TIGA hari setelah pengumuman resmi meninggalnya Andropov, tirai yang menyelubungi tokoh penggantinya mulai tersingkap gamblang. Chernenko muncul, dengan lancar. Itu menunjukkan bahwa kali ini juga Uni Soviet bisa memecahkan persoalan penggantian kepemimpinan dengan rapi: tanpa pembunuhan saingan politik, tanpa kutukan orang-orang yang jatuh. Bahkan beberapa hari sebelum Andropov wafat, petunjuk sudah tampak tentang posisi Chernenko yang baru - kira-kira setahun setelah orang yang dianggap saingan Andropov ini dikatakan tersingkir. Salah satu indikasi: disebutnya nama Chernenko secara tersendiri dalam buku sejarah Partai Komunis Uni Soviet yang baru diterbitkan. Masa sakit Andropov yang lama agaknya telah membantu sebuah persiapan suksesi yang tertib. Di samping itu, agaknya, pengalaman telah jadi guru yang baik. Sebab sejarah Uni Soviet selama 67 tahun bukanlah sejarah yang tenang: pergantian kepemimpinan tak jarang tegang dan kejam. Di balik dinding Kremlin, orang saling dongkel, saling fitnah, dan saling mendorong ke depan regu tembak. 21 Januari 1924, Lenin mangkat pukul 6 sore, setelah beberapa lama menanggung sakit. Setahun sebelumnya, pendiri Uni Soviet ini sudah menulis surat wasiat. Isinya: analisa watak para pemimpin Partai yang mungkin akan menggantikannya, yakni Zinoviev, Trostky, dan Stalin. Khusus tentang Stalin sekretaris jenderal Partai, Lenin punya komentar, "Stalin terlampau kasar . ., . Sebab itu, saya usulkan kepada kawan-kawan agar mencari jalan untuk mencopot Stalin dari posisinya itu dan mengangkat orang lain." Namun, apa lacur, seorang yang mati bukanlah seorang yang berkuasa. Stalin sudah jauh lebih kuat dari yang diduga Lenin. Menjelang akhir 1922 sudah, sejak keadaan Lenin memburuk, Stalin sudah mulai merombak struktur pemerintahan di beberapa tempat. Tapi terutama yang menolong Stalin dari kutukan Lenin justru seorang samgannya sendiri, Zinoviev. Stalin memang saat itu bukan tokoh yang menyolok dengan ambisi. Ia berbeda dalam sikap dengan Trotsky, yang tampak selalu yakin dengan diri sendiri sampai Lenin menyebutnya "berlebihan". Stalin, sebaliknya seolah-olah sabar mendengarkan orang lain bicara: ia sendiri agak kikuk bergaul. Ia juga dengan rajin mengadakan kontak dengan pelbagai kalangan Partai. Zinoviev tentu tak menyangka bahwa sekretaris yang rajin dan hati-hati bicara ini kemudian akan mengalahkannya - bahkan menghukumnya mati. Ketika wasiat Lenin dibacakan di sidang pleno Komite Sentral seluruh yang hadir terkesiap. Stalin tampak menciut dan malang. Pada saat itu tampillah Zinoviev. Ia mengatakan, bahwa meskipun kata-kata Lenin bagi mereka ibarat hukum dalam satu hal Lenin salah: dalam penilaiannya atas Stalin. Hadirin setuju. Ketika pemungutan suara berlangsung, orang berkumis dan Georla ltu tetap dipertahankan. Stalin, waktu itu, memang tengah dibutuhkan Zinoviev untuk menghadapi Trotsky bersamasama. Namun, ternyatalah kemudian, menjelang pertengahan 1920-an, justru Zinoviev harus bergabung dengan Trotsky untuk menghadapi tokoh yang selama ini mereka sepelekan. Permusuhan antara ketiga orang itu jadi kian sengit, hingga Oktober 1926 Stalin mendepak Trotsky dari Politbiro, badan Partai yang paling berkuasa. Zinoviev sendiri telah dicopot beberapa bulan sebelumnya. Mereka memang masih anggota Komite Sentral. Tapi akhirnya kedudukan ini pun tanggal. Ketika Trotsky dan Zinoviev tetap berusaha mempengaruhi pendapat kalangan Partai lainnya, mereka ditendang lebih jauh. Bahkan Trotsky, di awal 1929, diputuskan untuk diusir dari Rusia. Tujuh tahun kemudian, Stalin menghukumnya mati. Lalu 20 Agustus 1940 ketika Trotsky, di kediamannya di Meksiko yang jauh, tengah menulis biografi yang mengutuk Stalin, seseorang tiba-tiba menghancurkan kepalanya dengan kampak. Pembunuhan itu tentu saja bukan darah pertama dan terakhir yang tumpah dalam perebutan kekuasaan dalam Pa{tai Komunis Uni Soviet. Seperti dikatakan Lenin dalam wasiatnya, Stalin telah menghimpunkan kekuasaan besar di tangannya, dan ia tak selamanya tahu bagaimana menggunakan kekuasaan itu secara berhati-hati. Dendamnya bisa panjang. Agustus 1936, Zinoviev diseret ke pengadilan. Tuduhan: berkomplot mau membunuh Stalin, mengembalikan kapitalisme, meracuni rakyat Rusia, dan sejak lama jadi mata-mata Inggris, Prancis, Jepang, dan Jerman sekaligus. Tahun itu Zinoviev dihukum mati dengan fitnah besar di kepalanya. Tahun 1930-an itu kemudian memang dikenang sebagai masa pembersihan besar-besaran. Stalin menyapu habis bekas kawan-kawan seperjuangannya sendiri sejak masa Lenin. Kini ia hidup dengan dipuja-puja oleh para bawahannya yang tentu saja hidup dalam ketakutan. "Semua kami yang berada di sekitar Stalin," kata seorang pembantunya kemudian, "adalah orang-orang sementara." Pembantunya itu adalah Nikita Khrushchev, orang yang kemudian menggantikannya - lalu mengutuk kekejamannya. Khrushchev memang saksi yang dekat bagaimana Stalin membersihkan sekitar bagi kelanggengan kekuasaannya, satu hal yan menimbulkan persoalan di kelak kemudian hari. Sang diktator kian hari kian sarat curiga. Korban-korban baru jatuh, bahkan dari sekitar Kremlin sendiri. Istri Menteri Luar Negeri Molotov misalnya harus dikirim ke Siberia, karena ia wanita Yahudi. Voroshilov, yang kelak setelah Stalin mangkat berhasil jadi presiden, dilarang menghadiri rapat. Ia dimata-matai karena didakwa jadi spion Inggris. Beberapa dokter juga ditangkap, mereka dituduh menyebabkan kematian Andrey Zhdanov, seorang bekas kesayangan Stalin. Padahal, Zhdanov sendiri mati tiba-tiba setelah ia tersisih - sebelum para pendukungnya dibasmi. Zhdanov untuk sementara waktu memang hampir menyisihkan favorit Stalin yang lain Georgy Malenkov. Tapi Malenkov berhasii menggeser rivalnya itu karena ia bersekutu dengan seorang tokoh yang punya cengkeraman kuat: Lavrenty Beria, kepala sekurlti negara - orang yang kemudian ia bunuh di akhir tahun 1953. Intrik, kasak-kusuk, dan persengkongkolan rahasia memang tampaknya sesuatu yang harus timbul dalam keadaan seperti itu, ketika persaingan yang terbuka untuk kekuasaan diharamkan. Dan ketika sang pemimpin besar meninggal pada bulan Maret 1953, kasak-kusuk itu pecah ke luar dengan ketegangan yang mengerikan. Konon, beberapa jam setelah berita yang mengejutkan itu, Beria memerintahkan pasukan tank mengepung Moskow disertai pasukan keamanan dalam negeri. Tapi di dalam Kremlin, kartu yang dimainkan lain lagi. Beria, yang berusaha merebut kekuasaan untuk diri sendiri, akhirnya dijegal oleh sekutunya yang lama, Malenkov, yang kali ini berkomplot dengan Khrushchev. Beria ditahan sebelum berhasil menggerakkan jarinya. Ia segera dibinasakan. Segera setelah itu, yang muncul ke depan adalah Malenkov. Ia sekaligus jadi sekretaris pertama Partai dan perdana menteri. Laki-laki gemuk dengan rambut yang ujung depannya melingkar dl dalam tak tahu agaknya bahwa posisinya lemah. Khurshchev yang meninggalkan jabatannya sebagai sekretaris pertama daerah Moskow, "untuk memusatkan diri pada kerjanya di Sekretariat Partai", secara cepat berhasil menghimpunkan suatu basis kekuasaan. Tujuannya: menghadapi Malenkov, bekas sekutunya. September 1953 ia berhasil menggeser Malenkov dari pos sekretaris pertama. Pada 1955 ia mencopot Malenkov dari jabatan perdana menteri. Kursi ini kemudian diisi oleh orang pilihan Khrushchev sendiri, Bulganin. Apa yag luar biasa dalam proses ini ialah bahwa Khrushchev tak menghabisi jiwa saingan politiknya. Georgy Malenkov sampai hari ini masih hidup sebagai orang pensiunan di Moskow, dalam usia 82 tahun. Tak berarti sikap lunaknya tanpa risiko. Juni 1957 ia nyaris terjungkal oleh oposisi dalam partai - sebuah perlawanan yang dipimpin oleh Malenkov pula. Waktu itu Khrushchev tengah berada dalam kesulitan menghadapi pergolakan negara sosialis lain di Eropa Timur, khususnya Polandia dan terutama Hungaria. Pemungutan suara di dalam Politbiro (yang kini disebut Presidium) mengalahkannya. Tapi Khrushchev cukup pintar. Ia naik banding ke lembaga Komite Sentral. Di sana ia menang. Malenkov dan kawan-kawannya sampai dituduh sebagai kelompok "antipartai" - meskipun tak sampai dihabisi. Bagi Khrushchev tampaknya cukup bahwa ia berhasil ke atas. Maret 1958 ia jadi perdana menteri. Ia tak membalas dendam. Barangkali itu sebabnya ketika ia sendiri jatuh, penggantinya tak sampai menendangnya ke kubur. Ia hanya dianggap gagal mengurus pertanian - di samping wataknya yang agak urakan telah menyebabkan ia kurang bisa menjalani tertib organisasi. Ia memang tak dikenal suka tertib: dalam suatu pidato di Sidang Umum PBB ia mencopot sepatunya, lalu menghantamkannya ke mimbar. Kejatuhan itu terjadi Oktober 1964. Tiba-tiba saja Komite Sentral mengumumkan kepada khayalak ramai. bahwa Nikita Khrushchev telah mengajukan permintaan untuk mengundurkan diri dari jabatan, karena alasan "usia lanjut dan buruknya kesehatan." Umurnya waktu itu 70. Kita tak sahu benarkah alasan pensiunnya itu. Baru September 1971 pemimpin gendut dan botak dan kocak itu meninggal karena serangan jantung. Yang jelas, Khrushchev. pergi tanpa difitnah dan dicaci-maki secara gemuruh. Ditinjau dari banyak hal, ia seorang yang telah membuat preseden. Ia bekas pengikut Stalin yang pertama yang bersedia mengecam kekejaman sang pemimpin besar - dan itu berarti menelanjangi kesalahan Partai. Ia juga pemimpin Partai Komunis Uni Soviet pertama yang menyingkirkan saingan politiknya Malenkov, bukan Beria - tanpa kekerasan. Ia juga orang pertama dalam sejarah kepemimpinan Partai, yang bisa bertahan lama, tapi bisa meninggalkan kursi sebelum mati. Agaknya anaknya, Sergey, benar, ketika di pemakaman Nikita ia berkata tentang sang ayah, "Ada orang yang mencintainya, ada orang yang membencinya, tapi hanya sedikit orang yang akan melewatinya tanpa melihat ke arah yang diambilnya." Orang yang melewatinya adalah Leonid Brezhnev. Ia mungkin juga harus melihat ke arah yang dirintis Khrushchev meskipun oleh para pemimpin Partai Khrushchev tak pernah disebut-sebut lagi, dengan nada kagum. Dalam buku sejarah Partai Komunis Uni Soviet yang baru terbit itu, sang pahlawan memang bukan dia. Adakah itu tanda bahwa mekanisme zaman Stalin berulang: pemimpin hanya bisa digantikan kalau mati, seperti tampak pada Brezhnev, seperti pada Andropov? Ataukah tertibnya pergantian dari Andropov ke Chernenko justru menunjukkan mekanisme baru telah jadi, dan berjalan? Di luar tembok Kremlin, orang hanya bisa menduga-duga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini