Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Otokritik Rezim Khomeini

Partai tudeh dibubarkan, diplomat soviet diusir & kaum saudagar dirangkul merupakan awal dari zaman post Khomeini. Ayatullah Khomeini (84 th) sudah tidak sepenuhnya mengendalikan urusan negara. (ln)

28 Mei 1983 | 00.00 WIB

Otokritik Rezim Khomeini
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
TEHERAN gegap gempita. Hari ulang tahun Ayatullah Rohullah Khomeini, pekan lalu, dirayakan semarak dengan sebuah parade militer. Untuk itu rakyat berdesak-desakan di tepi jalan menyaksikan tentara berseragam loreng, memperagakan ayunan tangan dan derap langkah yang gagah. Perihal Khomeini, 84 tahun, tetap tinggal tanda tanya. Ia dikabarkan hanya terlibat dalam urusan negara sekitar 1-2 jam per hari. Sisanya ia lewatkan untuk istirahat dan urusan keagamaan. Tak heran bila para pengamat politik di Teheran terdorong pada kesimpulan bahwa inilah awal dari zaman post-Khomeini. Kata mereka lagi, menurut penulis Iran, Amir Taheri, dalam surat kabar International Herald Tribune, sang Ayatullah sudah tidak sepenuhnya mengendalikan negara. Benarkah dugaan itu? Jam kerja Khomeini tentu tidak bisa diukur dengan jam kerja seorang presiden Amerika Serikat -- yang kadang-kadang lebih dari delapan jam sehari. Untuk Republik Iran, yang sudah menginjak usia tahun ke-5, Khomeini sudah tidak perlu bekerja keras. Apalagi jika ia bisa memutuskan sesuatu dalam waktu 1 jam mengapa perlu diperpanjang sampai 8 atau 12 jam? Yang tidak bisa diabaikan: keputusan Khomeini tetap berlaku mutlak. Contoh yang tidak terbantah ialah pembubaran Partai Tudeh (Partai Komunis Iran). Tentang ini Khomeini berpetuah: "Masyarakat Islam Iran telah berjaya dalam diri para pejuangnya yang penuh pengabdian dan pengorbanan. Merekalah yang berhasil memperdaya ketua Partai Tudeh." Sejak enam bulan silam, pembersihan terhadap Partai Tudeh telah dilaksanakan secara bertahap. Dalam laporan resmi disebutkan sekitar 1.000 dari 10.000 orang Tudeh telah ditangkap. Tapi sumber Barat menyebutkan, anggota Tudeh berikut simpatisan paling banyak 3.000 orang. Jadi, sudah tidak punya kekuatan laei. Dan mereka, dianggap Barat sekadar korban dari upaya rezim mullah dalam mencari kambing hitam. Dugaan itu ada benarnya. Lihatlah, bagaimana orang-orang Tudeh diharuskan bersandiwara. Para pemimpin Tudeh, yang kini dipenjarakm, diwajibkan mengucapkan pengakuan dosa di depan video, dan kemudian rekaman itu disiarkan lewat tv ke seluruh negeri. Belum lama berselang rakyat Iran telah menyaksikan, lewat tv, pengakuan Sekretaris Partai Tudeh Nureddin Kianuri tentang partainya yang jadi alat Uni Soviet sejak 1941. Dan dia sendiri sudah bekerja sebagai agen rahasia Moskow sejak 1945. Dalam bagian lain terlihat Ali Amou'i, anggota Komite Sentral Partai Tudeh, yang mengimbau angkatan muda Iran agar tidak mengikuti jejaknya. Puncak dari pembersihan Partai Tudeh ialah pengusiran 18 diplomat Soviet dari Teheran. Para pengamat Barat melihat tindakan Iran ini sebagai tidak masuk akal. Bagaimana sebuah negeri yang bisa bertahan, antara lain, karena kemurahan hati Soviet, sanggup berbuat selancang itu? Bukankah tanpa pelabuhan Korramshar, Iran terpaksa meminjam wilayah Soviet sebagai tempat lewat untuk barang-barang impornya? Belum lagi soal penasihat ekonomi dan militer yang "dipinjamkan" Moskow, serta niat baik untuk jadi perantara penyelesaian perang Iran-Irak. Tapi Iran tampak tidak peduli. Kendati, masa depan Iran, antara lain, tergantung dari bagaimana Perang Teluk diselesaikan suatu hal yang tidak dilihat rezim ulama. Bahkan, menurut mereka, perang lawan Irak perlu diteruskan untuk mempertahankan persatuan nasional. Itu mungkin salah satu cara. Tapi sementara itu diam-diam Khomeini mempraktekkan beberapa cara lain untuk menggalang persatuan. Desember lalu, misalnya, ia mengeluarkan maklumat 8 pasal. Dalam maklumat itu, antara lain, disebutkan adanya "larangan untuk memasuki rumah, toko, atau tempat-tempat tertentu tanpa izin pemiliknya." Sebuah langkah maju, untuk mengambil hati pedagang, yang selama ini merasa keamanan harta dan usahanya terancam. Tak hanya itu langkah maju di Iran. Pemerintah juga memberi izin bebas ke luar negeri -- satu tindakan yang tisambut hangat luar biasa. Di samping itu kegiatan tukar-menukar mata uang sekarang resmi dibolehkan, untuk membatasi pasar gelap yang rupanya sudah merajalela. Rangkulan pemerintah diperluas dari kaum saudagar ke kaum cerdik cendekia. Mereka yang di awal revolusi dipojokkan, sekarang dipuji, dijamin keamanannya, dan kebebasan bergeraknya. Bagaimanapun ini satu kemajuan penting, pertanda adanya koreksi dalam kebijaksanaan rezim Khomeini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus