Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Misi damai duta cilik

Gadis cilik amerika, samantha smith, 11, diundang ke uni soviet oleh presiden andropov. ia menulis surat kepada andropov, menanyakan perang nuklir antara as-us. (ln)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERMIMPIKAH Samantha Smith? Tidak. Sambutan "permadani merah" di bandar udara Moskow memang ditujukan untuknya. Setelah itu sebuah sedan limousine hitam yang dikawal polisi membawa Samantha dan rangtuanya ke hotel. Puncak acara pada Jumat pekan silam itu ialah tanya jawab santai dengan sekelompok wartawan. "Samantha diperlakukan tak ubahnya tokoh mahapenting," tulis International Herad Tribune. Siapakah wanita yang tiba-tiba menjadi pembicaraan orang banyak itu? Samantha, 11 tahun, berambut hitam dan bermata redup, berasal dari negara bagian Maine, Amerika Serikat. Ia pada suatu hari di bulan April silam, menulis surat kepada Presiden Uni Soviet Yuri Andropov. Dan bertanya mengapa Soviet ingin menyerang AS? Surat pertama yang dialamatkannya ke Kedutaan Besar Uni Soviet di Washington itu tidak beroleh jawaban. Lalu Samantha menulis surat kedua. Setelah surat itu disampaikan dan dibaca Andropov, ia tergugah. Atau barangkali juga ia bermaksud lain. Yang pasti pemimpin tertinggi Uni Soviet tersebut langsung mengundang gadis cinta damai itu ke Rusia. Kunjungan Samantha di Uni Soviet direncanakan dua pekan. Sesudah dua hari di Moskow, dia dan kedua orangtuanya berkunjung ke sebuah gelanggang perkemahan musim panas anak-anak pejabat di tepi Laut Hitam. Dalam acara perpisahan di Yalta, Samantha meneriakkan, "I love you" kepada 400 anak yang mengelu-elukannya di sana. Di Leningrad, kota tua yang anggun, Samantha mengunjungi makam pahlawan, Institut Smolny, markas Lenin waktu menggerakkan Revolusi Oktober, dan reruntuhan kapal perang Aurora. Dia juga menerima telepon dari kosmonaut wanita pertama di dunia, Valentine Tereshkova. Sambutan hangat buat Samantha bukan tak mengundang curiga di AS. Bekas duta besar AS di Moskow, Malcolm Toon, menuduh Soviet mengeksploitasi Samantha dengan maksud menampilkan negara itu sendiri sebagai pemrakarsa perdamaian dunia. "Moskow ingin menunjukkan pada dunia betapa berminatnya mereka pada perdamaian. Dan jika damai tidak tercapai, maka itu bukan salah mereka," tuduh Toon. Kunjungan Samantha ke Uni Soviet agaknya perlu dilihat sebagai cermin dari sikap Moskow yang sukar ditebak -- khususnya dalam hal perlucutan nuklir. Ketika Samantha disambut meriah, utusan Soviet ke perundingan perlucutan senjata nuklir di Jenewa justru ditantang mahasiswa Jerman. Para mahasiswa itu menyeberangi Swiss khusus buat melancarkan protes, karena perundingan perlucutan nuklir di negeri itu belum juga membuahkan hasil konkret. Pejabat Amerika di Washington mengungkapkan sebuah usul baru Soviet yang menetapkan jumlah 1.100 rudal berkepala nuklir banyak untuk kedua pihak: AS dan Soviet. Dalam jumlah ini termasuk 640 rudal SS-18 dan SS-19 yang sejak mula dituntut Amerika supaya dibongkar. Seiring dengan upaya mempertahankan kedua jenis rudal itu, Soviet tidak lagi menuntut agar AS membatasi jumlah rudal bawah laut dan rudal jelajahnya. Usul ini sebenarnya hampir sama dengan formula persetujuan SALT-2 yang tidak diratifikasi oleh Senat AS. Menurut pasal-pasal dalam SALT-2, kedua pihak harus membekukan rudal dan kekuatan bom mereka pada batas 2.250, dengan batas terendah 1.320 rudal berkepala banyak plus 820 rudal yang terpasang di daratan. Di Jenewa, Soviet mengusulkan batas 1.800 dengan perincian: 1.100 rudal berkepala banyak plus 700 yang terpasang di daratan. Di pihak lain Washington mengusulkan pembatasan rudal sebanyak 850 saja. Tapi belakangan Presiden Ronald Reagan mengancam akan memperbanyak sampai 1.100 atau 1.200. Meski dalam jumlah, persenjataan Soviet masih lebih unggul, soal ketangguhannya belum tentu. Apalagi jenis-jenis senjata itu dan daya musnahnya masih belum terungkap -- satu sebab yang diduga juga menghambat keberhasilan perundingan Jenewa. Kantor berita Soviet, Tass, dalam pada itu tiba-tiba menuduh AS berusaha menciptakan pedang nuklir yang panjang dan tajam agar bisa mendiktekan keinginannya pada pihak lain. Kendati demikian Tass menyambut baik usul pertemuan puncak Reagan-Andropov, yang diharapkannya akan dapat mengatasi masalah-masalah besar. Sementara itu dikabarkan duta kecil "tak resmi" Samantha akan lebih dulu bertemu Andropov, sebelum kembali ke AS. "Dia berjanji Rusia tidak akan mencetuskan perang," ujar Samantha. "Amerika juga tidak." Ia kemudian menambahkan: "Tapi mengapa dua negara itu terus saja membuat senjata dan saling mengancam?" Barangkali saja Andropov bersedia menjawabnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus