Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau BPI Danantara hari ini, Senin diluncurkan. Wacana hingga peluncuran badan ini menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat atas potensi penyalahgunaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Danantara ditargetkan mengelola aset senilai lebih dari US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14 ribu triliun. Namun, ambisi Prabowo ini justru dinilai berisiko tinggi oleh sejumlah ahli.
Bahkan ada yang menyamakan kehadiran Danantara dengan skandal keuangan besar seperti kasus 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB di Malaysia. 1MDB didirikan oleh Perdana Menteri Malaysia Najib Razak pada 2009.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan investasi ini menjadi skandal keuangan besar yang melibatkan penyalahgunaan dana investasi negara hingga miliaran dolar Amerika Serikat melalui transaksi tidak transparan dan pencucian uang lintas negara. Saat itu, dilaporkan banyak kasus korupsi yang dilakukan Najib Razak bersama kroni-kroninya yang bersumber dari 1MDB.
Dana yang awalnya dibentuk untuk membiayai infrastruktur dan transaksi terkait ekonomi lainnya di Malaysia itu, dialihkan untuk pengeluaran gaya hidup mewah.
Termasuk membiayai film seperti The Wolf of Wall Street dan membeli Dustheads, sebuah lukisan karya seniman AS Jean-Michel Basquiat.
Pada 2012, pejabat dari 1MDB bertemu dengan perusahaan bank investasi dan jasa keuangan multinasional asal AS, Goldman Sachs, di Hong Kong untuk membahas kesepakatan obligasi. Kedua belah pihak ini sepakat untuk patungan untuk dana 1MDB. Antara 2012 dan 2013, perusahaan ini mengatur tiga obligasi senilai 6,5 miliar dolar AS untuk 1MDB dengan biaya total 593 juta dolar AS atau 9 persen dari total.
Biaya tersebut lebih tinggi dari biaya rata-rata yang dibayarkan untuk kesepakatan tersebut. Jaksa Malaysia mengatakan bahwa Goldman Sachs membuat pernyataan yang tidak benar dan menghilangkan fakta kunci dalam menawarkan surat edaran untuk obligasi yang dijualnya untuk dana negara Malaysia 1MDB.
Pada Februari 2016, Federal Bureau of Investigation atau FBI AS mulai menyelidiki hubungan antara Tim Leissner, seorang eksekutif puncak regional Goldman Sachs, dengan mantan PM Malaysia Najib Razak. Leissner mengaku bersalah di AS atas konspirasi yang berkaitan dengan pencucian uang dan penyuapan dana 1MDB. Diduga Leissner memiliki hubungan erat dengan pejabat Malaysia dan mungkin telah menggunakan suap untuk memajukan bisnis Goldman di negara tersebut.
Kasus ini setidaknya melibatkan tiga tokoh. Di antarannya sebagai berikut.
1. Najib Razak
Jaksa penuntut umum Malaysia mengajukan total 32 dakwaan terhadap Najib. Ini artinya Najib menghadapi ancaman 20 tahun. Jika terbukti bersalah, Najib, yang berusia 64 tahun, bakal menghabiskan seluruh sisa hidupnya di dalam penjara.
Jaksa mengklaim ada dana sekitar US$700 juta atau sekitar Rp10.2 triliun. Dana ini diduga berasal dari 1MDB.
Najib juga menghadapi tuntutan lain yaitu menerima uang dari perusahaan SRC International, yang merupakan anak perusahaan 1MD. Ancamannya juga mencapai 20 tahun.
2. Rosmah Mansor
Istri Najib Razak dari pernikahan kedua ini menghadapi 17 dakwaan. Sebagian dakwaan ini menyangkut praktek pencucian uang dan penghindaran pajak terkait skandal kasus 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB.
Jaksa mengatakan ada uang sebesar RM7 juta atau sekitar Rp24 miliar, yang telibat dalam kasus pencucian uang ini. Rosmah, 66 tahun, menjalani persidangan terpisah di lokasi pengadilan yang sama di ibu kota Kuala Lumpur, Malaysia.
Rosmah juga terkena kasus lain yaitu dugaan menerima suap RM189 juta atau Rp 656 miliar. Uang suap ini berasal dari perusahaan Jepak Holdings Sdn Bhd, yang memenangkan kontrak pemerintah senilai RM1.25 miliar terkait pembangunan pembangkit listrik berbasis sinar matahari.
3. Jho Low
Jho Low terlahir di Penang dan keluarga kaya. Ayahnya Larry Low Hock Peng merupakan eksekutif di sebuah perusahaan investasi bernama MWE Holdings Bhd. Sedangkan kakeknya Low Meng Tak membangun kekayaan keluarga di Cina dan Thailand lewat bisnis penambangan biji besi dan miras.
Najib mengatakan Jho Low dipercaya karena memiliki hubungan dengan dengan keluarga kerajaan Arab Saudi, Kuwait dan Abu Dhabi. Najib mengaku berharap Jho Low menggunakan koneksinya itu untuk mendatangkan investasi ke Malaysia lewat 1MDB.
Hendrik Khoirul Muhid, Riani Sanusi Putri turut berkontribusi pada penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Danantara Diluncurkan: Investasi SDA dan Aset Negara Targetnya 900 Miliar Dolar AS