Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Target Berjalan dari Italia

Lepas dari tangan penculik, wartawati Italia Giuliana Sgrena justru mendada maut: mobilnya dihujani peluru pasukan AS.

14 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peristiwa itu mirip adegan film thriller: agen intelijen Italia, Nicola Calipari, baru saja menjemput Giuliana Sgrena, wartawati il Manifesto yang ditawan penculik di Irak. Penculik setuju melepas Sgrena?dia ditawan sejak 4 Februari?setelah berunding dengan Nicola Calipari. Mobil yang membawa si wartawati dan sang agen meluncur ke bandara Bagdad. Sekitar 700 meter dari bandara, sejumlah tank menghadang. Seorang agen rekan Calipari berteriak bahwa mereka warga Italia. Teriakan itu dijawab dengan desing 300-an peluru. "Calipari langsung merangkul saya. Ia tertembak. Saya mendengar napas terakhirnya dengan jelas," tutur Sgrena dalam wawancaranya dengan BBC.

Setelah tembakan berhenti, sopir mobil keluar dan kembali mengatakan mereka warga Italia. "Pasukan Amerika mendatangi kami dan melihat apa yang terjadi, tapi saya terlalu lemah untuk menceritakan peristiwanya," ujar Sgrena, 57 tahun. Ia hanya mengalami luka ringan di bahu. Yang membuat Sgrena kesal, ia masih harus terbaring 20 menit di jalan raya sampai datangnya mobil militer yang membawa ke rumah sakit.

Presiden George W. Bush dalam perjalanan pulang dari Indiana langsung menelepon Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi dari Air Force One, memberikan jaminan akan dilakukan pengusutan tuntas terhadap insiden ini. Meski begitu, Amerika Serikat bersikukuh pasukannya sudah memberikan isyarat tangan, lampu sorot, dan tembakan peringatan ke arah mobil Sgrena yang tak memberikan respons mengerti dengan semua isyarat itu. Tony Aspinall dari NBC bahkan mengemukakan teori bahwa "mereka (Giuliana dkk.) sedang sibuk dengan telepon seluler masing-masing sehingga tak melihat tembakan peringatan," katanya.

Spekulasi ini ditampik Sgrena di saluran La 7 TV, Italia, Sabtu lalu. "Tidak ada isyarat, tak ada lampu sorot. Mobil kami berjalan dengan kecepatan normal," katanya. Kepada saluran TV Prancis TF2, yang mewawancarainya lewat telepon, Sgrena menyatakan ia mendengar dari kalangan militer AS bahwa pasukan yang menembak mobilnya adalah "para prajurit pemilu (rookie) yang baru bertugas sepekan di Bagdad."

Insiden itu membuat Sgrena yakin dirinya memang diincar pasukan AS seperti diberitahukan para penculiknya beberapa saat sebelum ia dibebaskan. "Mereka berpesan agar setelah saya bebas agar tak terlihat oleh siapa pun karena Amerika akan segera mengintervensi," katanya. Sebagai jurnalis Il Manifesto yang beraliran komunis, Sgrena memang vokal menyerukan penarikan mundur 3.000 pasukan Italia. Negeri itu tercatat sebagai pemasok pasukan keempat terbesar di Irak. Wartawati ini juga selalu bersikap pedas terhadap kebijakan AS di Irak. Di Italia banyak kalangan yakin, sikap keras Sgrena merupakan motif kuat bagi AS untuk melenyapkan sang jurnalis, seperti dilaporkan Corriere Della Serra.

Belakangan beredar kabar, insiden ini terjadi karena pemerintah Italia membebaskan Sgrena dengan membayar tebusan kepada penculik, yang membuat Amerika kehilangan muka. Seorang pengacara Irak yang tinggal di Brussels, Youdam Youssef Kanna, mengatakan kepada televisi Belgia bahwa ia memiliki "informasi tak resmi" tentang tebusan US$ 1 juta (sekitar Rp 9 miliar) yang dibayarkan pemerintahan Silvio Berlusconi kepada penculik Sgrena. Namun Sgrena hanya memberikan jawaban pendek "saya tidak tahu", ketika BBC mengkonfirmasi spekulasi ini.

Di mata Tom Fenton, mantan koresponden CBS, insiden ini seharusnya bisa dielakkan bila para juragan media tidak mengabaikan betapa berbahayanya Irak bagi para jurnalis. "Wartawan bisa terjebak dalam hujan peluru. Mendatangi konferensi pers di zona hijau?kawasan steril dekat Kedutaan Besar Amerika?saja merupakan hal yang amat berbahaya," katanya. Alasan kedua yang dikemukakan Fenton, wartawan asing, terutama Prancis dan Italia, selalu menjadi "target berjalan" untuk menghasilkan dana bagi penculik. "Harga (tebusan) mereka sekarang mencapai US$ 4 juta," katanya.

Di Italia, insiden ini selain menuai kecaman bagi Amerika juga mulai menggoyang reputasi Berlusconi, yang dikenal akrab dengan Amerika. Medali kehormatan yang diberikan pemerintah kepada Calipari tak menyurutkan kemarahan warga. Citra Berlusconi bakal melorot pada pemilu tahun depan jika dia tak bergegas menyejukkan hati bangsa Italia.

Akmal Nasery Basral (BBC, Il Manifesto)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus