Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

MOMEN

2 Februari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SRI LANKA
Macan Tamil Tak Berkutik

WILAYAH kekuasaan gerilyawan Macan Pembebasan Tamil Eelam terus menciut. Sejak pemerintah Sri Lanka melancarkan serangan bertubi-tubi ke berbagai basis pertahanan mereka tahun lalu, sekitar 90 persen wilayah yang diduduki Macan Tamil terlepas.

Terakhir, Kota Mullaittivu jatuh ke tangan pemerintah pekan lalu. ”Ini kemenangan yang sudah lama kami nantikan. Setelah 12 tahun mereka duduki, Kota Mullaittivu akhirnya bisa kami rebut kembali,” ucap Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Sarath Fonseka.

Namun sukses tersebut harus dibayar mahal. Selama pertempuran sengit berlangsung, ribuan orang, termasuk anak-anak, terjebak di wilayah konflik. Beberapa di antaranya tewas tertembak. Macan Tamil menuduh pasukan pemerintah sengaja menembaki warga sipil. Sebaliknya, pemerintah Sri Lanka menuding gerilyawan Macan Tamil berlindung di balik warga sipil.

AFGANISTAN
Pemilihan Presiden Diundur

DENGAN alasan keamanan dan kesiapan logistik, pemilihan presiden Afganistan terpaksa diundur. Mulanya pemilihan akan berlangsung pada akhir Mei, tapi lantaran minimnya jumlah pemilih dan tak adanya tenaga pengawas kompeten pemilihan tersebut, akhirnya diundur hingga 20 Agustus mendatang.

Lima tahun masa pemerintahan Presiden Hamid Karzai berakhir tahun ini. Ia terpilih menjadi presiden dalam pemilu Desember 2004, yang berlangsung damai. Namun, sejak itu, gerilyawan Taliban melancarkan serangkaian serangan terhadap pusat pemerintahan, terutama di bagian timur dan selatan Afganistan. Itu sebabnya pemilihan kali ini dianggap sangat krusial.

Rabu pekan lalu, pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat mengklaim telah menewaskan empat gerilyawan Taliban. Baku tembak terjadi saat pasukan koalisi melancarkan operasi di Provinsi Zabul. Dalam waktu dekat, Amerika Serikat akan menambah tiga brigade pasukannya di sana.

IRAN
Teheran Siap Berunding

TERPILIHNYA Barack Obama sebagai Presiden Amerika Serikat membuat ketegangan di Timur Tengah sedikit mengendur. Teheran pun menyatakan siap berunding dan memperbaiki hubungan dengan Washington, seperti yang dinyatakan Menteri Luar Negeri Manouchehr Mottaki pada Jumat pekan lalu.

Menurut Mottaki, Presiden Obama harus berani mengakui adanya kegagalan dalam pemerintahan George Bush. ”Amerika perlu perubahan karena dunia telah berubah dengan cepat,” katanya. ”Karena itu, kerangka berpikir dalam menciptakan perdamaian pun harus lebih realistis.”

Sebelumnya, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad mendesak Amerika Serikat menarik semua pasukannya di seluruh dunia sebagai bukti janji Obama dalam melakukan perubahan. Obama sendiri, dalam wawancara dengan stasiun televisi Al-Arabiyah, mengaku siap berunding dengan Iran.

THAILAND
Pengungsi Burma Diusir

PEMERINTAH Thailand kini bertindak tegas terhadap pengungsi dari Burma. Tak jarang pengungsi diperlakukan secara tak manusiawi. Para pendatang yang baru berlabuh menggunakan perahu ditarik kembali ke tengah laut. Namun, menurut otoritas setempat, mereka dibekali makanan secukupnya.

Bagi yang sudah telanjur datang, pemerintah Thailand menjatuhkan denda US$ 30. Alasannya, mereka masuk secara ilegal. Sebelum mampu membayar, pengungsi yang kebanyakan etnik Rohingya itu terpaksa ditahan di penjara Provinsi Ranong.

Akhir-akhir ini Thailand kebanjiran pengungsi dari Burma. Sekitar 20 ribu pengungsi menetap di sana. Pekan ini, 78 pengungsi akan diserahkan ke polisi imigrasi untuk dideportasi. Namun tidak diketahui ke mana para pengungsi tersebut akan dipulangkan.

KUBA
Minta Guantanamo Dikembalikan

BEKAS orang terkuat di Kuba, Fidel Castro, menyerukan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengembalikan pangkalan militer Amerika di Guantanamo ke pemerintah Kuba tanpa syarat. ”Mempertahankan pangkalan militer di Kuba tak sesuai dengan keinginan rakyat,” kata Castro, yang kini sakit-sakitan.

Kuba meminjamkan Guantanamo untuk jangka waktu tak terbatas kepada Amerika pada 1903. Namun, menurut Castro, Amerika telah mengambil wilayah itu secara ilegal. Presiden Venezuela Hugo Chavez mendukung ide Castro. Ia mendesak Amerika mengembalikan Guantanamo menyusul rencana Obama menutup kamp konsentrasi di sana.

Dalam kesempatan pertamanya sebagai presiden, Obama menyatakan keinginannya melihat hubungan Amerika dan Kuba kembali normal. Namun ia tidak akan mencabut embargo perdagangan terhadap Kuba, yang sudah berlangsung 46 tahun, jika tidak ada reformasi politik di negeri komunis itu.

KOREA SELATAN
Pyongyang Gertak Seoul

KOREA Utara menyatakan akan memutuskan semua perjanjian yang telah disepakati dengan Korea Selatan selama ini. Menurut Komite untuk Penyatuan Korea, seperti dikutip kantor berita Korea Utara, KCNA, tak ada jalan untuk memperbaiki atau mengembalikan hubungan kedua negara.

”Hubungan buruk antara dua Korea semakin mendekati kenyataan akan terjadinya perang,” demikian pernyataan komite tersebut. Namun para pengamat melihat ancaman ini sebagai upaya Korea Utara menarik perhatian Presiden Barack Obama dalam menyelesaikan masalah di Semenanjung Korea.

Presiden Korea Selatan Lee Myung-bak menanggapi dingin pernyataan Korea Utara tersebut. Menurut pihak kepresidenan, tak ada gunanya mende-ngarkan seruan Korea Utara yang bermotifkan politik itu.

Firman Atmakusuma (BBC, CNN, AFP, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus