Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Senin, Surat kabar New York Times mengumumkan tidak lagi menerbitkan kartun politik edisi internasionalnya dan mengakhiri kontrak dengan dua kartunisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua bulan sebelumnya, New York Times menghentikan peredaran kartun politik setelah salah satu edisi internasional dalam kolom opini menerbitkan gambar anti-Semit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip langsung dari laman New York Times, dalam edisi 10 Juni 2019, James Bennet selaku editor halaman editorial New York Times mengatakan, surat kabar sangat berterima kasih dan bangga atas karya kartunisnya, Patrick Chappatte dan Heng Kim Song, yang telah membuat kartun politik untuk edisi internasional selama bertahun-
tahun.
"Namun selama lebih dari setahun kami telah mempertimbangkan membawa edisi itu sejalan dengan surat kabar domestik dengan mengakhiri kartun politik harian dan akan melakukannya mulai 1 Juli," kata Bennet.
Pada Senin, Chappatte menulis di situs webnya bahwa setelah lebih dari dua puluh tahun menyumbangkan kartun dua kali seminggu, "Saya meletakkan pena saya, sambil menghela nafas: itu adalah pekerjaan bertahun-tahun yang dibatalkan oleh satu kartun, yang bahkan bukan punya saya, yang seharusnya tidak pernah dimuat di koran terbaik di dunia."
Kartun politik anti-Semit yang diterbitkan dalam surat kabar The New York Times edisi internasional, 25 April 2019.[Fox News/NYT International]
Kartun sindikasi yang memicu kemarahan terbesar adalah karikatur Benjamin Netanyahu dan Donald J. Trump.
The New York Times mengeluarkan permintaan maaf, mengatakan kartun itu "jelas anti-Semit dan tidak dapat dipertahankan."
Salah satu kolumnis Op-ed The New York Times, Bret Stephens, mengecam kartun itu dan menulis bahwa The New York Times harus merenungkan secara mendalam bagaimana bisa menerbitkan propaganda anti-Semit.
Dalam pernyataannya, Bennet mengatakan The New York Times akan terus berinvestasi dalam bentuk jurnalisme opini, termasuk jurnalisme visual, yang mengekspresikan nuansa, kompleksitas dan suara yang kuat dari beragam sudut pandang.
Dia mencatat bahwa tahun lalu, untuk pertama kalinya dalam sejarahnya, The New York Times memenangkan Hadiah Pulitzer untuk kartun politik, sebuah seri yang menceritakan kisah keluarga pengungsi Suriah.