TEHERAN gegap gempita. Hari ulang tahun Ayatullah Rohullah
Khomeini, pekan lalu, dirayakan semarak dengan sebuah parade
militer. Untuk itu rakyat berdesak-desakan di tepi jalan
menyaksikan tentara berseragam loreng, memperagakan ayunan
tangan dan derap langkah yang gagah.
Perihal Khomeini, 84 tahun, tetap tinggal tanda tanya. Ia
dikabarkan hanya terlibat dalam urusan negara sekitar 1-2 jam
per hari. Sisanya ia lewatkan untuk istirahat dan urusan
keagamaan. Tak heran bila para pengamat politik di Teheran
terdorong pada kesimpulan bahwa inilah awal dari zaman
post-Khomeini. Kata mereka lagi, menurut penulis Iran, Amir
Taheri, dalam surat kabar International Herald Tribune, sang
Ayatullah sudah tidak sepenuhnya mengendalikan negara.
Benarkah dugaan itu? Jam kerja Khomeini tentu tidak bisa diukur
dengan jam kerja seorang presiden Amerika Serikat -- yang
kadang-kadang lebih dari delapan jam sehari. Untuk Republik
Iran, yang sudah menginjak usia tahun ke-5, Khomeini sudah tidak
perlu bekerja keras. Apalagi jika ia bisa memutuskan sesuatu
dalam waktu 1 jam mengapa perlu diperpanjang sampai 8 atau 12
jam?
Yang tidak bisa diabaikan: keputusan Khomeini tetap berlaku
mutlak. Contoh yang tidak terbantah ialah pembubaran Partai
Tudeh (Partai Komunis Iran). Tentang ini Khomeini berpetuah:
"Masyarakat Islam Iran telah berjaya dalam diri para pejuangnya
yang penuh pengabdian dan pengorbanan. Merekalah yang berhasil
memperdaya ketua Partai Tudeh."
Sejak enam bulan silam, pembersihan terhadap Partai Tudeh telah
dilaksanakan secara bertahap. Dalam laporan resmi disebutkan
sekitar 1.000 dari 10.000 orang Tudeh telah ditangkap. Tapi
sumber Barat menyebutkan, anggota Tudeh berikut simpatisan
paling banyak 3.000 orang. Jadi, sudah tidak punya kekuatan
laei. Dan mereka, dianggap Barat sekadar korban dari upaya rezim
mullah dalam mencari kambing hitam.
Dugaan itu ada benarnya. Lihatlah, bagaimana orang-orang Tudeh
diharuskan bersandiwara. Para pemimpin Tudeh, yang kini
dipenjarakm, diwajibkan mengucapkan pengakuan dosa di depan
video, dan kemudian rekaman itu disiarkan lewat tv ke seluruh
negeri. Belum lama berselang rakyat Iran telah menyaksikan,
lewat tv, pengakuan Sekretaris Partai Tudeh Nureddin Kianuri
tentang partainya yang jadi alat Uni Soviet sejak 1941. Dan dia
sendiri sudah bekerja sebagai agen rahasia Moskow sejak 1945.
Dalam bagian lain terlihat Ali Amou'i, anggota Komite Sentral
Partai Tudeh, yang mengimbau angkatan muda Iran agar tidak
mengikuti jejaknya.
Puncak dari pembersihan Partai Tudeh ialah pengusiran 18
diplomat Soviet dari Teheran. Para pengamat Barat melihat
tindakan Iran ini sebagai tidak masuk akal. Bagaimana sebuah
negeri yang bisa bertahan, antara lain, karena kemurahan hati
Soviet, sanggup berbuat selancang itu? Bukankah tanpa pelabuhan
Korramshar, Iran terpaksa meminjam wilayah Soviet sebagai tempat
lewat untuk barang-barang impornya? Belum lagi soal penasihat
ekonomi dan militer yang "dipinjamkan" Moskow, serta niat baik
untuk jadi perantara penyelesaian perang Iran-Irak.
Tapi Iran tampak tidak peduli. Kendati, masa depan Iran, antara
lain, tergantung dari bagaimana Perang Teluk diselesaikan suatu
hal yang tidak dilihat rezim ulama. Bahkan, menurut mereka,
perang lawan Irak perlu diteruskan untuk mempertahankan
persatuan nasional.
Itu mungkin salah satu cara. Tapi sementara itu diam-diam
Khomeini mempraktekkan beberapa cara lain untuk menggalang
persatuan. Desember lalu, misalnya, ia mengeluarkan maklumat 8
pasal. Dalam maklumat itu, antara lain, disebutkan adanya
"larangan untuk memasuki rumah, toko, atau tempat-tempat
tertentu tanpa izin pemiliknya." Sebuah langkah maju, untuk
mengambil hati pedagang, yang selama ini merasa keamanan harta
dan usahanya terancam.
Tak hanya itu langkah maju di Iran. Pemerintah juga memberi izin
bebas ke luar negeri -- satu tindakan yang tisambut hangat luar
biasa. Di samping itu kegiatan tukar-menukar mata uang sekarang
resmi dibolehkan, untuk membatasi pasar gelap yang rupanya
sudah merajalela.
Rangkulan pemerintah diperluas dari kaum saudagar ke kaum cerdik
cendekia. Mereka yang di awal revolusi dipojokkan, sekarang
dipuji, dijamin keamanannya, dan kebebasan bergeraknya.
Bagaimanapun ini satu kemajuan penting, pertanda adanya koreksi
dalam kebijaksanaan rezim Khomeini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini