Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Derai tawa terus terdengar dalam pertemuan dua bekas kepala negara itu. Perdana Menteri Vladimir Putin, mantan Presiden Rusia, bertukar canda dengan tamunya, bekas Presiden Amerika Serikat Bill Clinton, akhir Juni lalu. Di muka pintu kantornya, di depan sorotan kamera, Putin sempat menyindir Clinton. ”Di negerimu, sekarang polisi sangat aktif memasukkan orang ke penjara. Tapi ya itu memang tugas mereka, kan?” Clinton langsung menyahut, ”Ya, biar mereka melaksanakan tugasnya. Tak perlu mengubah hubungan baik kita.”
Clinton dipercaya sebagai utusan informal Presiden Barack Obama untuk melumerkan kembali hubungan Rusia-Amerika yang mendingin. Dua hari sebelumnya, terjadi skandal penangkapan mata-mata Rusia di Amerika. Padahal, pada 26 Juni, Obama dan Presiden Rusia Dimitri Medvedev masih bercengkerama di kedai hamburger Ray’s Hell, Washington. Mereka membahas kerja sama kedua negara yang semakin harmonis setahun terakhir.
Pengunjung lain kedai tersebut meminta tanda tangan dan foto bersama kedua pemimpin negara besar itu. Medvedev terlihat puas lantaran berbagai isu dalam hubungan dengan Amerika—soal nuklir, masuknya Rusia ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), serta perdamaian Timur Tengah—bisa diselesaikan sambil makan siang.
Namun tindakan Biro Penyelidik Federal (FBI) yang mencokok sepuluh mata-mata Rusia beberapa hari kemudian membuat Medvedev berang. Dia menganggap kunjungannya ke Amerika dipermainkan Obama dan para politikus garis keras di Washington yang masih berilusi soal Perang Dingin. ”Ini tanpa dasar seperti no vel mata-mata di masa Perang Dingin,” ujar juru bicara Kantor Kementerian Luar Negeri Rusia.
Obama, menurut sumber di Gedung Putih, sama kesalnya dengan Medvedev ihwal penangkapan itu. ”Mengapa waktunya berdekatan dengan kedatangan tamu dari Rusia?” kata sumber itu. Para penyidik federal berkilah, mereka berpacu dengan waktu karena ada tersangka yang akan melarikan diri.
Alasan penyidik dibenarkan dengan menghilangnya satu tersangka, Christopher Robert Mestos, yang ditangkap di Siprus. Mestos, menurut penyidik, adalah penghubung bagi kesepuluh agen itu untuk berbagai hal, seperti dana operasi, kode rahasia, identitas palsu, dan penghilangan rekam jejak perbankan.
Deretan mobil polisi antihuru-hara dan sebuah mobil tahanan bersiap di depan penjara Lefortovo, Moskow, Kamis dinihari pekan lalu. Kamera wartawan merekam terus aktivitas di depan penjara. Tapi mobil tahanan yang masuk dan keluar dengan kaca gelap tak memberikan kesempatan bagi kamera-kamera tersebut untuk merekam kepergian Igor Sutyagin. Ilmuwan senjata nuk lir itu divonis 15 tahun penjara sejak 2004 atas tuduhan menjadi mata-mata yang bekerja untuk Barat—termasuk Amerika dan Inggris.
Igor dibawa ke Wina, terus ke London. Dia adalah bagian dari operasi pertukaran sepuluh mata-mata Rusia yang beroperasi di Amerika. Pejabat Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kehakiman Amerika sepakat dengan Duta Besar Rusia pada Rabu dinihari melaksanakan pertukaran itu. Sepuluh mata-mata Rusia ditukar dengan sepuluh mata-mata Barat. Pada tahap pertama, Igor akan ditukar dengan Anna Chapman atau Anna Kuschenko.
Inilah perang mata-mata terbaru Amerika-Rusia sejak Perang Dingin berakhir. Menjelang akhir Juni lalu, FBI berhasil membuka kedok dua pasang suami-istri serta tiga pria dan perempuan lajang yang menjadi agen rahasia Rusia. Mereka berprofesi sebagai wartawan media asing, agen perjalanan, ibu rumah tangga, dan konsultan.
Anna adalah putri Vassily Kuschenko, pejabat di dinas rahasia KGB saat Uni Soviet masih berdiri. Nama Chapman didapat Anna kala menikah dengan Alex Chapman, psikolog Inggris. Mereka menikah di Moskow lima bulan setelah bertemu di sebuah klub malam di London pada 2002. Pasangan itu bercerai pada 2006.
Berprofesi sebagai pemilik biro perjalanan dan proper ti melalui Internet di New York, Anna menjalin relasi dengan siapa pun, meski bukan pejabat tinggi Amerika. Perempuan cantik be rambut merah ini diintai para agen federal sejak 2008. Dia dianggap sebagai femme fatale, perempuan yang bisa membujuk lawan jenis dengan daya tariknya.
Penyidik mengintai Anna lantaran dia sering bertemu dengan kontaknya di kafe-kafe di Kota Apel Besar itu. ”Bahkan kadang tak perlu tatap muka. Mereka berkomunikasi dengan telepon melalui laptop,” ujar seorang penyidik.
Saat akan ditangkap, Anna sedang memegang paspor untuk rekannya sesama agen yang akan tiba di Amerika. Kontaknya dari Rusia yang ditemui di kafe memintanya membawa paspor itu.
Alex, bekas suaminya, sudah curiga kepada sang mertua ketika dikenalkan Anna di Kedutaan Rusia di Zim babwe, tempat Vassily berkantor. Dua mobil selalu mengawal di depan dan belakang mobilnya, padahal Vassily cuma anggota staf biasa di kedutaan.
Saat dimintai keterangan oleh dinas rahasia Inggris, MI5, Alex mengatakan hidup Anna sangat dikontrol ayahnya. ”Dia juga tertutup bila bergaul dengan teman-teman Rusianya.”
Pertukaran mata-mata ini merupakan yang pertama kalinya terjadi pasca-Perang Dingin. Selama Perang Dingin, ketika Rusia masih memimpin Uni Soviet, puluhan anggota KGB dan agen Dinas Intelijen Amerika (CIA) serta tentara kedua negara ditukar sebagai tahanan karena dituduh menjadi mata-mata.
Pertukaran tahanan ini merupakan perjanjian tingkat tinggi yang digagas sejak kedatangan Clinton, dan disu sul istrinya, Hillary, pada hari kemerdekaan Amerika. Hil lary, yang memang sudah punya jadwal mengunjungi Putin, mengajak Rusia tak perlu risau dengan kasus itu dan meneruskan hubungan baik kedua negara.
Maklum, setelah Rusia ikut menyetujui sanksi terhadap Iran atas pengayaan uranium menjadi nuklir, hubungan kedua negara itu menjadi harmonis. Apalagi niat Rusia yang ingin segera masuk WTO dan meningkatkan kerja sama ekonomi mendapat sambutan hangat dari Amerika.
Suasana hangat ini hendak dipertahankan Amerika. Dan Putin merupakan orang yang tepat untuk ditemui duo Clinton. Bekas pe jabat tinggi di KGB itu masih punya taring di pemerintahan dan lingkungan dinas rahasia Rusia.
Gennady Gudkov, bekas agen kontraintelijen KGB, menilai penangkapan sepuluh mata-mata Rusia merupakan pekerjaan politikus yang beroposisi terhadap Obama. Operasi itu untuk mendiskreditkan Rusia se kaligus mempermalukan pemerintahan Obama.
Gerakan operasi ini memiliki pola yang sama dengan yang terjadi selama Perang Dingin, setelah kebijakan disepakati kedua pihak yang berperang. ”Untuk alat tawar agar pejabat tinggi tak memanjakan musuh mereka,” ujar Gudkov.
Tuduhan jaksa di pengadilan tentang dokumen yang memakai tinta tak kasatmata dan palsu, serta dikuburnya duit yang dikirim dalam koper, juga dinilai tak masuk akal. ”Seperti novel detektif murahan.”
Tinta tak kasatmata ini dituduhkan kepada Vicky Pelaez, wartawan El Diario. Menurut penyidik federal, Vicky sering bertemu dengan kontaknya, pejabat Rusia, di Peru, untuk mengirim informasi di kertas dengan tinta tak kasatmata. Kegiatan ini sudah diamati para agen federal Abang Sam sejak 2001.
Juan Lazzaro, suami Vicky, juga ditangkap karena menjadi bagian dari kegiatan itu. Sang suami mengakui perbuatannya. ”Dia mengaku rumahnya juga dibayari dinas rahasia Rusia,” kata seorang penyidik.
Namun, meski jumlah tangkapannya spektakuler, tak ada bukti berat yang mengarah ke mereka. Mereka tak menjual rahasia senjata Amerika dan sebagainya. Situasi itu berbeda dengan saat penangkapan Robert Hanssen, agen ganda Amerika dan Rusia. Aktivitasnya menjual rahasia Abang Sam senilai US$ 1,4 juta dan sejumlah berlian baru diketahui pada 2001. Padahal aktivitas sebagai agen ganda sudah dijalaninya sejak 1979.
Tuduhan kepada para mata-mata kali ini cuma memakai identitas palsu dan tak melapor kepada Imigrasi dan Kementerian Keha kiman soal identitas mereka. Sebagian besar dari mereka juga memiliki pekerjaan yang jauh dari hal-hal bersifat rahasia yang bisa membahayakan Amerika, seperti agen properti, perjalanan, dan ibu rumah tangga.
Pasangan suami-istri Ri chard dan Cynthia Murphy yang tinggal di Montclair, New Jersey, misalnya. Sang suami bekerja di perusaha an properti dan Cynthia ibu rumah tangga. Tapi, menu rut penyidik, nama asli Ri chard adalah Eunan Gerard Do herty, berdasarkan dokumen imigrasi Irlandia. Adapun sang istri ditengarai memiliki tugas sebagai pe ngumpul dana bagi organisasi sosi al. Di situlah dia mendekati para politikus Amerika.
Bruce Riedel, bekas agen rahasia CIA, menilai memang itulah ciri khas agen KGB. Rusia selalu menanam orang di tempat yang tak memperlihatkannya sebagai orang penting di masyarakat. ”Mereka berharap suatu saat para agen itu bisa memberikan informasi, bahkan sampai sepuluh tahun kemudian.”
Yophiandi (AP, Reuters, Washington Post, Moscow Time)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo