Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

MUI: Kekuatan Ekonomi dan Politik AS Hambat Perdamaian Timur Tengah

MUI menilai kekuatan ekonomi dan politik AS mempengaruhi perdamaian di Timur Tengah.

8 April 2025 | 12.30 WIB

Gaza. Shutterstock
Perbesar
Gaza. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas menilai konflik di Timur Tengah, terutama Gaza, Palestina, akan tetap berlangsung jika pengaruh politik dan ekonomi Amerika Serikat masih kuat di panggung internasional. Menurut dia, AS bertanggung jawab sebagai pendukung utama pendudukan Israel atas kekacauan di Timur Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selama ekonomi dan politik Amerika Serikat masih sangat kuat, maka selama itu pulalah negara-negara lain tidak akan bisa berbuat banyak untuk menghentikan peperangan dan kezaliman yang dilakukan oleh Israel dan Amerika Serikat di kawasan tersebut," kata Anwar dalam keterangan resminya, Senin, 7 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Anwar juga memprediksi bahwa peperangan di Timur Tengah bisa tetap berlanjut tanpa perdamaian hingga berpuluh-puluh tahun mendatang selama Israel masih ingin mewujudkan cita-cita Israel Raya. 

Sebagai contoh, Anwar merujuk pada serangan Israel ke Gaza dalam beberapa waktu belakangan. Menurut dia, serangan itu bukan sekadar ditujukan untuk memberantas Hamas, namun juga untuk merebut wilayah Gaza. 

Jika berhasil menguasai Gaza, Anwar meramalkan, Israel akan mengosongkan daerah tersebut dengan memindahkan penduduknya ke negara lain sebagaimana rencana yang pernah disampaikan Presiden AS Donald Trump. Anwar menduga Israel kemudian akan menempatkan rakyatnya untuk tinggal di Gaza. 

Setelah menguasai Gaza, Anwar memperkirakan Israel akan menargetkan wilayah Palestina lain sebagai daerah baru untuk diduduki. Tak sampai di situ, Anwar menilai Israel juga menginginkan wilayah negara-negara lain, seperti Yordania, Suriah, Lebanon, Arab Saudi, dan Mesir. 

Menurut Anwar, posisi sulit ini membuat negara-negara Arab akan kesulitan meminta bantuan Barat, terutama AS. Sebab, jelas dia, AS akan lebih memilih untuk mendukung pendudukan Israel. 

Serangan udara Israel di Jalur Gaza kembali menewaskan sedikitnya 86 warga Palestina. Pada Jum'at, 4 April 2025, Kementerian Kesehatan Gaza mencatat total jumlah korban tewas akibat genosida Israel sejak Oktober 2023 menjadi 50.609 orang. 

Sebuah pernyataan kementerian mengatakan bahwa 287 orang terluka lagi dipindahkan ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah korban terluka menjadi 115.063 dalam serangan Israel.

"Banyak korban masih terjebak di bawah puing-puing dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka," ujar mereka.

Tentara Israel meluncurkan kampanye udara mendadak di Jalur Gaza pada 18 Maret, menewaskan 1.249 orang dan melukai 3.022 lainnya. Israel melanggar gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan dengan kelompok Palestina Hamas yang berlangsung pada Januari.

Savero Aristia Wienanto

Bergabung dengan Tempo sejak 2023, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada ini menaruh minat dalam kajian hak asasi manusia, filsafat Barat, dan biologi evolusioner.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus