Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PALESTINA
Duka Menyambut Nakba
Perayaan 60 tahun Israel, Kamis pekan lalu, disambut dengan suasana duka di Palestina. Dalam hari ”Nakba” itu, terlihat bagaimana posisi Presiden Mahmud Abbas yang berseberangan dengan kelompok Hamas.
Di Gaza, yang sejak Juni lalu dikuasai Hamas, hampir seribu anak berpawai dengan seragam milisi anti-Israel. Di Tepi Barat, Abbas mengajak masyarakatnya bersatu menentang pendudukan Israel atas wilayah mereka sejak 1948. ”Enam puluh tahun berlalu. Ini saatnya mengakhiri Nakba bagi masyarakat Palestina,” kata Abbas, yang pembicaraannya dengan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert tidak mencapai kemajuan.
Kelompok Hamas menyerukan agar bangsa Palestina bersatu melawan Israel dan mengatakan Abbas sebaiknya menghentikan mimpinya tentang negosiasi. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat George W. Bush, yang sehari sebelumnya mendarat di Yerusalem untuk merayakan 60 tahun Israel, mengukuhkan keberpihakannya kepada Israel. ”Kami berdiri bersama Israel untuk memerangi terorisme dan ancaman nuklir Iran,” katanya.
INDIA
Jaipur Dibom
Ledakan bom mengguncang kota wisata Jaipur, sekitar 260 kilometer dari ibu kota India, New Delhi, Selasa pekan lalu. Delapan bom diperkirakan meledak dalam waktu hampir bersamaan dan menewaskan sedikitnya 80 orang serta 200 lainnya terluka. Polisi sudah mengeluarkan sketsa wajah tersangka pengeboman, tapi belum diketahui motifnya.
Menteri Dalam Negeri untuk Negara Bagian Rajasthan, Gulab Chand Kataria, mengatakan peristiwa itu merupakan serangan teroris. Kepolisian telah menahan beberapa orang sebagai saksi. Kelompok Mujahidin India, yang sebelumnya tidak pernah dikenal, mengaku berada di belakang serangan itu.
Jaipur terkenal sebagai ”kota ungu” sesuai dengan warna benteng, istana, dan tembok kotanya. Kota tua yang dibangun pada 1727 ini berpenduduk 3 juta jiwa, mayoritas beragama Hindu dan sebagian kecil muslim. Belum pernah ada sejarah kekerasan berlatar agama di kota ini sebelumnya. Serangan bom di India kini telah menelan korban 520 orang sejak 2005.
IRAN
Tangkap Pengebom
Badan intelijen Iran menangkap 15 orang yang diduga pelaku pengeboman masjid Kota Shiraz, Rabu pekan lalu. Serangan bom pada April lalu itu mengakibatkan 13 orang tewas dan 200 terluka. ”Semua yang ditangkap itu warga negara kami,” kata juru bicara badan intelijen, Gholamhossein Mohseni-Ejeie.
Ejeie mengatakan para pelaku pengeboman itu berniat meledakkan konsulat Rusia di Iran. Mereka mengaku mendapat pelatihan membuat bom dan dibiayai Amerika Serikat dan Inggris. Ejeie mengatakan pengakuan itu diperkuat dengan bukti rekening di bank.
Presiden Mahmud Ahmadinejad mengatakan serangan ini merupakan bagian dari upaya menghancurkan Iran. ”Peristiwa ini terjadi ketika agen Israel, Amerika, dan Inggris berencana membunuh pejabat Iran,” kata Ahmadinejad.
IRAK
Bocah Bom Bunuh Diri
Anak perempuan delapan tahun diduga menjadi pelaku peledakan bom bunuh diri di Kota Youssifiyah, selatan Bagdad, Rabu pekan lalu. Tentara Irak, Letnan Ahmed Ali, mengatakan bom meledak dengan remote control dan menewaskan Kapten Wassem al-Maamouri.
Dalam beberapa bulan terakhir, gerilyawan menggunakan bocah perempuan dan orang cacat dalam serangan bom bunuh diri di utara Irak. Lokasi ini menjadi tempat berkumpulnya kelompok Sunni yang terkait dengan jaringan Al-Qaidah.
Bom bunuh diri juga terjadi saat prosesi pemakaman kelompok Sunni di Bagdad, yang menewaskan 20 orang dan 35 lainnya terluka. Saat itu sejumlah orang sedang berkabung dan mempersiapkan pemakaman jenazah seorang guru, Taha Obaid, yang menjadi korban penembakan sehari sebelumnya.
BURMA
Tetap Tolak Sukarelawan
Junta Burma tetap melarang sukarelawan asing masuk ke negerinya untuk membantu korban bencana topan Nargis. Menteri Kesejahteraan Jenderal Maung Maung Swe mengatakan Burma sangat berterima kasih atas sumbangan ke negaranya. Tapi semua distribusi akan ditangani pemerintah. ”Kami tidak mengizinkan orang asing masuk,” katanya, Kamis pekan lalu.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan dua juta rakyat Burma terancam kekurangan pangan. Badai Nargis pada 3 Mei lalu menewaskan 60 ribu penduduk dan merusak 1,6 juta hektare sawah, termasuk kawasan penghasil beras utama di delta Irrawaddy. Sejumlah lembaga swadaya masyarakat mengatakan junta telah menyalahgunakan bantuan internasional untuk kepentingannya. Marcel Wagner, Direktur Adventist Development and Relief Agency Burma, membenarkan adanya bantuan yang ”dibelokkan” militer.
Sabtu dua pekan lalu, pemerintah junta menggelar referendum. Sekitar 92 persen pemilih menyetujui undang-undang dasar baru. Kelompok oposisi menilai referendum itu tidak demokratis.
ZIMBABWE
Jadwal Pemilu Mundur
Komisi pemilihan presiden Zimbabwe, Kamis pekan lalu, menunda jadwal pemilihan umum putaran kedua menjadi 31 Juli dari semula 23 Mei ini. Partai oposisi Gerakan bagi Perubahan Demokratis (MDC) menilai perubahan jadwal itu tidak adil dan ilegal. Pada putaran pertama Maret lalu, MDC, yang dipimpin Morgan Tsvangirai, menang dengan 47,9 persen suara, mengalahkan partai berkuasa pimpinan Presiden Robert Mugabe (43,2 persen). Komisi memutuskan pemilihan tahap kedua karena tidak ada satu pun calon yang melewati 50 persen suara.
MDC awalnya akan memboikot pemilu tapi kemudian membatalkan niatnya. Juru bicara partai, Nelson Chamisa, mengatakan Mugabe telah menggunakan kekerasan terhadap pemilih. ”Mundurnya jadwal ini membuat Mugabe mempunyai kesempatan lagi menyiksa dan mengintimidasi pendukung MDC,” kata Chamisa.
AMERIKA SERIKAT
Cabut Dakwaan Kasus 11/9
Pentagon mencabut dakwaan terhadap Mohammad al-Qahtani yang dituduh terlibat dalam serangan 11 September di Amerika Serikat, Kamis pekan lalu. Komisi militer di Guantanamo, Susan J. Crawford, mengatakan dakwaan Al-Qahtani dicabut ”tanpa prasangka”.
Pemerintah mengatakan Al-Qahtani tidak terlibat dalam serangan 11 September 2001 karena saat itu tidak berada di Amerika. Ia ditolak masuk Orlando pada Agustus 2001 dan kembali ke Dubai. Warga negara Arab Saudi ini tertangkap di Afganistan dan dipenjara di Teluk Guantanamo.
Al-Qahtani melewati berbagai jenis siksaan ketika diinterogasi sejak 2002. Dia pernah membuat pernyataan tentang keterlibatannya dengan jaringan Al-Qaidah pada 2006. Kuasa hukum Al-Qahtani mengatakan pernyataan itu keluar akibat penyiksaan. ”Sepertinya mereka berhenti mencoba minta keterangan ke Al-Qahtani,” kata pengacara Bryan Broyles.
Yandi M.R. (BBC, AFP, AP, Al-Jazeera)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo