Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Najibullah mulai cemas

Sejumlah pasukan mujahidin menggempur kabul, jalalabad & beberapa kota di timur. tapi pasukan pemerintah afghanistan masih kuat bertahan. arab saudi mengakui pemerintah sementara Afghanistan.

18 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DAN perang saudara itu mulai menjadi kenyataan. Sementara itu, Sibghatullah Mojadidi, Kepala Pemerintah Sementara Afghanistan, membuka sidang pertamanya di Shewai, Jumat pekan lalu, sejak awal pekan lalu sejumlah pasukan Mujahidin menggempur Jalalabad, Kabul, dan beberapa kota di timur. "Ini sebuah kebahagiaan bahwa kami bisa membuka sidang di tengah situasi yang sangat memprihatinkan," kata Mojadidi di tengah 16 menterinya. Sidang itu dilakukan dalam kamp latihan tempur Shewai, di tengah sebuah perbukitan -- tak jauh dari perbatasan selatan Afghanistan -- Pakistan. Mojadidi memang begitu optimistis. Bahkan semula sidang pertama ini direncanakan dibuka di pinggir Jalalabad, untuk menyaksikan kejatuhan kota itu, yang digempur oleh 14.000 pejuang. Tapi keburu tentara Najibullah mengadakan serangan udara dan meriam bertubi-tubi hingga tempat pertemuan terpaksa dipindahkan. Tapi bukan berita kemenangan yang kemudian sampai, melainkan berita belum tembusnya Jalalabad meski digempur lima hari lima malam. Memang, ini belum berarti Mujahidin sudah kalah. Pertempuran masih belum reda. "Ribuan pengungsi kini menuju Pakistan," ujar juru bicara kelompok Hezb-i-Islami. Hasil pertempuran pekan lalu masih simpang siur. Mujahidin mengklaim merebut sebuah pangkalan militer utama di Samarkhel dekat Jalalabad. Radio Kabul menyiarkan berita bahwa bendera Afghanistan tetap berkibar di semua pangkalan militer di semua kota, dan tentara pemerintah berhasil mematahkan serangan Mujahidin. Total jenderal, kata radio itu, di pihak Mujahidin 2.000 tentara tewas, di antaranya sejumlah pasukan komando Pakistan -- yang menyebabkan pemerintah Soviet mengirim protes keras kepada Benazir Bhutto. Di medan lain, di Kabul, meski hujan roket makin seru -- 3.000 roket jatuh di Kabul, kata saksi mata -- konon di Ibu Kota ini sendiri tanda-tanda krisisi belum tampak. Sampai awal pekan ini, perang terbuka belum masuk kota. Penerbangan internasional tetap berjalan. Hanya sempat terhenti beberaa jam pekan lalu, ketika sejumlah roket menghujani bandar udara. Pesawat terbang sipil Ariana (perusahaan penerbangan pemerintah Kabul), Aeroflot, dan Air India masih mondar-mandir. Tersendatnya Mujahidin di medan tempur, sebenarnya sudah diduga oleh para pengama militer. Betapa gajonya seorang Mujahidin bertempur di pungungan -- dalam kelompok-kelompok kecil -- dalam perang terbuka, mereka belum terbiasa. Mereka asal maju, tanpa ada koordinasi yang rapi. Toh itu sudah cukup menggetarkan nyali Presiden Najibullah, karena adanya laporan ikut sertanya tentara komando Pakistan di sisi Mujahidin. Jumat pekan lalu, Najib melayangkan pesan kepada Presiden George Bush, Gorbachev, Sekjen PBB Perez de Cuellar, dan Organisasi Konperensi Islam. Dia mengingatkan, campur tangan Pakistan akan memicu sebuah konflik besar. Sesungguhnya bukan cuma campur tangannya tentara Pakistan yang membuat Najibullah harus khawatir. Bila sebentar lagi salju di pegunungan meleleh, menurut para teoretikus militer Barat, saat itulah para pejuang Islam bisa lebih mengatur serangan. Soalnya, Mujahidin lalu bisa menempatkan meriam dan peluncur roket di tempat-tempat strategis yang kini sulit dijadikan basis serangan karena salju yang masih tebal. Juga, gerakan menghindar dari serangan udara tentara Najibullah lebih mudah dilakukan bila salju sudah mencair. Lebih lagi, di medan diplomatik, Najib pun mesti memperhitungkan Arab Saudi yang sudah mengakui Pemerintah Sementara Afghanistan. Jika ada satu kota saja yang jatuh, Raja Fahd tentu merasa sah bila mengedrop senjata bagi Mujahidin. Pertempuran bakal makin seru.Praginanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum