat 35 dokter angkatan laut AS di Bahrain, 37 peti almunium berisi jenazah diberangkatkan dalam sebuah upacara kebesaran. Peristiwa salah tembak itu tak urung membangkitkan kecemasan lama para awak kapal yang berlayar memasuki Teluk, tapi sebegitu jauh harga minyak tidak naik karenanya. Jim Supangkat, Laporan kantor-kantor berita
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini