Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Putar-putar Duit Nikel

Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam ditengarai menerima aliran dana dari perusahaan tambang. Disamarkan sebagai polis asuransi.

8 September 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PADA Januari lalu, Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Widyo Purnomo memastikan sedang mengusut dugaan suap Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam. Ia sesumbar kasus ini tak akan meruap karena berada di bawah pengawasannya langsung. Delapan bulan kemudian, ketika ditanyai lagi nasib perkara tersebut, Widyo mengelak. "Sudah lupa kasusnya," katanya Rabu tiga pekan lalu.

Gubernur Nur Alam terindikasi menerima aliran dana dari luar negeri. Informasi ini tak hanya tersimpan di laci kejaksaan, tapi juga sampai ke telinga aktivis antikorupsi Kendari. Nur Alam, menurut informasi itu, diduga menerima US$ 4,5 juta dari seorang pengusaha bernama Mr Chen. Pria asal Taiwan ini disebut memiliki hubungan bisnis dengan PT Billy Indonesia, perusahaan tambang yang beroperasi di Sulawesi Tenggara.

Para aktivis, salah satunya mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Sultra, berunjuk rasa di Kejaksaan Tinggi Sulawesi Tenggara pada Oktober tahun lalu, menuntut Nur Alam diusut. "Kalau memang terlibat, ya, harus diperiksa," ujar Al-Hayun, salah seorang aktivis. Tak mendapat respons memuaskan, demonstrasi diulang pada Desember. Menginjak Januari 2014, Jaksa Agung Muda Widyo Purnomo di Jakarta akhirnya berkomentar soal itu.

Saat itulah Widyo memastikan kasus Nur Alam terus bergulir. "Biarpun ditangani kejaksaan di daerah, hal itu dalam pengendalian saya," katanya. "Jadi enggak mungkin lolos."

Seorang penegak hukum merinci aliran uang yang ditengarai diterima Nur Alam. Bukan dikirim oleh Mr Chen, melainkan oleh Richcorp International Limited, perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Pada 2010, sejak September hingga November, Richcorp empat kali mentransfer uang ke PT AXA Mandiri dengan nilai total US$ 4,5 juta lewat Chinatrust Bank Commercial Hong Kong.

Oleh AXA, uang itu ditempatkan dalam tiga polis asuransi atas nama Gubernur Nur Alam senilai Rp 30 miliar. Pada formulir pengiriman uang, tertulis "untuk pembayaran asuransi". Ini menandakan Richcorp diperintahkan seseorang di Indonesia mengirimkan dana. Sisa dana, sekitar Rp 10 miliar, ditransfer AXA ke rekening Nur Alam di Bank Mandiri.

Richcorp International diketahui bergerak di bisnis tambang. Perusahaan ini sering membeli nikel dari PT Billy Indonesia. Di Sulawesi Tenggara, PT Billy membuka tambang di Konawe Selatan—sekitar 80 kilometer dari Kendari—dan Bombana, kira-kira 160 kilometer dari ibu kota provinsi itu. Direktur perusahaan PT Billy antara lain Widdi Aswindi, yang juga pemimpin lembaga konsultan politik Jaringan Suara Indonesia.

Pembeli hasil tambang PT Billy dari Hong Kong bukan cuma Richcorp, melainkan juga Real Luck International Limit­ed. Saham Real Luck dimiliki Richcorp International dan Horoc Trading Hong Kong.

Richcorp ternyata sudah "tutup buku". Menurut aktanya, perseroan ini lahir pada 28 April 1992 dan berakhir pada 24 Oktober 1997. Direkturnya tiga orang: Wang Chao-Pang, Wang Mo-Chen, dan Yuan Ko Hsueh. Demikian pula Real Luck. Berdiri pada 9 Juni 2000, perusahaan itu ditutup pada 8 September 2007. Dua direkturnya bernama Wong Fa dan Lo Ciu Lilian. Walau kedua perusahaan sudah lama tak beroperasi, rekeningnya tetap aktif.

Hanya Horoc Trading Hong Kong yang masih beroperasi. Perusahaan itu tercatat berdiri pada 11 Juni 2010. Di akta, direkturnya tertulis bernama Xu Guangping. Kantor perusahaan tersebut terletak di Gloucester Road, Hong Kong. Perseroan itu berafiliasi ke Jilin Horoc Nonferrous Metal Company Limited, grup usaha yang bergerak di industri logam. Kantor perusahaan ini berada di Kota Panshi, Provinsi Jilin, Cina—sekitar 900 kilometer di timur laut Beijing. Di perusahaan induk, Xu Guangping menjabat general manager dan chairman.

Motivasi pemberian uang itu masih kabur. Aktivis antikorupsi Kendari curiga duit dialirkan untuk mengamankan konsesi tambang PT Billy Indonesia. Sejak 2010, PT Billy memang giat menggali nikel di provinsi itu. Widdi Aswindi, direkturnya, mengatakan tak mengetahui kenapa Billy ikut disebut. "Karena itu, saya tak bisa menjelaskan apa pun," ujarnya.

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan menangkap kejanggalan aliran uang tersebut dan mengirimkan analisisnya ke Kejaksaan Agung. Itulah awal Kejaksaan menyelidiki kasus Nur Alam. Belakangan, Kejaksaan diam-diam menghentikan kasus ini. Alasannya, Nur Alam sudah mengembalikan duit itu ke Richcorp. Duit dipulangkan lewat rekening seorang pengacara bernama Giofedi Rauf ke rekening Richcorp di Chinatrust Bank Commercial Hong Kong. Duit ditransfer dalam empat tahap pada Mei-Juni 2013. Totalnya sekitar Rp 40,7 miliar atau US$ 4,28 juta dengan kurs waktu itu.

Nur Alam, menurut seorang penegak hukum, beralasan ia meminjam uang itu dari Richcorp untuk investasi tambang dan kini harus melunasinya. Gubernur Sulawesi Tenggara sejak 2008 itu menyatakan ada perjanjian investasi yang diteken dia dan Chen Linze, wakil dari Richcorp.

Masalahnya, utang untuk investasi tak lazim dikirim dalam bentuk polisi asuransi. Chen Linze—agaknya ini yang disebut Mr Chen—juga tak pernah datang ke Indonesia pada tanggal perjanjian diteken. Duit—yang disebut sebagai pinjaman bisnis—ini dikembalikan setelah ada laporan PPATK dan penyelidikan oleh Kejaksaan.

Giofedi Rauf pun diduga membuka rekening khusus untuk menampung dana yang akan dikembalikan ke Richcorp. Setoran dan penarikannya berbentuk tunai dan dipecah-pecah ke dalam satuan kecil—di bawah Rp 500 juta. Bila ada arus uang di atas Rp 500 juta, alarm PPATK langsung menyala.

Secercah petunjuk datang dari arsip berita. Pada 19 September 2011, Jilin Horoc Nonferrous Metal Company Limited resmi berinvestasi di Sulawesi Tenggara. Provinsi ini memang kaya mineral. Cadangan nikelnya mencapai 97 miliar ton, emas 1,125 juta ton, dan aspal 3,8 miliar ton.Jilin Horoc diberitakan menanamkan US$ 6 miliar dalam bisnis tambang di sana. Jilin pun menggandeng PT Billy Indonesia sebagai mitra lokal.

Dihubungi Selasa dua pekan lalu, Giofedi mengatakan tak ingat lagi pengembalian uang ke Richcorp dari Nur Alam lewat rekeningnya. "Seingat saya, soal itu sudah tidak ada masalah lagi di Kejaksaan," ujarnya. Ia juga mengatakan tidak mengetahui alasan Nur Alam mengembalikan duit ke Richcorp. Ditanya mengenai hubungannya dengan Nur Alam, Giofedi tak menjawab.

Nur Alam justru mengelak punya hubungan dengan Mr Chen atau Chen Linze. Keluar dari kantornya di Kendari, Kamis malam pekan lalu, ia menjawab, "Tidak kenal." Selebihnya, ia menjawab "tidak tahu", termasuk mengenai aliran dana dari Richcorp. Ia buru-buru masuk ke mobil dinasnya.

Anton Septian, Reza Aditya, Indra Wijaya (Jakarta), Rosniawanty (Kendari)


Investasi Polis Asuransi

Uang masuk ke rekening Gubernur Nur Alam lewat jalan memutar. Si pengirim mentransfer uang ke perusahaan asuransi, yang kemudian menempatkan sebagian besar dana dalam bentuk polis asuransi. Begitu ketahuan, Nur berdalih uang itu pinjaman investasi.

Arus Datang

Richcorp International - AXA Mandiri

  • 15 September 2010 - US$ 500 ribu
  • 22 September 2010 - US$ 1 juta
  • 18 Oktober 2010 - US$ 1 juta
  • 29 November 2010 - US$ 2 juta

    Tiga polis asuransi atas nama Nur Alam:

  • Rp 20 miliar
  • Rp 5 miliar
  • Rp 5 miliar

    Rekening Nur Alam:

  • Rp 10,2 miliar

    Arus Balik

    Puluhan setoran di bawah Rp 500 juta

    Giofedi Rauf - Richcorp

  • 30 Mei 2013 - Rp 10 miliar
  • 3 Juni 2013 - Rp 15 miliar
  • 4 Juni 2013 - Rp 15 miliar
  • 5 Juni 2013 - Rp 700 juta

    Bangkit dari Kubur

    Richcorp International Limited dan Real Luck International Limited hanya hidup seumur jagung. Walau sudah "almarhum", anehnya kedua perusahaan tersebut aktif bertransaksi.

    PT Billy Indonesia
    Menjual hasil tambang

  • Richcorp International Limited
  • Real Luck International Limited

    Real Luck International Limited
    Dimiliki oleh

  • Richcorp International Limited
  • Horoc Trading Hong Kong

    Horoc Trading Hong Kong
    Dimiliki oleh

  • Jilin Horoc Nonferrous Metal Group Co Ltd

    Jilin Horoc Nonferrous Metal Group Co Ltd
    Mitra kerja

  • PT Billy Indonesia

    Naskah: Anton Septian
    Sumber: Wawancara, Dokumen

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus