Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kamis, 5 Desember 2013 adalah hari berkabung bagi sebagian besar rakyat Afrika Selatan, Mantan Presiden sekaligus pejuang kesetaraan Nelson Mandela meninggal dunia. Mandela wafat dalam usia 95 tahun setelah menderita infeksi paru-paru yang parah selama lima bulan sebelum kematiannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nelson Rolihlahla Mandela atau disebut dengan Nelson Mandela saja, terkenal karena perjuangannya menghapus praktik apartheid yang lama eksis diterapkan di Afrika Selatan. Ini adalah praktik yang membedakan bangsa kulit putih dengan bangsa kulit hitam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Indonesia, Nelson Mandela tak hanya dipandang sebagai sosok pejuang kesetaraan, Presiden pertama Afrika Selatan dari bangsa kulit hitam ini dianggap sebagai salah satu sosok yang berjasa membuat Batik buatan Indonesia terkenal di dunia.
Ini lantaran setelah berkunjung ke Tanah Air pada 1990, Mandela selalu mengenakan batik buatan Indonesia. Batik kemudian menjadi pakaian resmi Mandela. Kemudian banyak rakyat Afrika Selatan berbondong-bondong mengikuti Mandela mengenakan batik buatan Indonesia.
Mandela berjuang melawan apartheid, sistem supremasi kulit putih di Afrika Selatan. Di bawah apartheid, semua orang dimasukkan ke dalam salah satu dari empat kategori ras yaitu “putih atau Eropa”, “hitam”, “berwarna”, atau “India atau Asia”. Orang Afrika Selatan non-kulit putih adalah warga negara kelas dua dengan sedikit atau tanpa kekuatan politik.
Undang-undang yang membatasi mengatur setiap aspek kehidupan masyarakat, mendikte di mana mereka dapat tinggal, bekerja dan bepergian dan membatasi akses mereka ke pendidikan, perawatan kesehatan, dan layanan sosial lainnya. Mandela bangkit melawan apartheid dan meminta semua orang Afrika Selatan untuk bergabung dengannya.
Terinspirasi oleh tindakan Gerakan 26 Juli Fidel Castro dalam Revolusi Kuba, pada tahun 1961 Mandela, Sisulu dan Slovo mendirikan Umkhonto we Sizwe, disingkat MK, berarti “Tombak Bangsa”. Dia menjadi ketua kelompok militan, Mandela memperoleh ide-ide untuk merongrong pemerintah dari literatur tentang perang gerilya oleh militan Marxis Mao dan Che Guevara serta dari ahli teori militer Carl von Clausewitz.
Melansir dari laman humanrights.ca, protes terhadap praktik apartheid membuat Mandela jadi buronan negara, ia terpaksa bersembunyi setelah dinyatakan sebagai penjahat. Pada 5 Agustus 1962, polisi menangkap Mandela bersama dengan sesama aktivis Cecil Williams di dekat Howick.
“Saya menghargai cita-cita masyarakat yang demokratis dan bebas di mana semua orang hidup bersama dalam harmoni dan dengan kesempatan yang sama. Ini adalah cita-cita yang saya harapkan untuk hidup dan capai. Tetapi jika perlu, itu adalah cita-cita yang saya siap mati,” kata Nelson Mandela, di Pengadilan Rivonia, 1964.
Pengadilan tersebut mendapat perhatian internasional, banyak pihak Internasional meminta pembebasan para terdakwa, termasuk Perserikatan Bangsa-Bangsa dan World Peace Council. Bahkan University of London Union menyerukan agar Mandela menjadi presiden dan misa malam untuknya diadakan di St. Paul’s Cathedral, London.
Namun karena dianggap penyerobot komunis, pemerintah Afrika Selatanmengabaikan tuntutan-tuntutan tersebut, dan pada 12 Juni 1964, de Wet menetapkan empat tuduhan kepada Mandela dan dua terdakwa dan menjatuhkan vonis penjara seumur hidup, bukan hukuman mati
Melansir dari biography-com, meskipun dia ditangkap dan dipenjara selama 27 tahun karena memperjuangkan kebebasan, Mandela menolak untuk menyerah dalam perjuangan atau menyerah pada kebencian. Mandela berjuang melawan apartheid, tetapi dia juga berjuang untuk dunia yang lebih baik, di mana kebebasan, keadilan, dan martabat semua orang dihormati.
Bahkan, sebelum pembebasannya pada 1990, Nelson Mandela mulai bernegosiasi dengan pemerintah untuk mengakhiri apartheid. Melalui negosiasi itu, dia membantu mencegah perang saudara berdarah. Mandela kemudian menjadi presiden pertama yang dipilih secara demokratis di negara itu.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.