Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Surat wasiat sang imam

Khomeini menyerahkan surat wasiat kepada majelis agama. isinya diduga antara lain tentang pengganti khomeini. (ln)

23 Juli 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TERSIMPAN rapi dalam sebuah map warna merah, surat wasiat Ayatullah Khomeini, yang baru boleh dibaca sesudah pemimpin tertinggi tersebut wafat, diserahkan kepada Majelis Ahli Agama, pekan silam. Penyerahan wasiat yang tiba-tiba itu menyebabkan 64 anggota Majelis bertangisan. "Allah ya Allah lindungi Khomeini . . .," ratap mereka. Apakah detik-detik akhir sang Imam sudah tiba? Ternyata belum. Khomeini, 84 tahun, memang semakin uzur, "tapi bukan berarti sakit," ucap Ayatullah Mahdavi Kani, salah seorang pemuka agama Iran. Yang pasti sejak awal tahun ini Khomeini lebih suka menyepi di kediamannya. Mengurus Iran bahkan bagi pemimpin kaliber Khomeini nampaknya bukanlah tugas mudah. Ke dalam, Khomeini harus bisa mengatasi unsur-unsur pembangkang dari kelompok Mujahiddin serta banyak golongan di masyarakat yang kurang jelas identitasnya. Ke luar, Iran berhadapan dengan Irak dalam Perang Teluk yang berlarut-larut. Bisa dimengerti bila sang Imam dengan surat wasiat itu diam-diam berusaha mempersiapkan rakyatnya, untuk menghadapi kemungkinan yang paling buruk sepeninggal dia. Adalah putra Khomeini sendiri, Sayyed Ahmad, yang menyampaikan testamen itu kepada Majelis. Tebalnya 30 halaman. Isinya diduga, antara lain, menyebutkan siapa calon pengganti Khomeini, yang sampai kini, tentu saja masih rahasia. Yang jelas, sesuai pesan Imam, penggantinya haruslah tokoh yang tangguh dan waspada -- satu isyarat betapa Khomeini mengkhawatirkan stabilitas nasional Iran. Dan hal ini memang sudah diragukan dunia luar sejak lama. Meski Presiden Abulhasan Bani Sadr disingkirkan, Menteri Luar Negeri Sadegh Ghotbzadeh dihukum mati, dan terakhir Partai Tudeh dibubarkan, toh keguncangan masih terus terjadi. Tewasnya Ayatullah Behesti, membuktikan adanya konflik intern yang sesewaktu bisa meruncing. Hukuman mati dilaksanakan tanpa henti, konon, lebih dahsyat dari zaman Syah. Sebuah sumber menyatakan sebagian besar aparat pemerintah yang diragukan loyalitasnya telah jatuh sebagai korban. Tahun lalu dikabarkan 12.000 menjalani hukum tembak, 30.000 disekap dalam penjara. Ke mana Iran dibawa oleh Khomeini? "Republik Islam Iran," tulis majalah The Islamie World Review edisi Juli, "berusaha membentuk masyarakat agamawi yang secara sadar menolak ethos materialis seraya menunjukkan norma dan struktur yang dibinanya lebih berkemampuan meningkatkan pemenuhan kebutuhan manusia ketimbang apa yang selama ini ditawarkan oleh tata politik dan sosial yang materialistis." Ternyata masyarakat Iran tidak sepenuhnya berdiri di belakang panji-panji Khomeini. Belakangan ini kaum intelektual kabarnya dirangkul, demikian pula para saudagar. Tapi kelas menengah umumnya berada di luar jangkauan rezim yang berkuasa. Mengenai petani di pedesaan dan kaum miskin di kota-kota, loyalitas mereka pada Khomeim diragukan. Sementara itu kaum mullah terpecah dua pula: kelompok revolusioner yang proKhomeini dan kelompok yang lebih konservatif tapi mementingkan pemerintahan yang stabil. Dalam kondisi yang tidak menentu seperti itu, kelangsungan revolusi Iran, agaknya tergantung pada Khomeini seorang. Bagaimana jika Khomeini mati ? UUD Republik Islam Iran ada mencantumkan prosedur untuk memilih pengganti pemimpin tertinggi itu. Tokoh penerus akan dipilih dalam sidang Majelis Ahli Agama dan kemudian "diperkenalkan kepada rakyat banyak." Syaratnya, calon haruslah seorang ahli hukum agama yang adil dan saleh, taat beribadat, dikenal baik, dan diterima luas oleh rakyat banyak. Sesuai ketentuan UUD, Majelis berhak menunjuk pengganti Khomeini, dengan atau tanpa mempertimbangkan surat wasiatnya. Andai kata Majelis tidak menemukan pengganti yang meyakinkan, lembaga itu berhak membentuk sebuah Dewan beranggotakan tiga sampai lima orang yang berfungsi sebagai pimpinan tertinggi. Dalam sidangnya belum lama berselang, Majelis memilih Ayatullah Meshkiny, ulama terkemuka di Qom, sebagai ketuanya. Dia merebut 45 dari 64 suara Majelis. Dalam wejangannya yang bernapaskan ajaran agama, Meshkiny menyebut bagaimana dunia dikuasai iblis, dan ia tak lupa berdoa agar Tuhan menurunkan rahmat pada rakyat Iran. Dia juga berdoa semoga Majelis yang dipimpinnya berhasil melaksanakan tugas yang kelewat peka, yakni memilih pemimpin tertinggi. Siapa tokoh yang paling memenuhi syarat dan punya peluang untuk itu? Selama ini Khomeini dikelilingi orang-orang kepercayaan yang melancarkan mekanisme pemerintahan sehari-hari. Kelompok ini beroperasi bagaikan pemerintah bayangan. Dalam kelompok ini tercatat nama-nama: Hojatoleslam Ali Akbar Hasemi Rafdanji, orang kuat Parlemen Iran, Ayatullah Sheikh Sadegh Khalkali, pemimpin Persaudaraan Muslim Iran, Ayatullah Meshkiny, presiden Majelis Ahli Agama, dan Hadi Ghaffari, tokoh Fedayian-e-Islam yang amat berpengaruh. Juga ada Hojatoleslam Mohammadi Reyshahri, orang kuat di kalangan Angkatan Bersenjata, serta Ali Akbar Parvaresh, menteri pendidikan yang diandalkan mengamankan golongan petani dari pengaruh Marxisme. Kelompok ini, yang seluruhnya berjumlah kurang lebih 20 orang, bagaikan politbiro saja laiknya. Dan sekali waktu antara mereka diduga akan terjadi adu kekuatan untuk merebutkan pos tertinggi, sebagai pengganti Khomeini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus