Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AMERIKA SERIKAT
Tersangka Bom Boston
Otoritas hukum di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, Rabu pekan lalu, mengumumkan penahanan tiga tersangka baru serangan bom dalam lomba maraton di Boston, 15 April 2013. Ketiganya adalah teman kuliah Dzhokhar Tsarnaev di University of Massachusetts-Dartmouth, dan semuanya berusia 19 tahun. Dua orang warga negara Kazakstan, Dias Kadyrbayev dan Azamat Tazhayakov. Satu lagi penduduk Amerika Serikat bernama Robel Phillipos.
Seperti dilansir CBS News, Azamat Tazhayakov dan Dias Kadyrbayev dijerat dengan dakwaan berkonspirasi menghilangkan bukti yang berkaitan dengan kasus bom Boston. Keduanya didakwa membuang sebuah laptop dan tas ransel milik Dzhokhar yang berisi kembang api beberapa hari setelah ledakan. Robel Phillipos dijerat dakwaan memberikan keterangan palsu kepada polisi.
Dalam dokumen penyidikan yang diperoleh Boston.com, disebutkan bahwa ketiga pemuda tersebut terkejut ketika mengetahui sahabat mereka terlibat dalam ledakan bom Boston, yang menewaskan 3 orang dan melukai lebih dari 200 orang. Setelah FBI merilis foto kedua pelaku bom Boston, yakni kakak-adik Dzhokhar dan Tamerlan Tsarnaev, mereka mendatangi kamar asrama Dzhokhar dan mengambil tas ransel beserta laptopnya.
Jika terbukti bersalah atas dakwaan yang dijeratkan, Tazhayakov dan Kadyrbayev terancam hukuman maksimal lima tahun penjara dan denda US$ 250 ribu. Sedangkan Phillipos terancam hukuman maksimal delapan tahun penjara dan denda US$ 250 ribu. Ketiganya langsung disidang hari itu dan dijadwalkan kembali diadili pada 14 Mei 2013. Selanjutnya akan dibicarakan soal pembebasan dengan jaminan.
Sebelumnya, polisi menemukan sisa DNA perempuan di pecahan bom yang digunakan Tsarnaev bersaudara. Penemuan DNA ini kemudian berlanjut dengan pemeriksaan terhadap Katherine Russell, istri almarhum Tamerlan.
TURKI
Sensor Gincu
Maskapai penerbangan Turkish Airlines melarang pramugarinya memakai lipstik berwarna menyala, seperti merah dan merah jambu. Dalam pernyataan resminya pada Selasa pekan lalu, manajemen menegaskan bahwa riasan wajah yang sederhana, rapi, dan dalam warna pastel lebih disukai untuk anggota staf yang bekerja di sektor jasa ini.
Pembatasan pemakaian gincu ini salah satu rangkaian dari aksi maskapai utama Turki itu dalam mengadopsi semangat konservatif. Sebelumnya, maskapai yang 49 persen sahamnya dimiliki negara ini menyetop layanan alkohol untuk penerbangan domestik.
Pada Februari lalu, maskapai ini juga meluncurkan usul seragam baru pramugari berupa gaun panjang semata kaki dengan topi bergaya Ottoman Fez, yang dikritik karena terlalu konservatif. Sebelumnya, pramugari mengenakan seragam dengan rok di atas lutut.
Langkah Turkish Airlines menuai kritik luas. "Langkah ini merupakan tindakan penyimpangan. Bagaimana Anda bisa menjelaskan hal itu?" kata Gursel Tekin, wakil presiden dari partai oposisi utama, Partai CHP, seperti dikutip AFP. Banyak wanita mengunggah foto mereka bergincu merah menyala di akun media sosialnya.
Beberapa media lokal menuding pemerintah mencoba upaya islamisasi di negara sekuler keras itu. Perdana Menteri Recep Tayyin Erdogan dan Partai Pembangunan dan Keadilan, yang berkuasa selama lebih dari satu dasawarsa, sering dituduh berupaya memaksa negara itu untuk menjadi lebih konservatif dan saleh. Di bawah kepemimpinan Erdogan, jilbab, yang dilarang dipakai di lembaga publik, telah lebih sering terlihat di tempat umum, dan larangan alkohol diperluas.
BOLIVIA
Usir Usaid
Presiden Bolivia Evo Morales mengumumkan pengusiran para wakil Badan Pembangunan Amerika Serikat (USAID) dari Bolivia, Rabu pekan lalu. USAID dituding mencampuri urusan dalam negeri Bolivia. "Tidak ada lagi USAID, yang memanipulasi dan memanfaatkan para pemimpin kita," ujar presiden berhaluan kiri ini dalam pidatonya di Plaza de Armas, La Paz, saat May Day, seperti dilansir AFP.
Morales menegaskan, USAID berada di Bolivia bukan untuk kegiatan sosial, melainkan politik. Dia juga tersinggung oleh pernyataan terbaru Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry, yang menyebut Amerika Latin adalah "halaman belakang" Amerika Serikat. Presiden yang mulai memerintah sejak 2006 itu sebelumnya mengusir Duta Besar Amerika dan perwakilan Dinas Pemberantasan Narkoba Amerika pada 2008 dengan alasan sama.
Sejak beroperasi di Bolivia pada 1964, USAID memperbaiki sistem pelayanan kesehatan serta menjalankan sejumlah program lingkungan dan pembangunan berkesinambungan lainnya. Berdasarkan situs USAID, tujuan utama di negara itu untuk meningkatkan produktivitas pertanian Bolivia dan ketahanan pangan, serta memperluas akses terhadap layanan sosial dan meningkatkan kompetisi di antara perusahaan kecil dan menengah.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika, Patrick Ventrell, menampik tudingan USAID ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Bolivia. Dia menyayangkan kandasnya upaya lima tahun memperbaiki hubungan diplomatik yang tegang. "Pemerintah Bolivia tidak tertarik pada visi itu," ucapnya.
INGGRIS
Bantuan Kematian
Mayoritas warga Inggris yang beragama mendukung perubahan undang-undang untuk membolehkan upaya membantu kematian (eutanasia). Seperti dilansir BBC, penelitian via Internet yang dilakukan YouGov terhadap 4437 warga dewasa Inggris menunjukkan 70 persen mendukung dan 16 persen menentang.
Penelitian itu pesanan organisasi sosial Westminster Faith Debates, yang akan menggelar debat publik tentang "bantuan untuk kematian" di London. Jika undang-undang diubah, seseorang bisa membantu kematian pasien yang menderita penyakit parah yang tidak tersembuhkan tanpa harus menghadapi risiko digugat secara hukum.
Penentang bantuan kematian umumnya dari kelompok pemeluk Kristen Baptis, Islam, dan Hindu. Adapun pendukung umumnya pemeluk Kristen Anglikan, Yahudi, dan Sikh. Dari yang mendukung, sebagian besar berpendapat bahwa "individu memiliki hak untuk memilih kapan dan bagaimana caranya untuk mati". Yang menentang mengatakan "orang yang lemah bisa jadi atau merasa tertekan untuk mati".
BELANDA
Raja Baru
Willem-Alexander, 46 tahun, dilantik menjadi Raja Belanda setelah ibunya, Ratu Beatrix, 75 tahun, menyerahkan takhta pada Selasa pekan lalu. Willem tercatat menjadi raja pertama setelah 120 tahun. "Saya gembira dan berterima kasih dapat menyerahkan kepada Anda semua, raja baru," kata Beatrix dengan mata berkaca-kaca, seperti dilaporkan BBC. Selanjutnya dia menyandang gelar putri.
Beatrix memilih mengundurkan diri setelah 33 tahun menduduki takhta, mengikuti tradisi ibu dan neneknya. Mengenakan baju ungu, dia meneken surat penyerahan takhta di depan kabinet Belanda. Saat itu, 30 April, bertepatan dengan Hari Ratu, yang menjadi hari libur dan digunakan warga Belanda berpesta.
Beatrix mengantarkan Raja Willem dan istrinya, Ratu Maxima, keluar dari balkon istana di Amsterdam. Di luar, sekitar 25 ribu orang berbusana oranye—warna kerajaan—sudah menunggu menyaksikan raja baru. Menurut jajak pendapat Ipsos, 78 persen warga mendukung sistem monarki. Tahun sebelumnya 74 persen yang mendukung.
Willem yang pakar manajemen air itu diperkirakan memimpin monarki secara lebih informal bersama istrinya, mantan bankir investasi asal Argentina. Dia tak memegang kekuasaan politik, tapi tetap menjadi simbol Belanda. Kekuasaan kerajaan tidak memiliki kekuatan politik, sesuai dengan undang-undang yang ditetapkan parlemen tahun lalu, dan kerajaan tidak lagi menjadi penengah dalam perundingan untuk membentuk pemerintah koalisi.
Willem-Alexander menikahi Maxima pada 2002 dalam suasana kontroversial karena ayah Maxima, Jorge Zorreguita, adalah pejabat tinggi di Argentina di bawah kepemimpinan diktator militer 30 tahun silam. Maxima dengan cepat mengambil hati rakyat Belanda, dan jajak pendapat menunjukkan popularitasnya tak kalah dibanding ibu mertua. Maxima senang berbagi dengan kaum miskin dan giat memberi akses pada layanan keuangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo