BENDERA setengah tiang lagi di Kremlin. Presiden Yuri Vladimirovich Andropov, 69, yang hampir separuh dari 15 bulan masa pemerintahannya terbaring di ranjang, meninggal dunia. Ia menghembuskan napas terakhir di sebuah sanatorium di luar Moskow, Kamis petang pekan lalu. "Seorang pemimpin besar telah meninggalkan kita lagi," komentar presiden Kenya Daniel Arap Moi begitu mendengar berita duka dari Radio Moskow, esoknya. Laporan medis Andropov, yang disiarkan kantor berita Soviet, Tass, sehari kemudian menyebut tokoh yang dalam setahun terakhir menjalani cuci darah secara teratur itu menderita radang buah pinggang, kencing manis, dan tekanan darah yang tidak stabil. Tapi, menurut dokter, kematiannya akibat jantung dan pembuluh darahnya tidak berjalan normal. Setelah jenazah Andropov disemayamkan di Istana Kaum Buruh, yang terletak di sisi utara Lapangan Merah, sejak Sabtu ribuan pelayat antre untuk menyampaikan penghormatan terakhir kepada Mendiang. Tampak, antara lain, presiden Kuba Fidel Castro dan perdana menteri Polandia Wojciech Jaruzelski. Di antara anggota Politbiro Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) yang tidak hadir cuma Vladimir Shcherbitsky dari Ukraina. Alasan ketidakhadiran anggota urutan ke-12 itu tidak disebutkan. Selasa siang, jasad Andropov dikuburkan di Lapangan Merah - bersebelahan dengan makam pendahulunya, Leonid Brezhnev. Upacara dipimpin oleh Konstantin Chernenko, tokoh Nomor 2 di Politbiro, yang terpilih menjadi penerus Mendiang dalam sidang Komite Sentral PKUS sehari sebelumnya. Tamu-tamu asing yang menghadiri pemakaman Andropov tak banyak beda dengan pelayat Brezhnev. Di antara muka lama terlihat perdana menteri India Indira Gandhi serta wakil presiden AS George Bush. Di antara wajah baru tampak perdana menteri Inggris Margaret Thatcher - ini merupakan kunjungan pertama "Wanita Besi" itu ke Soviet. Tampilnya Chernenko, 72, sebagai orang kuat baru Soviet sudah diperkirakan. Dialah satu-satunya anggota Politbiro yang ditulis tunggal dalam Sejarah PKUS edisi ke-7 yang diterbitkan Desember lalu. Nama Chernenko, arsitek ideologi partai, dikaitkan dengan pidatonya pada sidang pleno Komite Sentral Juni 1983. Sejarah PKUS yang disunting oleh Boris Ponomarev, anggota pengganti Politbiro, merupakan "injil" bagi 17 juta pendukung partai. Dikenal sebagai administrator ulung Chernenko, sampai November 1982, dianggap tokoh paling mengerti keinginan Brezhnev. Keduanya telah bersahabat sejak sebelum perang di Moldavia, sekitar tahun 1940-an. Tak heran bila Chernenko merupakan saingan utama Andropov dalam merebut palu kepemimpinan sepeminggal Brezhnev. Lahir di Bolshaya Tes, Chernenko tak begitu menonjol di masa remajanya. Setelah tamat dari Institut Pedagogi Kishinev, ia ditugasi memimpin Liga Komunis Muda di desa kelahirannya. Baru setelah bertugas di bagian agitasi dan propaganda PKUS Moldavia, ia mulai diperhatikan orang. Tahun 1956, Chernenko, yang berasal dari keluarga petani Siberia itu, dibawa Brezhnev ke Moskow. Sembilan tahun kemudian, tak lama setelah Brezhnev menduduki kursi sekretaris jenderal PKUS, Chernenko sudah mengepalai departemen umum lembaga yang mengeluarkan kartu anggota, memeriksa lalu lintas dokumen rahasia partai, serta menangani kritik tertulis terhadap Komite Sentral. Sejak itu bintang Chernenko mulai naik. Tahun 1977, ia diangkat sebagai anggota Politbiro tanpa hak suara. Setahun kemudian menerima keanggotaan penuh. Mulai saat itu pula Chernenko diakui sebagai salah seorang pengambil keputusan di Soviet. Tapi Chernenko bukan tanpa kelemahan. Di lingkungan kecil pendekar Kremlin, ia sering digunjingkan sebagai penjilat Brezhnev. Karena itu, di belakang layar, Chernenko suka dijuluki: "pembawa tas Brezhnev", "pembalik halaman buku", bahkan "si pembuka botol". Konon, dalam setiap pertemuan Partai, Chernenko selalu membukakan botol air mineral yang akan diminum Brezhnev. Kekurangan lain, Chernenko, yang menerima dua bintang Lenin, disebut-sebut menderita radang paru-paru. Ia dikhawatirkan tak bakal berumur panjang. Kehidupan pribadi Chernenko tak banyak diketahui. Buku International Who's Who sama sekali tidak mencantumkan status perkawinannya. Mendiang Andropov bukan tak tahu kehebatan Chernenko. Karena itu diam-diam, ia menyiapkan sejumlah pewaris dan melakukan pembersihan, baih dalam tubuh Partai maupun pemerintahan. Selama 15 bulan, tak kurang dari 20% sekretaris komite provinsi dan tokoh regional dicopot dari jabatannya. Selain itu ribuan pejabat partai yang ditugasi mengelola 36.000 daerah industri di seantero Soviet diganti dengan penguasa baru. Pembersihan juga dilakukan Andropov di kalangan atas. Tak kurang dari 19 anggota kabinet digesernya dengan berbagai alasan. Di antara mereka yang disingkirkan tercatat Yuri Smelyakov, ketua Komite Negara uncuk Hubungan Ekonomi Dalam Negeri. Ia bersama pejabat senior V.A. Pavlov dituduh melakukan korupsi. Keduanya telah dijatuhi hukuman belum lama berselang. Langkah lain Andropov adalah menempatkan kader-kadernya di Politbiro. Mereka adalah Gaidar Aliyev, Vitaly Vorotnikov, dan Mikhail Solomentsev. Sedang kursi kepala KGB, dinas rahasia Soviet, diberikannya kepada Viktor Chebrikov. Tak heran bila selama terbaring sakit, Andropov mampu mengendalikan pemerintahan. Maka, PKUS Moskow tanpa ragu-ragu mencalonkan Andropov sebagai kandidat mereka untuk Presidium Soviet Tertinggi, yang menurut rencana dipilih Maret depan. Kendati demikian, sejak Andropov tak muncul pada dua peringatan penting Revolusi Rusia, 5 dan 7 November, sejumlah tokoh mulai digunjingkan sebagai penggantinya. Calon kuat yang disebut-sebut: Grlgori Romanov, Mikhail Gorbachev, Gaidar Aliyev, Chernenko, dan Dmitri Ustinov. Tiga kandidat pertama adalah pendukung Andropov. Petunjuk bahwa Romanov, 61, akan terpilih masih terlihat sampai Chernenko ditunjuk memimpin upacara pemakaman Andropov. Romanovlah satu-satunya tokoh yang masih diterima Andropov menjelang hayatnya. Sebelum terpili menjadl anggota Politbiro, Romanov adalah ketua PKUS Leningrad. Ia, sebagaimana Chernenko, juga dikenal sebagai administrator yang efisien. Tapi Romanov, yang diberi kepercayaan mengurus industri militer, belum berpengalaman di bidang hubungan luar negeri. Peluang yang tinggi juga berada di tangan Gorbachev. 52, yang menjabat menteri pertanian. Gorbachev, tamatan fakultas hukum dan ahli di bidang pertanian, anggota Politbiro yang banyak mendapat pujian dalam sidang Komite Sentral, Juni 1983. Ia dinilai berhasil meningkatkan produksi pangan. Meski Gorbachev terkenal luwes dalam pergaulan, ia masih dianggap terlalu "muda" untuk memikul tanggung jawab memimpin 235 juta rakyat Soviet. Penantang lain adalah Aliyev. la, 60, ketika memimpin PKUS Azerbaijan dikenal sebagai tokoh pemberantas korupsi. Aliyev pernah menyamar sebagai sopir truk untuk menangkap pelaku pungli di sepanjang Jalan Azerbaijan. Setelah dikatrol Andropov sebagai anggota Politbiro, Aliyev dipercaya menjabat wakil pertama perdana menteri. Kekurangan Aliyev, menurut pengamat Barat. adalah latar belakan keluarganya. Ia berasal dari keluarga menengah dan masih punya bau Islam. Tapi, para ahli Kremlin tetap meramalkan trio Romanov - Gorbachev - Aliyev sebagai pemimpin Soviet pada masa depan. Bagaimana peluang militer? Selama Andropov sakit, menurut analis Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), tugas pemerintahan diemban Marsekal Ustinov 75, yang menjabat menteri pertahanan. Militer bahkan disebut-sebut siap mengambil alih pemerintahan jika Andropov mati. Langkah ke arah itu memang sudah terlihat. Dua pekan setelah Andropov jatuh sakit, pesawat pemburu angkatan udara Soviet menembak jatuh pesawat penumpang Korean Air Line (KAL) di Semenanjung Kamchatka, 1 September malam. Dan satu-satunya yang memberi penjelasan mengenai peristiwa itu adalah Marsekal Nikolai Ogarkov, 66, kepala staf gabungan AB Soviet. "Seandainya Andropov tak sakit, peristiwa itu mungkin tak terjadi," komentar seorang diplomat Barat di Moskow. Gelagat militer ingin mengendalikan pemerintahan di Soviet bukan cerita baru. Perdana Menteri Nikita Khrushchev, yang berkuasa dari 1953 sampai 1964, telah melihat gelagat itu. Dalam otobiografi Khrushchev Remembers, ia bertanya: "Siapa, di negeri kita, yang bisa mengintimidasi kepemimpinan?" Khrushchev menyebut kekuatan itu militer. Itulah sebabnya Khrushchev tanpa ragu-ragu memecat Menteri Pertahanan Georgi Zhukov, pahlawan Perang Dunia II, karena ia percaya mlilter ingin mengguhngkannya. Kritik Khrushchev terhadap militer tak cuma itu. Militer, menurut dia, selalu ingin menjadikan diri yang terbesar dan terkuat. "Tak heran bila mereka selalu mendesak untuk memiliki persenjataan paling mutakhir," tulis Khrushchev. Ia menambahkan, jika permintaan itu dipenuhi, negara menderita dibuatnya, karena sebagian anggaran dipergunakan untuk sektor yang tidak produktif. Mungkm berkaca dari pengalaman Khrushchev itu, maka Ustinov, yang punya basis kuat, tak bisa mengalahkan Chernenko di sidang Komite Sentral. Dan bukan mustahil jika Ustinov terpilih menggantikan Andropov, hubungan Soviet-AS bisa tegang. "Militer temtu adalah orang-orang yang siap mengorbankan jiwa raganya untuk tanah air. Karena itu, para pemimpin harus hati-hati untuk tidak melihat dunia dengan kaca mata mereka," kata Khrushchev. Dengan terpilihnya Chernenko, menurut pengamat Barat, hubungan Soviet-AS diperkirakan akan lebih luwes dibanding era Andropov. Dalam suatu artikel yang ditulis Chernenko beberapa hari sebelum Andropov mati, ia menyebut prioritas kebijaksanaan luar negeri pada masa datang adalah mengakhiri perlombaan senjata. Ia juga menyebut, "hubungan baik Soviet-AS sekarang lebih penting dibanding masa sebelumnya." Di Washington, Presiden Ronald Reagan telah memikirkan rencana pertemuan dengan pemimpin baru Soviet dalam waktu dekat. Dalam pidato radio, Sabtu lalu, Reagan mengimbau pemimpin Soviet supaya mengubah haluan setelah kematian Andropov, dan sekaligus minta kesediaan negeri Beruang Merah itu membahas lagi masalah perlucutan senjata di Jenewa. Chernenko belum tentu lunak. Dalam pidato pertamanya sebagai sekjen, Senin siang, ia menuduh Barat menodongkan ancaman perang nuklir. "Pada masa persenjataan nuklir dan roket-roket maha tepat sekarang ini, perdamaian jauh lebih dibutuhkan dibanding sebelumnya. Sayangnya, para pemimpin negeri kapitalis, dilihat dari berbagai segi, tidak begitu memahami hal ini, atau tidak menginginkannya," kata Chernenko. Mengenai politik luar negeri, Chernenko mengatakan akan tetap meneruskan kebijaksanaan yang digariskan Andropov. Ia menegaskan bahwa Soviet tidak menginginkan keungulan militer, dan tidak bermaksud mendikte keinginan mereka terhadap negara lain. Tapi, "kami tidak akan membiarkan ketimpangan kekuatan militer, dan kami telah menetapkan akan melanjutkan usaha memperkuat kemampuan pertahanan kami," ujar Chernenko. Ia menambahkan biaya untuk semua itu cukup tersedia. Bagi AS, Andropov, yang mengawali karier sebagai orang KGB, tak banyak arti. Sebab, la praktis tak menjalankan roda pemerintahan sehari-hari, terutama selama enam bulan terakhir. Karena itu, pengambilan keputusan terasa lamban. Bahkan Andropov mewariskan citra buruk. Tak kurang dari 60 pejabat perwakilan Soviet, yang dicurigai jadi agen KGB, diusir dari berbagai negeri termasuk Indonesia. Padahal, selama ini kekuatan KGB justru terletak pada bidang intel yang mengerahkan tenaga manusia. Tak cuma citra buruk itu yang ditinggalkan Andropov. Ia belum bisa banyak meningkatkan hasil pertanian. Uni Soviet masih mengeluarkan dana sekitar US$ 6 milyar untuk mengimpor gandum dan biji-bijian sebagian besar dari AS. Mungkinkah Chernenko mengatasi semua itu? Ia tampaknya perlu kerja keras mengingat sebagian besar aparat pelaksana peningkatan produksi, termasuk pertanian, sudah digantikan oleh orang-orang Andropov. Selain itu, ia juga harus menjaga citra Soviet sebagai negara kuat dalam persenjataan di mata tentara - mengingat dia tak begitu populer di kalangan angkatan bersenjata. Posisi Chernenko sekarang tak bisa dibandingkan dengan posisi Andropov sewaktu menggantikan Brezhnev. Andropov, berkat KGB-nya, berhasil menguasai jaringan Partai. militer, dan Pemerintahan. Hal itu telah dibuktikannya dengan mengatrol orang-orang dekatnya ke Politbiro, menempatkan agen di militer, dan melakukan pembersihan di aparat pemerintahan. Andropov juga berhasil memegang jabatan sekjen PKUS dan presiden dalam tempo kurang dari setahun - Brezhnev untuk-hal yang sama membutuhkan waktu 13 tahun. Tentang jabatan presiden, yang juga ditinggalkan Andropov, tampak tidak akan dipilih sampai Presidium Soviet Tertinggi hasil pemilu nasional bersidang - diperkirakan minggu kedua Maret. Jabatan presiden secara resmi adalah ketua Presidium Soviet Tertinggi. Sukses Andropov itu belum tentu dapat diulang Cherneno. Mengingat pengikut garis Brezhnev seperti Chernenko tinggal beberapa orang lagi, baik di Politbiro maupun Komite Sentral PKUS. Kalau saja Chernenko berhasil mengisi kursi lowong yang ditinggalkan Andropov di Politbiro dengan orangnya, itu bisa merupakan pertanda dirinya didengar orang. Melihat usia Chernenko yang sudah uzur, dan sudah mulai sakit-sakitan, generasi muda mungkin akan berhati-hati mendukungnya. Bukan tidak mungkin masa pemerintahannya tidak lebih lama dari Andropov.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini